26. Hajar aku di sini

1.8K 170 34
                                    

Mungkin, ada satu hal yang tak bisa dipungkiri di dunia ini. Perasaan orang.

"Tadi kau menolak, Sayang," Damb terkekeh kecil, menjatuhkan kepala Leve di dadanya. Ditepuknya kepala gadis itu.

"Damb...."

"Bohonglah lagi. Tidak apa agar aku bisa terus bisa mengejarmu lagi. Agar kau tahu bahwa semua niatku tulus."

"Maafkan aku."

Damb melenguh, masih menepuki kepala Leve. Dimain-mainkannya rambut panjang gadis itu. Pelukan ini hangat. Damb tidak ingin menjauh barang sejenak.

"Ya, Leve?"

"Maafkan aku, Damb. Setelah kupikir ulang, sepertinya aku belum siap menikahimu."

"Labil. Kau serius?"

"Aku masih merasa aneh berada di dekatmu."

Damb tertawa, tersenyum geli dengan tanda tanya di benaknya. "Apa yang salah?"

"Kau itu bejat, Damb! Kau menyebalkan!" Leve melepaskan pelukannya kasar, menghapus air matanya yang bodohnya tadi bisa keluar! "Gilanya aku karena mengambil keputusan singkat bahwa aku menerimamu hanya karena kau menunjukkan bukti tato atau apalah itu."

Damb menaikkan alis, tak merasa terganggu dengan pembicaraan Leve yang berubah-ubah.

"Jadi apa maumu?"

"Bencilah padaku dan tinggalkan aku."

Damb menaikkan alisnya lagi, melipat tangan di depan dada. Pria itu bangkit, tapi hanya sekilas untuk melepas jasnya, kemudian duduk lagi di samping Leve dengan raut tak terbaca.

"Pergi sekarang, Damb."

"Aku sudah bilang akan menemanimu."

"Damb...."

"Jangan melenguh seperti itu. Kau membuatku ingin memakanmu hidup-hidup."

Leve menepuk jidat, merutuk.

"Jadi, Damb." Leve mendongakkan wajah sebentar, menggerak-gerakkan gaun merahnya tak nyaman. Gaun ini sesak. "Aku tak percaya mengenai ungkapanmu mengenai hubunganmu dengan Elis."

Percayalah, gadis manapun juga tidak akan percaya begitu saja bila ini menyangkut orang ketiga. Ini tak adil.

Elis.

Iya Elis.

Sepertinya dia belum sepenuhnya tahu tentang dia.

"Damb. Jelaskan tentang Elis padaku."

Hening sejenak.

Damb dan Leve saling berpandangan. Leve mencari jawaban, sedangkan Damb sedang mengolah kata untuk mengungkapkan semuanya.

Pelan, alunan musik sudah samar-samar tak terdengar. Hanya ada suara embusan napas mereka yang sama-sama ingin menyelesaikan semuanya sekarang juga.

"Elis orang yang baik—"

Belum sempat Damb meneruskan ucapannya, pintu kamar Leve terbuka. Muncul seseorang dari balik sana dan langsung menyeletuk, "Bohong!"

Elis?

Iya itu Elis. Jadi tadi Elis mendengarkan semuanya?

"Damb bohong, Leve." Elis yang mengamati kedua makhluk di depannya tertawa, merasa lucu dengan ekspresi mereka berdua. Tiba-tiba membeku. "Kalian berdua kenapa?"

Ah?

"Tidak, lanjutkan," intrupsi Damb, kembali merubah ekspresi wajahnya menjadi seperti biasanya. Pria itu ikut mengamati Leve sambil menyunggingkan seringaiannya, entah apa yang direncanakan Damb sekarang.

My SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang