7. Jules' Rules

282 22 4
                                    

"JULIAAAA!!!!

Julia tersentak bangun. Matanya mengrejap ngerejap karena belum terbuasa pada sinar matahari yang meneribos melalui selah selah gorden. Dia lalu menggaruk garuk kepalanya, menguap, dan bertanya tanya diapa yang sudah berteriak sebegitu heboh.

Baru ketika Julia akan merebahkan diri lagu, dia terkesiap. Dengab segera dia menyambar weker yang ada di meja sebelahnya. Matanya melebar.

"AAAAAAARRRRRGGGHHHHH!!!!"





                  으으으으으








"Gawat, gawat," kata Julia sambil berlari sekuat tenaga ke arah gerbang. Ben sudah menunggunya di sana dengan tampang heran

"Lho? Terlambat lagi?" Tanyanya sambil mebukakan pintu.

"Brisik ah," kata Julia acuh tak acuh, lalu segera melesat ke lapangan upacara yang, seperti biasa, sudah di tempati lima makhluk. Satu di antaranya menatap ganas.

"PAK!" Sahur Julia sebelum Gozali sempat berkata kata.

"Hari ibu saya bener, Pak! Metromini yang saya naikin beneran migok. Trus naik yang lain, eh bannya bocor! Kali ini nggak pake nolong nenek nenek, Pak! Saya, oh, oke saya telat bangun lagi."

Julia memandang masam wajah Gozali yang tersenyum puas. Gizali tidak bisa dengan memercayai alasan Julia. Itu pastu. Julia mencibir begitu Gozali tidak melihat ke arahnya.

"Yak, sepertinya ada yang mulai biasa telat di sini" lata Gozali, membuat empat anak laki laki di sekeliling julia mengerling padanya.
"Kalu begitu, hukuman kalian di samakan saja."

"Pak, saya kan telat baru dua kali!" Protes Julia.

"Besok pasti kamu bilang baru tiga kali," kata Gozali sambil menatap Julia sebal.
"Kalau tidak begini, nanti kebiasaan. Kaya empat teman kamu ini."

"Ih, temennya siapa," cetus Sid membuat Julia langsung memandangnya benci.

"Baik baik, sebelum kalian mulai lari, ada yang mau saya sampaikan. Kalau kalian tidak keberatan khusus buat kalian berempat, apa kalian bersedia tidak datang terlambat pada saat ujian nanti?" Tanya Gizali pada Lando, Sid, Cokie dan Rama.

"Kayak mau kawin aja,"? Kata Sid membuat Gozali menatapnya galak.

"Kami selalu datang terlambat waltubujian dan nggak pernah ada masalah," kata Cokie tenang.
"Kami tetap rengking paralel."

"Jadi, tidak. Kamu tidak bersedia," kata Sid menyambung Cokie.

"Baik, baik, saya tidak mengharapkan apa pun dari kalian," kata Gozali.
"Saya cuma menyampaikan apa yang ingin di sampaikan Kepala Sekolah. Adal tahu saja, saya bukan tidak mencegahnya. jadi, sekarang, ato lari sepuluh keliling."

"Pak, Bapak nggak kasian sama saya?" Jerit Jukia syok.

Gozali memandang Julia seperti menilai sesaat, lalu melangkah pergi tanpa mengatakan apa pun. Julia langsung tertunduk lesu.

"Kalo dia kasihan sama lo, gua berani gantiin lo lari," kata Sid, Julia lantas menatap Sid sebal. Sid terkekeh, lalu mulai lari mengikuti Lando. Kulia menatap keempat cowok itu dan akhinya ikut lari sambil menyumpah.

"Baik, sekarang kalian lakukan hal yang sama seperti kemarin," kata Gozali setelah semua anak berhasil menyelesaikan putaran ke sepuluhnya. Sid dan Julia terkapar karena tadi mereka saling berlomba untuk finish di urutan pertama.

"Apa?" Sahut Sid terkejut.
"Bukan lingkaran basket bodoh itu laginkan?

"Ya lingkaran bola basket bodoh itu lagi. Sekarang, ayo semua ke sana sampai jam pertama berakhir," kata Gizali sambil meniup peluit yanda anak anak ajarannya harus memasuki lapangan.

High School Paradise (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang