10. New Project

226 18 0
                                    

"Jadi, sementara ini proyek kita diganti dulu ceritanya?" Tanya Cokie sambil menghirup latte.
"Bukan ngediriin ekskul, tapi ngebangun Julia masuk kelas khusus?"

"Yah, begitulah," kata Rama sambil menjatuhkan dirinya di sofa.
"Lagian, kita harus konsen dulu buat ujian. Kalo nggak masuk kelas khusus, ada satu yang sesih."

Cokie mengangguk angguk setuju sambil melihat Julia yang sedang mengepel lantai. Baru saha ada seseorang yang menumpahkan segelas kopi.

"Anaknya rajin juga," kata Cokie sambil myemgir pada Julia.

"Yah, gue sih seneng Sid bisa nemu dia di saat yang tepat," kata Rama sambil bangkit.
"Gue mau jemput Lando sama Aida dulu."

Baru ketika Rama berdiri, pintu kafe terbuka. Sid masuk tanpa melihat kana kiri. Julia, yang ada si aebelahnya, dengan sengaja menyodorkan tungkai pel di depan kaki Sid sehingga Sid menyandungnya. Tidak sampai terjatuh memang, tapi Sid menabrak seorang cewek yang hendak keluar.

"Ya ampun.... Kalo jalan hati hati," kata Julia demgan wajah polos. Sid menatapnya garang, setelah tentunya meminta maaf dengan manis pada cewek tadi.

"Lo sengaja,kan?" Sahit Aid panas. Julia hanya mengangkat bahu, lalu meneruskan mengepel. Rama menepuk bahu Sid

"Gue pergi dulu ya. Jules, kalo ga ada pelanggan, lo belajar aja," kata Rama.

"Sip," kata Julia sambil nyengir pada Rama yang sudah keluar dari cafe dan berjalan menuju mobil.

"Jangan pikir urusan kita udah selesai," ancam Sid pada julia yang sedang mencibir, lalu berjalan menuju Cokie yang sedang mengerjakan soal kimia.
"Yo!"

"Hoi," kata Cokie. Sid lalu menghempaskan diri ke sofa di depannya.

Kulia bukan tidak bisa melihat keadaan di sekitarnya. Dia menyadari kalau hampir seluruh isi kafe ini terdiri atas cewek cewek susianyayang semuanya memandang kagumnke pojok belakang. Julia tahu, kedua cowok itu memang samgat enak di pandang. Meski stengah mati menyangkal, Sid memang benar benar imut. Cokie di bilang paling tampan dari keempat cowok cowok itu, di tambah lagi tumbuhnya yang sangat proposional dengan tinggi sekitar seratus delapa puluh senti. Julia berpikir akan mengalami dilema yang tidak bisa dijelaskan.

Julia pasti tidak mengalami dilema yang menurutnya tidak penting itu. Dia tidak tertarik dengan siapapun di antara mereka berempat. Julia sadar betul kalau sekarang semua cewek di sekolahnya pasti iri karena sudah terlalu dekat dengan empat cowok idola mereka. Anggapan yang membuat Julia mau muntah, sebenernya, karena Kulia menganggap cewek cewek malang itu belum tahun bagaimana aslinya keempat cowok itu. Yah, memang tidak ada masalah dengan Rama san mungkin Lando. Tapi, Cokie dan Aid jelas bermasalah. Cokie playboy sejati, sedangkan Sid sakit jiwa.

Mungkin rama adalah yang terbaik dari keempatnya. Cowok itu tidak pernah macam macam dan selalu ramah pada siapa saja. Kulia tidak tahu soal Lando, kecuali sifat dinginnya. Tapi sifat Lando yang meisterius itu pasti sudah banyak menjerat perhatian cewek cewek. Dan dengar dengar, Lando dulu tukang berkelahi. Tapi, di antara semua, yang paling mengasankan bagi Julia adalah mereka semua pemegang rengking paralel selama tiga semester di sekolanya. Lando di urutan pertama, Rama di urutan kedua, Cokie di urutan ketiga dan Sid di Urutan keempat. Padahal, mereka di anggap biang onar karena selalu datang terlambat setiap hari dan di kenall sebagai musuh sejati Gozali.

Julia benar benar tak habis pikir melihat Sid dan Cokie yagg malah berkutat dengan soal kimia di belakang sana dan bukan jalan jalan dengan ceweknya atau apalah yang cowok cowok seusiannya mereka biasa lakukan.

"Sori,Mbak?" sahut seorang cewek yang menyadarkan Julia dari lamunannya.

"Eh? Apa?" tanya Julia dengan wajah ramah.

High School Paradise (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang