I will never, never ever let you go
-Never, Marcus & Martinus-✏✏
"Apa kau bilang?" Leve tertegun. Gadis itu meneguk ludah susah payah. "Kau jadi gila, Damb."
"Will you marry me?" Damb menurunkan panahnya, kemudian meraih kedua telapak tangan Leve lembut. Sekilas Damb tersenyum, melepaskan usapannya. Pria itu kemudian mulai melangkah menjauh untuk memanah, meninggalkan Leve dengan degup jantung berdebar.
Leve mengamati punggung Damb yang terlihat kokoh dari jarak agak jauh, pria itu terlihat seperti terkikik geli.
Leve membisu. Dia bahkan bisa merasakan sisa kelembutan di telapak tangannya yang menjalar ke hati, membuat getaran aneh di dadanya.
Bagaimana jika Damb serius?!
✏✏
Hari ini, Damb membuat Leve terbiasa. Damb menerangkan pada Leve bagaimana vampir melindungi dirinya, bagaimana teknologi dan vampir menyembah kepada Tuhannya, hingga bagaimana vampir bisa jatuh cinta.
"Jika setengah garis berbentuk hati ini menemukan pasangannya, ia akan membentuk cinta."
"Jika setengah pasangannya berpaling, apa jadinya?"
"Setengah garis yang ditinggalkan itu akan hancur, Leve. Hati akan membentuk puih-puih cinta abadi, dengan syarat sepasang raga itu menjaga perasaan satu sama lain." Damb menunjukkan gambar love di atas kertas putih pada Leve, "Jika setengah hati itu berpaling, setengah hati yang ditinggalkan akan menciptakan masalah."
"Damb...."
"Tenanglah, itu sekadar mitos."
Aku mencintaimu, Damb. Aku takut nantinya akan menjadi tokoh dengan hati yang ditinggalkan.
"Aku takut ditinggalkan."
"Kau milikku," Damb mendudukkan Leve di atas sofa ruang tengah Leve sambil mengusap puncak kepala gadis itu. "Hanya hatiku yang boleh mengisi hatimu."
"Memangnya siapa kau?"
"Aku? Aku adalah Damb yang mampu meluluhkan hati seluruh wanita yang ada," ujar Damb bangga, sedangkan Leve mengartikan lain jauh di lubuk hatinya. "Ingin bukti?"
Aku meragukanmu, Damb. Kau mungkin pernah jatuh cinta kepada vampir lain. Aku hanya akan menjadi salah satu orang penting dalam hidupmu, bukan satu-satunya.
"Jangan bilang kalau pembuktian itu," Leve menggeleng takut-takut. "Kau akan menyakitiku lagi."
"Anak pintar." Dugaan Leve tepat sasaran. "Mari kutunjukkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Soul
VampireAku ingin mati. Kalimat itulah yang selalu dirapal Leve akhir-akhir ini. Dia ingin mati. Bukan karena dia sedang membenci kehidupan atau pun dia sedang pasrah pada nasibnya, tapi karena dia telah lelah dikejar-kejar oleh seorang... Vampir. Dia gadis...