Aku ingin mati.
Kalimat itulah yang selalu dirapal Leve akhir-akhir ini.
Dia ingin mati.
Bukan karena dia sedang membenci kehidupan atau pun dia sedang pasrah pada nasibnya, tapi karena dia telah lelah dikejar-kejar oleh seorang... Vampir.
Dia gadis...
Leve melipat tangannya ke belakang kepala di sisi ranjang usai menyelesaikan sarapannya. Gadis itu menghela napas panjang, sedangkan Damb menepuk punggungnya-seolah melalui tepukan itu beban dan keresahan Leve seketika hilang.
"Sedangkan saat itu kau memang tak menyukai Pather. Kau benar-benar membencinya. Maka darah yang dihisapnya kembali lagi ke tubuhmu karena terbilang tidak sah. Secara kamu tidak menyetujui darahmu diambil olehnya. Tidak sah."
"Oh, ya?"
Damb mengangguk, melanjutkan ceritanya. Dia ikut bersandar di samping Leve. Wajahnya tenang menceritakan.
"Vampir juga punya sejarah, Leve. Dunia kami memiliki perwakilan dan pemimpin-pemimpin terbesar pula. Bersyukurlah sekarang kau bisa berhadapan dengan salah satunya." Damb menyombongkan diri, "Bersyukurlah kau dapat bertemu dengan vampir baik sepertiku."
"Aku bahkan lebih memilih tak pernah mengenalmu, mengenal duniamu daripada harus hidup dalam incaran para vampir."
Ini masalah nyawanya. Nyawanya dipertaruhkan.
"Kau bukan lagi incaran. Kau mangsa yang harus, mau tidak mau wajib menerima untuk jadi rebutan."
Leve memejamkan matanya. Embusan napasnya teratur. Paru-paru di tubuhnya masih memompa oksigen. Dia benar-benar masih hidup. "Lanjutkan."
"Semalam Pather kejang-kejang usai menyesap darahmu. Rupanya dia tidak tahu, bahwa darah anugerah juga punya aturan untuk diambil."
Leve bergumam. Pembahasan semakin ke sini semakin menarik. Ada poin-poin yang sebelumnya tidak dia ketahui kini dia pahami.
"Kau tidak menyetujui darahmu diambil olehnya, maka dari itu setelahnya darahmu akan menjadi racun untuknya."
"Damb... jadi kau sengaja membiarkan darahku dihisap dan tak membelaku karena itu? Seharusnya kau bilang padaku. Kau picik."
"Maka dari itu jangan memanggilku penghianat, Leve. Aku tak akan menyakitimu dan membiarkan orang lain merebut darahmu. Hanya aku yang boleh. Kau pun setuju."
Apa? Setuju?
Sebagian besar Leve bahkan merasa tidak setuju. Dia memang sekarang, ekhem. Jatuh cinta dengan Damb. Tapi bukan berarti dengan alasan cinta dia akan menyerahkan darahnya begitu saja.
"Tapi, Leve, bagian terpentingnya bukan itu. Bagian terpentingnya bukan seberapa kasihannya Pather. Bukan seberapa hebatnya dia hingga dia terlena. Hingga dia lupa sejarah vampir untuk mendapatkan harta karun anugerah setiap 400 tahun itu."
"Lalu apa?"
"Bagian terpentingnya, adalah ketika kau kemarin mulai berubah, Leve. Kekuatan 'anugerah'mu muncul hanya ketika kau merasa begitu pasrah."
"Maksudmu?"
"Kemarin tubuhmu bersinar, Leve. Bahkan gaun di tubuhmu seketika berubah menjadi gaun seorang putri terhormat. Wajahmu berkilau melebihi dewi Yunani kuno, dan selebihnya kau yang menaklukan Pather... sendiri."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.