3. Kartu Merah

415 23 0
                                    

"Lama amat!" Seru Lando ketika Sid dengan napas terengah engah.
"Kita udah main dari tadi!"
"Sori,sori," kata Sid sambil melempar tasnya sembarangan dan bergabung dengan ketiga temannya di lapangan bola. Dia segera bergerak ke arah gawang.

Selama setengah jam mereka bermain bola. Ini sebuah ritual yang di lakukan mereka sebelum masuk sekolah sejak SMP.
Mereka mencintai bola dengan sepenuh hati dan rela melakukan apapun deminya.
Sejak SMP mereka akitif mengikuti ekskul dan selalu memenangi pertandingan bergengsi.

Tapi, semua itu harus hancur ketika mereka masuk SMA elite Athens. Sekolah itu ternyata tidak memiliki ekskul bola. Hal ini tentu sangat memukil mereka berempat. Sekolah ini bahkan tidak pernah mengizinkan siapa pun bermain bola di halaman sekolah. Dan, satu satunya yang bertanggung jawab atas keganjilan ini adalah Gozali, gueu olahraga mereka.

"GOL!!!" Sahut Lando sambil berlari merayakan kemenangannya dan menunjuk nunjuk Sid dengan senyum mengejek. Sid mencibir.

"Udahan ah," kata Sid sambil berlari lari kecil ke pinggiran lapangan dan menenggak air mineral yang di bawanya.
"Yee... Mana ada keper ngambek!" Sahut Cokie sambil ikut duduk di samping Sid dan merebut air mineralnha. Lando dan Rama sudah berbaring.
"Godzilla pake baju putih" gumam Sid tiba tiba sambil menerawang lapangan.
"Nggak ada gunanya bikin spekulasi setiap hari" kata Rama, di sambut kekehan Sid "Gimana idung lo?"
"Oh" kata Sid sambil memegang hidungnya dengan rasa sayang. "Patah"
Rama ganti terkekeh. Dia melirik Lando yang sama sekali tidak menyesal.
"Gua mencium bau penyesalah di udara," kata Si lagi.
Lando bangun, lalu menyalakan rokoknya.
"Nggak heran lo jago akting," kata Lando tal peduli sambil mengisap rokoknya dalam dalam.
"Gua nggak bawa air sanitizer buat nyelamatin bokong lo kali ini," kata Sid sinis.
"Jadi, selamat menempuh dua kelililng ekstra"

Lando tak bereaksi. Rama dan Cokie berpandangan melihat Sid dan Lando yang sekarang saling buang muka. Mendadak ponsel Cokie berbunyi.

"Wahh alarm nih," katanya sambil memasukan ponselnya dalam saku.
"Siapa lagi tuh?" Tanya Sid heran.
"Laila. Anak kelas dua belas dua, tau?" Tanya Cokie sambil bangkit mengambil ranselnya. Semuanya melakukan hal yang sama.

"Dua belas?" Tanya Sid kaget.
"Lo kencan sama anak kelas dua belas?"
"Yup" kata Cokie sambil berjalan menuju sekolah.
"Kenapa emang,?"
"Wow. Lo. Keren," kata Sid mengagumi soso Cokie yang proporsional. Sid tahu Cokie pasti bisa mendapatkan cewek manapun, yang memang sudah dinlakikannya sejauh ini.

"Putri apa kabar?" Sindir Rama membuat Cokie terkekeh
"Putri? Kemarin nangis nangis. Gara gara gua bilang udah ga tertarik lagi sama dia," katanya ringan.
"Brengsek lo," kata Sid, tapi pandangannya masih kagum.
"Yah, begitu juga kaya semua orang," kata Cokie sabil nyengir.

Lando memerhatikan mereka semua dari belakang tanpa ikut bagian. Begitu gerbang sekolah terlihat, dia melempar rokonyanya ke tumpukan daun.

"Hai, Pak Ben," sapa Sid seperti bisa, yang langsung di balas senyuman dan akses bebas di serahkan pada Gozali. Ben sangat senang menonton mereka berempat dihukum macam macam setiap paginya.

"YAKKK, KALIAN!"
Seru Gozali dari mikrofon begitu keempat anak itu sampai di lapangan upacara.
"YA, YA, KALIAN YANG BEREMPAT. DIAM DI TEMPAT!"

"Here we go again" kata Sid sambil berdiri tanang di tengah teman temannya. Tak lama, Gozali datang dan menatap mereka galak seperti biasa.

"Masukan kemeja kalian," katanya dingin. Keempat anak itu melakukannya ogah ogahan.
"Yang rapih Lando!"

Lando, yang tadinya hanya menyelip nyelipkan sedikit bagian kemejanua dalam celana, sekarang benar benar sudah memasukannya.

High School Paradise (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang