Chapter 36

134 12 15
                                    

“I’ll think of you once in a while. And forget you slowly. But my time has stopped” So-You & Sung Si-Kyung – I Still

—————

Dua pasang manusia yang masih meringkuk di atas kasur luas itu agaknya sedikit terusik karena sinar matahari pagi yang menerpa wajahnya. Lebih tepatnya si laki-laki yang sedang mendekap gadis-nya itu.

Sedangkan si gadis masih tidur dengan nyenyak di balik dada bidang sahabat laki-lakinya itu. Dirinya terlindungi oleh kehangatan yang diberikan sahabatnya sejak beberapa jam lalu.

Yang Yeri ingat, ia sedang menangis lalu Sehun memeluknya semalaman hingga dia tertidur. Sehun menemaninya, bahkan laki-laki itu bari tidur sekitar satu jam yang lalu hanya karena menjaga Yeri di tidurnya.

Mata Sehun mengerjap, mulai menyesuaikan cahaya matahari yang kini sudah menembus retina matanya. Dan setelahnya giliran Yeri yang terusik. Gadis itu melenguh bersama pelukan Sehun yang kian melonggar dari lingkar perutnya.

Butuh beberapa sekon hingga dua manusia itu benar-benar sudah kembali dalam kesadaran. Sehun lantas menunduk, menatap wajah Yeri yang berada tepat di depan dadanya. Ia membiaskan senyum lebar.

"Hey," Sehun memanggil dengan suara serak khas bangun tidur. Membuat Yeri mendongak untuk memfokuskan pandangan pada Sehun.
"Selamat pagi." Lanjutnya.

Yeri tersenyum ringan lalu menutup matanya lagi sejenak.
"Selamat pagi juga."

"Bangun, Yeri. Lihatlah, ini hari yang begitu cerah!" Sehun bersuara lagi, memecah hening di antara mereka.

"Aku sudah bangun." Jawab Yeri pelan.

"Lalu kenapa kau menutup mata lagi?" Tangan Sehun naik, menyelipkan beberapa anakan rambut Yeri ke belakang telinga. Yeri lantas membuka matanya lagi. Sedikit menyipit matanya untuk menatap wajah Sehun yang bercahaya karena siluet jingga dari luar.

Yeri menggeleng sembari tersenyum.

"Buka matamu. Jika kau menutupnya, kau tak akan bisa melihat hal indah di luar sana. Dan satu-satunya hal yang bisa kau nikmati hanyalah kegelapan, warna yang kelam." Vokal Sehun lembut, meneduhkan hati Yeri.

"Sehun," panggil Yeri.

"Hmm.." jawab Sehun sembari menatap mata bulat mikik Yeri.

"Terima kasih." Yeri tersenyum dengan tangan yang mulai berani mengelus pipi tirus Sehun.

"Terima kasih?" Tanya laki-laki itu.

"Ya, terima kasih, Sehun." Gadis itu mengangguk sekilas.

"Untuk?" Tangab Sehun beralih mengelus tangan Yeri di atas pipinya dengan lembut.

"Semuanya," Yeri menjeda sekilas ucapannya. Menelan salifa pahitnya lalu mulai menyambung kalimat tadi.
"Semua kebaikanmu, semua kasih sayangmu, semua semua cinta yang sudah kau berikan padaku selama ini." Sehun tersenyum.

"Aku tak akan bisa menukar hal itu dengan apapun yang kumiliki. Semua waktumu terbuang percuma untukku." Laki-laki itu menggeleng, menatap yakin pada mata sahabatnya jika dialah yang paling penting bagi Sehun. Hanya Yeri.

"Hanya cukup selalu bersamaku,"

Sehun menurunkan terpaksa tangan putih mulus di pipinya. Laki-laki itu memposisikan tubuhnya secara benar. Mundur perlahan, berguling ke samping lalu duduk di tepi ranjang memunggungi Yeri yang masih diam dalam posisi terbaring miring.

The Perfection of Love [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang