Chapter 34

129 14 7
                                    

Rumah besar Kim Youngjae menjadi tempat tersebut di belahan bumi ini mungkin. Aura dingin dan suasana hening menyelimuti setiap sudut pojok-pojok ruangannya.

Namun tidak untuk si tuan besarnya, laki-laki berusia akhir empat puluhan itu masih berkutat dalam ruang kerja pribadinya malam ini. Ada beberapa berkas yang harus ia tanda tangani dan setujui atas proyek pembanguna kerja sama yang akan ia lakukan bersama Donghae.

Soal pernikahan putrinya besok, laki-laki itu sudah tak dibuat pusing lagi. Ia dan Nayeon sudah menyuruh beberapa wedding organizer untuk seluruh kesiapannya sejak dua hari lalu. Yang akan diadakan di sebuah gedung dari perusahaannya sendiri.

Soal Yeri, Youngjae sudah tahu. Beberapa hari lalu Kai mengatakan jika Yeri hidup dengan baik di rumah Sehun.

Ya, Kai menceritakan semuanya. Namun hanya tentang Yeri yang tinggal bersama Sehun, tak beserta alasannya pula. Kai beralibi, dengan alasan yang pasti dipercayai oleh Youngjae. Tentunya semua orang tak tahu jika dalang dari semua adalah istrinya sendiri. Ya, kecuali Oh Sehun tampan itu.

"Yeri ada, dia tinggal bersama Sehun dan ibunya. Dia baik-baik saja, Anda tidak perlu mengkhawatirkannya. Yeri pasti akan pulang."

Youngjae menghela napas kasar lalu melepas kacamata minus yang semula bertengger di atas hidung mancungnya, lalu meletakkan benda itu ke atas meja. Tangan kanannya masih memegang bolpoin tinta hitam dengan manisnya. Dengan satu tarikan, laki-laki itu memijit pelipisnya.

Namun baru beberapa detik terbebas dari urusan kerjanya, Youngjae mendengar sebuah seringan ponsel dari saku celananya. Segera ia meraih benda persegi panjang itu.

"Hallo" Youngjae menyunggingkan senyum ketika si calon besan yang menghubungi.

"Hallo, Youngjae." Jawab si lawan bicara dengan nada khawatir.

"Ada apa, kenapa kau terdengar cemas sekali? Ada masalah, kawan?" Youngjae masih mempertahankan senyumannya lalu meluruskan tulang punggungnya ke sandaran kursi.

"Apa anakku ada di rumahmu saat ini?"

"Kai maksudmu? Oh ayolah, tidak usah khawatirkan dia. Mungkin Kai ingin menikmati malam terakhirnya sebagai seorang bujangan." Jawab Youngjae enteng dengan nada bercanda.

"Sejak pagi Kai belum pulang. Bagaimana bisa aku tidak khawatir? Ini sudah lewat tengah malam, bahkan besok dia akan menikah?" Donghae semakin genting.

"Apa kau serius? Bagaimana bisa, Donghae?" Youngjae berdiri dari kursi kerjanya lalu mulai tak tenang dengan keadaan Kai.

"Aku tidak tahu harus mencari anak itu kemana lagi." Desah Donghae bernada frustasi.

.

.

.

Dentuman musik disko itu memenuhi sebuah ruangan luas dengan penerangan yang minim. Disana banyak tubuh gadis dewasa yang tengah asik meliuk-liukkan tubuhnya, menikmati musik atau Untung menggoda para laki-laki hidung belang malam ini.

Jam sudah menunjukkan jika tengah malam sudah terlewat. Dan juga sudah terhitung hampir tiga jam laki-laki itu di sana.

Kai, laki-laki itu masih setia duduk di depan meja bar. Dengan kelopak mata yang sudah menyipit, ia masih menggumam dan meracau dengan kata-kata tidak jelas. Ia mabuk.

"Beri aku satu gelas lagi, uh.." Kai menaruh gelas kosongnya di meja lalu meminta lagi pada sang bartender.

Sedangkan si bartender, Kim Namjoon hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Laki-laki pemilik lesung pipi itu merasa heran akan laki-laki yang baru beberapa jam kenal dengannya itu.

The Perfection of Love [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang