27 - Mimpi [2]

5.2K 619 283
                                    

Hai!!! Kalo udah lupa jalan ceritanya silahkan di baca ulang chapter 26, ya!

Genre; Fantasy

LIEFDE; MIMPI [2]


Jihoon yakin beribu-ribu yakin, bahwa manusia bersurai hitam pekat di sampingnya adalah si Edward, lelaki bermata indah dengan sayapㅡyang bagi Jihoon sulit dipercayaㅡ, yang ada di dalam mimpinya satu bulan yang lalu.

Tidak ada satu halpun yang berbeda, diantara Edward dan Guanlin. Hanya saja, sosok Guanlin versi masuk akal yang bisa Jihoon mengerti dan bisa di kategorikan dengan baik sebagai ‘manusia’ yang sesungguhnya.

“Tapi Edward juga manusia...” gumam Jihoon, tanpa sadar. Menjawab apa yang ada di benak nya sendiri.

Wajar saja jika Guanlin merasa aneh, risih, dan merasa bahwa tetangga barunya ini sedikit gila. Sudah sebulan ia hidup dengan perasaan menahan diri untuk tidak melaporkan oknum disebelahnya ini ke rumah sakit jiwa.

Lihat saja tatapan menusuknya yang sangat terang-terangan.

Dengan celana tidur yang menurut Guanlin sudah lusuh dan tidak layak pakai, bersandar pada dinding-dinding lift, bersedekap dada, mata memicing dan bibir yang terus mengeluarkan obrolan yang Guanlin tidak tahu ditujukan untuk siapa.

Jihoon terus bersuara sendiri, berbicara sendiri, dan ini pertama kalinya Guanlin bertemu dengan manusia segila ini. Dan lebih gilanya lagi, ia sudah mulai terbiasa ditatap sebegitu sialan nya dengan orang ini.

“Maaf?” sahut Guanlin, berusaha memastikan bahwa Jihoon sedang berbicara dengannya.

Dan selalu seperti itu, jika Guanlin balas menatapnya, Jihoon akan bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi.

Ia memasang wajah angkuh dengan tatapan lurus ke depan seolah baru saja menolak ajakan berkencan.

Kampret, orang gila nggak jelas.” umpat Guanlin. Kesal, dan mulai saat ini Guanlin bersumpah tidak akan lagi menanggapi seluruh tingkah gila seorang Jihoon.

Ting!!!

Adalah bunyi bel yang sangat Guanlin nantikan. Ia sudah muak satu lift bersama dengan orang yang terus memaksanya mengaku bahwa ia adalah si “Edward”.

Ia melangkah keluar, secepat mungkin dan ia terbengong-bengong begitu Jihoon ikut melangkah lebih cepat mendahuluinya, dengan wajah songong dan berkata, “Aku lebih tua, kan? Harusnya anak kecil jalan di belakang.”

Guanlin tercengang sesaat mendengar kalimat itu keluar dari orang yang nampak jauh lebih bocah darinya. Ia menghembuskan napas, berdoa dalam hati meminta Tuhan untuk menguatkan jiwa dan batin menghadapi manusia yang tetap meneruskan langkahnya tanpa sedikitpun menoleh ke belakang.

Jihoon sangat kekanak-kanakkan. Setahu Guanlin, Jihoon lebih tua dua tahun daripadanya. Tetapi kelakuan Jihoon tidak lebih seperti anak bocah berumur lima tahun yang selalu ingin menang disegala aspek.

Bahkan hal sepele seperti sekarang ini sekalipun.

Jihoon is a weirdo.

Jihoon is a bit crazy.

Jihoon isㅡ

Jihoon berhenti tepat di depan pintu apartemennya. Lalu,

“Password apartemen... berapa, ya?”

Unexpected.

Ia mulai menggaruk-garuk rambutnya sendiri. Sedangkan Guanlin bersikap acuh tak acuhㅡseolah sudah lelah menghadapi tetangganya iniㅡdan dengan santai memencet tombol kode sandinya sendiri.

Liefde [PanWink] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang