11. Kehilangan

2.9K 227 18
                                    

Malam sebelum Leve terlelap, gadis itu menyampaikan sebuah pesan. "Kalau besok aku bangun dengan keadaan mati," suara Leve terlihat begitu tenang. Tapi mata gadis itu di bawah lampu temaram masih terbersit gelisah. "Tolong kubur aku dengan segera."

"Lihat saja besok."

"Damb... aku takut." Itulah kata yang sedari tadi ingin diutarakan Leve. Dia resah. Bayangkan jika memang kalian mengetahui besok akan mati. Bagaimana akan kenangan yang tertinggal, bagaimana amal yang pernah diberikan untuk dunia.

Bayangkan jika esok kalian kehilangan segalanya dan menutup mata untuk selamanya.

"Jangan buat kematian menjadi sebuah permasalahan besar, Leve. Hidup memang menyenangkan. Tapi kematian jauh lebih mampu memberitahumu sesuatu yang terjadi tanpa sepengetahuanmu."

Sesuatu yang hanya dapat diketahui oleh orang-orang tertentu. Orang mati. Neraka. Surga. Kehidupan yang sesungguhnya.

"Tidurlah." Damb bangkit. Dia berjalan membuka pintu, kemudian menutup pintu usai berkata, "Aku ada urusan dengan kawan-kawanku."

Leve hanya termenung. Dia hanya memikirkan hari esok.

Dan malam itu, ternyata akan jadi malam paling mengerikan sepanjang hidupnya. Karena setelah Damb keluar, ada seseorang yang datang dari jendela sambil membawa pecut.

Itu malam yang paling membuat Leve merasakan yang namanya sakit luar dalam.

✏✏

Tengah malam pukul 00.00, saat yang tepat untuk Damb melakukan aksinya, dia segera datang ke kamar Leve.

Tapi di kamar itu hanya ada kasur dan perabotan berantakan. Vas bunga pecah. Lampu menggantung hampir lepas dari atas. Lemari ambruk.

Dan yang paling membuat Damb semakin tertegun... jendela kamar terbuka.

Damb langsung dapat menyimpulkan bahwa kamar yang berantakan adalah efek dari Leve yang berontak. Leve diculik.

"Anak buahku!" Damb berteriak. Sosok yang dari awal menyamar menjadi sebatas kawan-kawannya itu segera muncul dari berbagai tempat.

"Leve diculik," Damb sedikit terengah. Dia telah lengah. Dia kehilangan Leve, dia kehilangan sumber kekuatan yang di dapatkannya hari-hari terakhir dari hadirnya Leve dalam hidupnya. Dia kehilangan.

"Sepertinya kita harus melakukan pencarian besar-besaran," Damb memerintah. "Kita kehilangan Leve." Dan aku seolah kehilangan separuh hidupku. "Kumpulkan suku-suku vampir di bagian Barat. Kita dihadapkan musuh yang berat." Karena markas besar Damb ini dijaga dengan ketat. Semua jendela juga dijaga baik-baik. Maka sebuah kemustahilan untuk menembusnya.

Pengintai di setiap inci ruangan puluhan.

"Baik, Tuan."

Damb ngos-ngosan. Dia menyisir rambutnya ke belakang. Sebenarnya, dia bukan merasa kehilangan seorang mangsa. Perasaan yang timbul di lubuk hatinya jauh berbeda.

Tapi karena Damb sedang kehilangan cinta yang baru-baru ini diakuinya jauh dalam diri, dan membenarkannya bahwa semua ini bukan suatu kebetulan. Dia menyukai mangsanya.

Dia mencintai Leve.

✏✏

Di tempat lain, Leve bahkan masih setengah sadar. Semalaman dia tidak tertidur. "Damb." Hal yang terpikirkan pertama kali adalah vampir satu itu. "Mungkin maksudnya melatihku atas ketidaktiduran selama 4 hari kemarin adalah untuk membuatku siap untuk ini." Barang sejenak.

My SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang