23 - Tersesat

7.4K 960 428
                                    

⚫⚪⚪⚫

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚫⚪⚪⚫

"Niel!"

"Kamu ngapain kesini?" ucap Daniel membuang puntung rokoknya begitu saja meski berbahaya karena mereka sedang berada di terminal, banyak bus-bus besar keluar masuk disini. Ia mengacak rambut blondenya frustrasi, lalu bangkit, menghampiri Jihoon yang terdiam dengan jemari saling meremas dan mata berkaca-kaca. "Pulang."

Jihoon menggeleng, ia begitu sedih melihat lelaki yang ia cintai menjadi berantakan begini, "Niel, aku mau kamu perjuangin aku, jangan menyerah begㅡ"

"Nggak bisa, Hoon. Kamu harus pergi. Kita udah putus."

Lagi, pemuda manis bersurai cokelat itu menggeleng lebih kuat dengan air mata yang turun, "Gak mau, aku mau sama kamu. Seharusnya kalau kamu cinta sama aku, kamu perjuangin aku. Entah Papa aku, Mama aku, atau siapapun itu yang menghalangi kita!" Jihoon sedikit menjerit, suaranya teredam oleh bunyi klakson bus yang memekakkan telinga. Belum lagi hujan yang mengguyur jalanan, jika saja tidak ada atap kecil pemilik toko kelontong yang menjaganya.

Pemuda Kang itu menghela napasnya lelah, "Kamu pulang, kamu ke Busan sama siapa?"

"Aku mau kamu juga pulang."

"Jihoon, dengar. Aku udah gak punya perasaan apa-apa lagi sama kamu," Daniel memberi jeda, sudah lama ia ingin mengatakan ini. Tetapi selalu gagal karena ia tahu cinta Jihoon untuknya sangat tulus. Ia menatap telak bola mata cokelat tua milik Jihoon yang memancarkan rasa kaget luar biasa, "Selama ini aku pacaran sama kamu karena permintaan Seongwu, dia tahu kamu suka sama aku. Dan aku benci ketika aku diminta menjadi pacar kamu, oleh orang yang aku sayang, Hoon!"

Jihoon terdiam. Hatinya sakit luar biasa namun tidak ada lagi air mata yang tersisa untuk lelaki seperti Daniel Kang.

"Lebih baik kamu pulang. Kamu terima lelaki pilihan keluarga kamu. Oke? Jangan ganggu aku." ujarnya final, sebelum menghela napas lalu merogoh sakunya. Mengeluarkan dompet vintage dari dalam sana dan mengambil beberapa uang-. "Maaf aku gak bisa nganter kamu."-menyodorkannya ke arah Jihoon.

Semua sulit dicerna.

Jihoon tertawa sakit, melemparkan pandangan ke arah lain yang mana terdapat bus-bus besar terparkir rapi disana. Lalu kembali menatap Daniel penuh kecewa.

Plak!

"Aku gak butuh uang kamu, brengsek!"

⚫⚪⚪⚫

Jihoon tidak tahu kemana bis ini akan membawanya, ia hanya asal naik. Ia hanya ingin pergi secepatnya dari Daniel dan berakhir disini; dengan pikiran kosong menatap ke luar jendela yang menampakkan pepohonan besar dibawah suasana senja.

Hujan masih turun dengan derasnya.

Tau begini, Jihoon lebih memilih ikut kuis dosen killer di kampusnya daripada menyusul Daniel ke Busan, lalu menerima kenyataan pahit bahwa sebenarnya selama ini hubungan mereka tidak ada artinya. Sungguh, hati Jihoon sakit.

Liefde [PanWink] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang