------------------------
Diana Prawestri PoV
Flashback On.
Kemarin sore, ketika aku buru-buru ingin masuk kelas untuk mengajar, aku berpapasan dengan Ardisa, Defa, dan dua teman Defa yang aku tidak tau siapa namanya. Aku melihat muka Defa yang babak belur seperti habis berantem dan darah yang mengalir dari hidungnya masih tidak berhenti keluar. Aku benar-benar cemas ketika meliha Defa seperti itu.
"Ya ampun, Disa. Adek kamu kenapa?" tanya ku kepada Ardisa. Sambil aku pegang wajahnya yang biru-biru.
"Ini harus diobatin. Kemobil saya aja, disana ada P3K buat ngobatin luka adek kamu. Ayok" ucapku dengan cepat.
"Dia berantem Bu. Makasih Yaa Bu" jawab Ardisa
Aku sibuk mengambil kotak P3K mobilku di dashboard depan, sedangkan Disa dan Defa sudah duduk di kursi belakang.
"Dam, Nik, Thank You ya. Kalian balik ke kelas aja. Bilangin ke dosennya, gue izin" ucap Defa kepada dua temannya.
"Santai bos. Cepet sembuh lu"
"Okee. Thanks" aku tidak pedulikan apa ang mereka bicarakan, yang aku pedulikan adalah luka Defa harus segera diobati.
Setelah mengambil kotak P3K, aku langsung ke kursi belakang kesmaping Defa, untuk langsung mengobati memar-memarnya. Setidaknya ada penanganan pertama, sehingga lebam dan darahnya hilang dari hidunnya
"Def, lo kenapasih berantem? Lo tau Regar kayak gimana, gak usah diladenin Def. Jadinya gini kan lo." ucap Disa yang terlihat cemas dan marah sama adik kesayangannya ini. Namun tidak ada jawaban sama sekali dari Defa
"Defa, ibu permisi ya. Ibu bantuin obatin luka kamu. Kamu tahan ya"
Aku sibuk mengobati luka-luka Defa. Sedangkan aku merasa dilihati setiap detik aku mengobati lukanya. Aku gak tau, harus kaya gimana. Jantungku sudah mulai berdetak cepat dan semoga Defa tidak mendengarnya.
"Sakit yaa? Maaf ya Def"
"Gapapa kok Bu.." jawab Defa sambil terlihat ngilu di wajahnya
"Def, lo sama Bu Diana dulu ya. Bu, tolong jagain adek saya sebentar ya Bu. Saya masih ada kelas, sebentar lagi selesai. Saya mau balik dulu, sekalian ambil tas. Bisa Bu?" seketika Disa izin pamit dan meninggalkan kami berdua dimobil ini.
"Bisa kok Dis, yaudahh, saya disini aja kok sama adek kamu. Kamu selesaiin aja dulu."
"Makasih Bu. Def, cepet sembuh, gue pergi dulu" jawab Disa
"Yaa" jawab Defa jutek.
Dimobil sekarang hanya tinggal aku dan Defa. Aku masih sibuk mengobati lukanya. Dan posisi Defa menenenggelamkan kepalanya menghadap diriku. Sehingga, mudah bagiku untuk mengobati lukanya.
"Bu?" Deva memegang tanganku. Ah, tangannya hangat sekali, mungkin karena habis emosi sehingga emosinya masih terbawa.
"Hah? Sakit ya? Maaf ya. Dikit lagi selesai" jawabku
"Gapapa, makasih yaa." Defa bilang makasih dan dia senyum padaku. Makin gak karuan jantungku berdetak karenanya
"Bu, kepala saya pusing. Saya mau tidur boleh?" tanyanya
"Iyaa Boleh. Saya tungguin" jawabku singkat
Aku kaget ketika dia menidurkan kepalanya dipundakku. Ya ampun, Defa kamu kenapa kaya gini? Udah tau, saya ini masih gak bisa mengatur perasaan kagum dan suka saya kepada kamu. Kamu jangan seperti ini, tolong.
"Bu?" dia memanggil namaku, dan aku menoleh. Ya ampun, dekat sekali tatapannya.
"Ibu deg-degan ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Lecturer
ChickLitLalu apa salahnya kalau saya jatuh cinta sama kamu, Ibu Dosen? - Defa Dan saya harus menyalahkan siapa, kalau perasaan ini mulai ada ketika kamu pergi menjauh? - Diana