2. Sid's Vicious

543 30 0
                                    

Sid melemparkan ranselnya sembarangan, lalu melempar tubuhnya ke sofa. Ia segera menyumpah nyumpah ketika kepalanya teebentur keras pinggiran sofa. Sambil mengusap ngusap bagian belakang kepalanya, Sid berjalan ke arah lemari es dan membuka frezzer. Dia mengeluarkan beerapa balok es dan menaru di dalam kantong plastik. Setelah itu, ia kembali ke sofa.

Sid mengompres kelapanya dengan dengan satu tangan, sementara tangan yang lain meraih remote control dan menyalakan TV. Setelah mengecek semua channel dan merasa tak ada acara bagus, dia segera menikmatinya. Dia kemudian mengganti mengompres bagian hidungnya yang sudah bengkak dan memar.

Lando sialan. Sid tidak menyangka dia akan berbuat setega ini padanya. Memang, selama ini Lando liar dan ringan tangan. Tapi, Sid tidak benar benar tak menyangka Lando akan menghantamnya dengan gelas. Yah, tidak begitu juga sih. Lando tadi mengaku gelas itu terpeleset dari tangannya. Tapi di kelas tadi, begitu banyak barang yang terpeleset dari tangannya sehingga Sid yakin Lando memang sengaja.

Menggoda Lando memang menyenangkan. Temannya yang satu itu tidak pernah punya kehidupan, kecuali berkelahi.

Ekspresinya selalu datar. Dan ini membuat Sid tidak tahan untuk menjahilinga. Tapi, sekarang Sid sudah lebih pintar. Sid tahu bahwa menjahili Lando ternyata sepadan dengan nyawanya.

Baru ketika Sid memikirkan cara membalasnLando tanpa harus membahayakan nyawanya, pintu rumah terbuka. Mama masuk dan berjalan cepat ke lemari es.

"Hallo, sayang," katanya sambil melirik sepintas ke arah Sid yang hanya balas melambai. Sedetik berikutnya, mama terdiam dan menoleh untuk mlihat Sid dengan lebih jelas
"YA AMPUN!!!"
"Ya ya," kata Sid malas ketika Mamanya menghabur ke arahnya dan hampir menginjak kakinya dengan sepatu tinggi yang pasti menyakitkan.
"Sayang, kamu kenapa?" Seru mama. Air matanya sudah menggenang. Sid menatapnya jijik.
"Ma udah lah," kata Sid sinis.
"Biar aku ingetin, Mama ga sepeduli itu sama aku."
"Sid ko ngomongnya begitu? Mama cuma pengen jadi ibu yang baik buat kamu..."
"Apa itu dialog terbaru dari film ngga mutu itu?" Tanya Sid lagi.

Mama mentap Sid tidak perrcaya. Detik berikutnya , wajahnya berubah jadi gembira dan menyela air matanya dengan tidak sabar. Dan segera bangkit dan berjalan ke lemari es untuk mengambil air putih.

"Hari ini lumayan asyik," kata Mama tampak seperti seorang cewe SMA yang girang karena di sekolahnya ada cowok baru yang keren. Sid menatapnya heran
"Itu, syutingnya."

Sid cuma mengangguk menanggapu kata kata Mamanya. Sementara itu, Mama terus membocarakan syutingnya.
Mama memang sudah menjadi aktris semenjak Sid masih kecil. Tepatnya, saat dia bercerai dengan Papa. Sid sih tidak keberatan. Tapi, menjadi anak seorang Aktris tidak menyenangkan. Mama hampir tidak pernah ada di rumah. Sekarang adalah keajaiban karena Mamanya sudah di rumah sebelum pukul dua belas malam.

"Knapa hari gini udah pulang? biasanya nunggu jam Cinderella," kata Sid. Jam Cinderella adalah istilah yang di ciptalan Sid. Saat masih kecil Sid sudah di tinggal jam berdentang di angka dua belas.

"Itu karena syutingnya lancar, dan tebak apa? Mama cuma melakukan sedikit keslahan! Mama di puji loh sama Sutradaranya! katanya, Mama sudah menunjukan banyak perkembangan. dia juga mengajak Mama makan malam untuk merayakannya!"

Sid menatap Mamanya tak percaya

"Ma? apa mama bener bener mengangap kalo itu cuma ajakan makan malam biasa?" tanya Sid membuat Mama bingung.
"Iya , memang kenapa? dia baik banget kan ngajak mama makan malam," katanya polos.
"Merayakan perkembangan Mama."
"Yeah, right ," dengus Sid.
"Mungkin akting Mama memang ada perkembangan, tapi otak nggak."
"Ngomong apa sih, Sid" tanya Mama sambil cemberut.
"Ma," kata Sid kesel.
"Dia manfaatin Mama. Dia cuma mau berduaan aja sama Mama."
"Sid," tegur Mama salbil duduk di keja makan.
"Kami cuma bakal dinner bareng dan ngobrolin film. Itu aja"
"Dan kalo itu terjadi tanpa kelanjutan, aku bakaln makan semua kaus kaki ku," kata Sid sinis.
"Memangnya kaloan anak SMA?"

"Sid Nolan ga seburuk itu kok," kata Mama membuat Sid hampir muntah. Dan yang membuat terkejut setengah mati, Sid berani bersumpah bahwa pipi Mamanya baru saja bersemu semu.

Sid melepas es dari hidungnya, lalu berdiri dan menatap Mamanya jijik. Setelah itu, ia bergerak ke kaarnya.

"Terserah kalian deh mau ngapain. Tapi inget aja, aku nggak mau adik perempuan. Atau laki laki. Atau duaduanya," kata Sid lalu membantung pintu kamarnya.

Sid menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang dengan posisi menelungkup sehingga hidungnya terkena lebih dulu ke ranjang.

"Damn it!!!" Serunya sambil melompat lompat mengatai kesakitannya.

Ini seperti kutukan baginya. Mama yang cntik, dan kenyataanya masih berstatus janda, selalu saja menbuat semua laki laki normal dan sayangnya, yang tidak juga jatuh cinta.
Kali pertama yang Sid tahu, Mamanya berkencan dengan pengusaha psycho saat Sid masih kecil. Dengar dengar, dia suka melakukan pelecehan seksual. Kedua, seorang tukan Ledeng yang membetulkan ledeng di rumahnya. Setahu Sid, tukang ledeng itu sempat menghilang beberapa saat dan kembali dengan baju berantakan. Sid bersumpah bisa melihat bekas bibirnya di kausnya. Dan masih banyak pria aneh lainnya.

Sid lag yang selama ini selalu berusaha melindungi sang Mama. Tapi, ini seperti lingkaran setan yang selalu terjadi berulang. Dan sekarang, tampaknya lingkaran itu belum mau putus. Sutradara, siapa pun itu, pasti orang aneh juga lebih ngeri, Mama ikut bermain di dalamnya. Mengetahui judul filmnya saja sudah terlalu mengerikan.

Sid kembali mengompres hidungnya yang sekarang terasa nyut nyuta . Dia harus memutuskan lingkaran setan ini. Sid harus menemukan seseorang yang normal untuk Mamanya dan menikahkan mereka. Ya, lingkaran setan ini harus benar benar putusa

TBC

POJOK KIRI BAWAH JANGAN LUPA

High School Paradise (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang