2 - Jarak [2]

10.7K 1.3K 244
                                    

epilog;jarak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

epilog;jarak

Jihoon membuka matanya yang terasa berat, matahari sudah menyengat di ufuk timur menembus jendela kamar Jihoon dan menusuk-nusuk pandangan Jihoon yang enggan untuk sekedar pergi ke kamar mandi.

Jihoon membelakangi arah jendela, memeluk boneka spongebob yang sudah kusam namun entah mengapa Jihoon tidak berniat membuangnya.

Karena ini adalah pemberian Guanlin.

Teringat Guanlin, Jihoon langsung bangkit dari tidurnya dan buru-buru ke luar kamar untuk mencari sosok yang ia temui kemarinㅡnamun belum sempat berbicara banyak karena Jihoon kelelahan menangis dan akhirnya tertidurㅡ. Jihoon panik, matanya menerawang dengan gusar setiap inci apartemen yang ia tempati sejak pindah ke Seoul ini.

Namun nihil.

Jihoon ingat semalam ia tidur sambil berpeluk erat dengan tubuh kurus itu, di bisiki ribuan kata penenang dan sedikit nyanyian hingga Jihoon tertidur

Apakah Guanlin meninggalkannya lagi?

Jihoon tidak ingin memikirkan itu, hatinya sakit. Jihoon ke kamar mandi, dapur, ruang tengah, bahkan ke kolong bangku untuk mencari sosok yang ia rindukan itu.

Tapi tetap tidak ada.

Jihoon lemas, matanya mulai berair dan dadanya sesak. Butiran bening itu siap jatuh jika bunyi password apartemen itu memunculkan harapannya.

Dengan cepat, Jihoon berlari ke arah pintu. Saat ingin meraih gagang pintu itu...

GUBRAK!

Ia tersandung oleh kakinya sendiri, dan disaat yang bersamaan pintu terbuka, menampakkan Guanlin yang sedang menenteng beberapa kantung plastik.

"Baby, what are you doing here? kamu udah bangun dari tadi? Ayo diri..." kata Guanlin sambil mencampakkan kantung plastik tersebut dan tangannya sibuk memegang bahu Jihoon yang bergetar.

Jihoon terisak, "Aku kira... Aku kira kamuㅡ"

"Sstt, kamu ngomong apa sih. Ayo bangun, aku beli sarapan buat kita." jawab Guanlin tenang sambil menyingkap poni Jihoon yang terasa mengganggu. "Kamu kan nangis semaleman, pasti kamu cape. Makanya aku keluar beli ini ga bangunin kamu, sayang."

Jihoon mendongak, menatap manik mata Guanlin yang selalu teduh sejak dulu. "Peluuuk..." rengek Jihoon dengan wajah memelasnya.

Guanlin terkekeh namun tetap membawa tubuh mungil itu ke dalam dekapannya. "Aku nyuruh kamu bangun, bukan nyuruh kamu nangis."

Liefde [PanWink] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang