Chapter 39

138 9 4
                                    

Dengan raut wajah yang sulit teruraikan dalam kata, Jihoon masih terus merajut langkahnya menuju kursi tunggu bandara kali ini. Dengan langkah berat ia berupaya tak akan pernah menatap ke belakang. Masa depannya ada di depan, dan ia harus menyamai langkah mimpinya itu.

Itu bukan di sini. Melainkan di tempat yang jauh.

Semula, sorot cokelat itu hanya menatap kerumunan orang yang hendak melangsungkan penerbangan mereka sendiri-sendiri. Dunia ini masih dalam abaiannya beberapa detik lalu.

Namun seketika mata sipitnya sedikit melebar penuh kejut kala sebuah siluet menerobos mata menuju ulu hatinya. Laki-laki itu sedikit menahan napas lalu menatap fokusnya kini penuh dengan perasaan gundah.

Ia berdiri tegap, genggaman tangannya pada koper sudah ia lepaskan secara sepihak.membiarkan benda itu tergeletak begitu saja di dinginnya lantai ini. Perlana namun pasti ia berjalan maju, hendak menyentuh objek tadi.

Seketika ia ingat sebuah pesan di ponselnya tadi pagi.

'Jihoon Oppa, hari ini aku ingin bertemu. Aku merindukanmu dan Eonni. Kalian dimana? Jihoon Oppa bawa aku lari, seperti yang Eonniku lakukan..

bawa aku lari, seperti yang Eonniku lakukan..

Kalimat putus asa itu menyadarkannya tentang sebuah hal yang baru ia sadari setelah bertahun lamanya.

Ia mendekat pada satu titik fokus matanya. Menatap dengan kaku adegan ciuman yang dipertontonkan dua cucu Adam ini. Mendengar pula percakapan yang mereka perdengarkan pula.

Jihoon tahu rumus dunia, Cinta bisa datang pada siapa saja. Dan ia tahu, Sehun mencintai Yeri.

"Yeri, kumohon. Jangan pergi.."

Jihoon tidak tahu apapun soal ucapannya barusan. Namun hatinya kini tergerak, mendengar kalimat Sehun membuat ia tiba-tiba merasa tak ingin kehilangan sesuatu yang ia ingin miliki.

Gadis tadi menatapnya dengan dua bola mata yang bulat sempurna. Tak beda jauh dengan laki-laki di sampingnya itu. Dan pada intinya tiga manusia itu sama-sama terkejut dengan kesan pertemuan kali ini.

"Ji—hoon?"

"Hari ini pernikahan Kai dan Jiho. Yeri mencintai Kai dan ia tak bisa melihat Kai menikah dengan adiknya sendiri. Sedang Sehun, ia mencintai Yeri, akan berusaha apapun untuk membahagiakannya. Maka dari itu Oh Sehun dan Kim Yeri ada di sini. Kalian sama persis sepertiku, ingin lari dari kenyataan? Ingin menjadi pengecut."

Yeri melangkah mundur sekali, ia menunduk mendengarkan untaian kata-kata yang Jihoon lontarkan barusan. Satu kenyataan yang memang benar adanya.

Pengecut..

Seketika jantung Jihoon seperti diremas sesuatu. Ada sakit di ulu hatinya, ketika mendapati sorot mata Sehun dan Yeri yang sama melemah setelah ucapannya itu. Kenyataan yang bukan hanya dirinya saja yang tengah dipermainkan takdir.

"Siapa kau, yang menyebut kami pengecut? Siapa yang ingin lari dari kenyataan? Kami hanya ingin mengejar kebahagiaan kami!" Kepalan tangan Sehun mulai mengeras. Ia bernapas kasar, matanya sudah nampak merah menahan marah.

"Masih mengelak? Aku tahu dunia kejam, jadi apa alasan bertahan di neraka ini? Benar begitu? Itu alasan kalian hendak melarikan diri'kan? Ingin mengganggap pernikahan itu tak pernah ada dalam hidup kalian, aku benar'kan?"

Sehun hendak maju selangkah, sebelum sebuah tangan mungil menahan lengannya dari samping. Gadis itu lalu menatap Jihoon lamat. Mengerjap sekali lalu mulai mengatur napas supaya nampak biasa.

"Aku dan Sehun hanya ingin lari dari rasa sakit." Mata Jihoon beralih menatap Yeri.
"Entah pengecut atau apapun itu, kami tak ingin mati dalam timbunan luka yang terus didapat di sini. Itu alasan kami pergi. Aku lelah tersakiti."

The Perfection of Love [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang