----------------------------
Ardefa PoV.
Setelah berdiam-diaman di mobil, akhirnya mobil gue sampai di depan pintu rumah Bu Diana. Tapi aneh, gue melihat ada mobil Fortuner putih yang sedang parkir di pojok halaman rumah Bu Diana.
"Kayak kenal mobil siapa" gumam Bu Diana pelan, yang hampir saja aku tidak mendengar suaranya.
"Mobil siapa Bu? Temen Ibu?" tanyaku spontan.
"Hah? Enggak-enggak" jawabnya kaget.
"Mobil siapa Bu? Saya nanya, jadi dijawab" tanyaku sekali lagi.
"Urusan kamu apa?" Jawab Bu Diana sinis.
"Ibu gak boleh turun, sampe ibu jawab itu mobil siapa" jawabku sambil langsung mengunci mobil.
"Oke iya iya. Itu mobil mantan suami saya"
"Axel?" tanyaku lebih sinis.
"Iya. Yaudah saya mau turun"
"Oke saya ikut" jawabku cepat.
"Enggak usah."
"Kalo ibu kenapa-kenapa gimana? Siapa yang mau tanggung jawab? Setelah Axel pergi dari rumah ibu, ibu tenang aja, saya langsung pergi dari sini" jawabku lebih sinis.
"Terserah kamu aja Def" jawab Bu Diana pasrah.
Bu Diana akhirnya turun dari mobil gue dan gue mengikuti Bu Diana dari belakang. Ternyata benar, di ruang tamunya terdapat laki-laki bertubuh besar, sedang duduk dan mengangkat kakinya ke meja Bu Diana. Tidak sopan.
"Ngapain lo kesini lagi?" tanya Bu Diana sinis.
"Aku kangen kamu sayang" jawabnya sambil berdiri.
"Sayang, sayang! Gue bukan sayang lo lagi! Pergi gak lo?!" usir Bu Diana dengan marah.
Axel mendekat ke arah Bu Diana. Sedangkan Bu Diana mendekat ke arah gue. Bu Diana tenang aja Bu, saya akan melindungi ibu
"Tolong jangan dekati Diana lagi" ucap gue tegas.
"Lo siapa? Suaminya dia yang baru? Hah?!" jawab Axel menantang dan mendekati gue. Disangkanya gue takut apa sama orang kaya dia.
"Gue bukan suaminya. Tapi gue calon suaminya! Jadi, lo gak usah dateng kesini lagi temuin Diana. Ngerti gak lo?" jawab gue keras tepat depan muka Axel.
"Bajingan! Makan nih pukulan gue!" Axel narik baju gue dan pipi gue yang belum terlalu sembu, udah luka lagi gara-gara si bangsat ini.
"Ngajak ribut lo? Hah? Ayok sini gue lawan!" gue gak bisa tinggal diam. Gue bales dengan dua pukulan keras di muka dia juga.
"Stop!! Defa stop, aku mohon Stop!" teriak Bu Diana memanggil namaku. Tapi maaf Bu, saya gak bisa berenti. Biar laki-laki ini enggak ganggu Ibu lagi.
"Kamu pergi dari sini Di, biarin aku yang habisin mantan suami kamu yang gak punya otak ini!" jawab gue sambil menonjok muka Axel.
Axel pun membalas gue lagi. Perut gua jadi sasaran tonjokannya. Gue bener-bener udah gak ada tenaga lagi. Sekarang gue jadi bahan tonjokan dia. Sedangkan Bu Diana meninggalkanku, dan memanggil satpamnya diluar.
Setelah satpam Bu Diana dateng, akhirrnya Axel dapat dihentikan dan usir untuk pergi dari rumahnya. Gue pun langsung dibantu berdiri sama Bu Diana. Kaos gue udah lecek, udah kusut, udah ada bekas darah gue yang keluar dariadi. Bu Diana mau bawa gue kemana ya? Kekamarnya? Wah enak dong kalo ke kamar Bu Diana. Pikirku sambil merasa kesakitan.
"Defaa, kamu kenapasih ngeladenin Axel? Kamu jadi kayak gini kan.." Bu Diana daritadi gak berenti nangis. Gue makin gak suka kalo liat orang nangis apalagi gara-gara gue.

KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Lecturer
Chick-LitLalu apa salahnya kalau saya jatuh cinta sama kamu, Ibu Dosen? - Defa Dan saya harus menyalahkan siapa, kalau perasaan ini mulai ada ketika kamu pergi menjauh? - Diana