4. Hilarious

280 24 0
                                    

"Dengar kan pas kepsek tadi ngomong 'walaupun'? Itu berarti ada sesuatu! Ini konspirasi!" Seru Sid berapi api.

Rama hanya mengangkat bahu, lalu menyorongkan sepiring besar kentang goreng ke tengah meja. Mereka sekarang sedang berada di Hilarious,  breakfast dan kafe milik Rama yang terletak tak jauh dari kawasan sekolah. Mereka selalu nongkrong di kafe ini, entah itu ada event tertentu atau tidak.

Tapi, biasanya mereka lebih sering belajar bersama dan hal ini rutin di lakukan setiap pulang sekolah dan akhir pekan sejak kereka SMP.

"Gua heran kenapa cuma buat ngediriin satu ekskul aja sulitnya bukan main," kata Cokie di sambut anggukan setuju Sid
"Ini cuma hal kecil kan buat mereka?"

"Lagian, sekolah mana sih yang ga punya ekskul bola?" Kata Rama sambil mengeluarkan buku fisika dan kertas untung menghitung.

"Yap, gua sangat sangat nyesel masuk Athens," kata Sid sambil mencolekan kentang pada saus sambal dan memakannya.
"Gua pikir sekolah keren. Tahu gini, gua selidikin dulu latar belakangnya."

"Iya. Tahu, nggak ada ekskul bola dan gurunya gila kaya Godzilla, gue nggak bakal masuk. Lagi, idenya siapa sih?" Cetus Cokie.

"Sori deh. Itu ide Bonyok gue," kata Rama dengan perasaan bersalah.
"Kalian kan nggak bakal masuk Athens kalo Bonyok gua nggak ngerekomendasiin ke ortu kalian."

Cokie menatap Sid, lalu beralih ke Rama.

"Eh, sori, man, ga ada maksud kok. Kan Bonyok lo nggak tahu kalo Athens nggak ada ekskul bola," Kata Cokie cepat cepat.

"Aturannya kita yang cari. Kan kita yang mau sekolah," kata Sid sambil meneguk Colanya.
"Mana peduli Bonyoknya Rama ada ekskul bola atau nggak."

Rama terkekeh pelan. Terdengar suaran klintingan dan pintu terbuka. Lando masuk dengan baju basah kuyup. Ternyata, dia habis kehujanan. Rama segera bangkit dan melesat ke ruang karyawan. Beberapa menit setelahnya, dia keluar membawa handuk. Rama melemparkannya pada Lando yang segera di tangkap.

"Man, lo nggak kenal teknologi payung ya?" Tanya Sid geli begitu lando bergabung bersama mereka.

"Tadi belum hujan," gerutu Lando sambil mengeringkan rambut gondrongnya yang basah.

"Kalaupun udah, lo pasti nggak bakal mau bawa payung. Lo kan cowok sejati" kata Sid dan segera berlindung ketika Lando bermaksud melempar botol saus.

"Duh, si Dara nelpon lagi," lata Cokie sambil memerhatikan layar ponselnya yang berkedip kedip.

"Dara itu anak SMP yang kemarin dulu itu, kan?" Tanya Sid

"Hmm.... Kayanya sih iya. Kok lo yang inget?" Tanya Cokie sambil nyengir nakal.

"Pedopil," ejek Sid sambil tertawa penuh kemenangan.

"Eh, dia udah jadi cantik banget loh. Bentar lagi kan dia mau masuk SMA," kata Cokie tanpa mematikan ponselnya yang masih berkedip.
"Buat lo aja Sid"

"Enak aja. Gue nggak mau barang  second, apalagi yang bekas lo," kata Sid sambil cemberut.
"Emang gue nggak tahu kalo lo pacaran ngapain aja."

"Lho, emang ngapain, Sid" tanya Cokie dengan wajah polos, membuat Sid, membuat Sid melotot dan kupingnya memerah.

"Dasar anak kecil," kata Rama sambil terkekeh.

"Anak kecil apanya!" Sahut Sid marah.
"Lando juga belum pernah punya cewek!"

Lando menatapnya sebal.

"Apa urusannya sama gue?"

"Yah, kalian nggak bisa bilang gue anak kecil! Itu berarti Lando juga anak kecil!"
Sahut Sid mencari pembelaan diri.

"Wah, kalo Lando mah beda," kata Cokie santai, sementara dari air mukanya nomor yang menghubungi ponselnya pasti beda lagi.

"Beda gimana? Sama aja kan?" Sahut Sid lagi.

"Beda. Dia nggak norak kaya lo. Cewek cewek banyak yang mau sama Lando, tapi nggak ada yang mau sama lo," kata Cokie sambil mematikan ponselnya.

Sid menatap Cokie garang.
"Kata siapa nggak ada cewek yang mau sama gue! Eh, Vanlentine tahun kemarin aja banyak yang ngasih coklat sama gue! Siapa yang ngasih coklat sama Lando, coba? Nggak ada! Takut di gonggongin!"

"Itu dia," kata Cokie.
"Banyak cewek yang ngasih coklat kelo karena merka pikir lo imut. Ngerti nggak? IMUT."

"Jangan bilang gua imut!" Seru Sid kesal.

"Ya, lo imut, sedangkan Lando cool,"  kata Cokie lagi.

"Gue yang cool!" Sahut Sid tak mau kalah.

"Ini pembicaraan apa sih," gumam Lando yang gerah melihat tingkah laku Sid.

"Dia bilang gue imut!" Sahut Sid emosi, setengah isi kafe menatapnya. Beberapa cewek malah mengangguk ngangguk.

"Lo emang imut kok," kata Lara, salah satu pelayan kafe itu sambil meletakan segelas kopi di depan Lando.
"Tapi, cewek nggak suka yang imut buat jadi pacar mereka. Mereka lebih suka yang misterius. Lebih menantang."

Dia bicara begitu sambil mengedip pada Lando yang menatapnya sinis. Setelah tertawa lepas, Lara kembali ke belakang meja bar. Sid memandangnya kecut.

"Lo tau yang bikin lo jadi imut?" Tanya Cokie, dan Sid tak perlu repot repot bertanya.
"Jepit rambut lo itu. Imut banget."

Rama, Cokie, dan bahkan Lando meledak tertawa saat melihat wajah Sid yang mirip marmut. Sid mengelus rambutnya, merasa tak ada yang salah dengannya. Sid punya rambut yang halus. Dia tak suka ada bagian rambut yang menutupi dahinya. Jadi, dia selalu menyempatkan diri untuk menarik rambutnya, mengaturnya dengan wax, dan menjepit bagian tengahnya agar tidak turun setiap pagi. Sid melihat tak ada yang salah dengan ini. Toh banyak cowok Jepang yang melakukanya.

"Untungnya lo nggak keliatan cantik," kata Cokie lagi.
"Kalo nggak, Godzilla pasti naksir sama lo."

Mereka sudah tertawa lagi.

"Oh, tenang aja, Godzilla suka cowok sejati kok," kata Sid, dan Lando langsung segera bergerak buas ke arahnya.




TBC







Besok kayanya ga up 2 hari kayanya karna selain panjang chapnya besok juga ada acara keluarga akunya hihihiwwww





POJOK KIRI PALING BAWAH JANGAN LUPA

High School Paradise (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang