6. Rough Night For Lando

288 23 2
                                    

Lando melangkahkan kakinya dengan berat menuju halaman rumahnya. Lando melirik seonggok motor tua di teras, kemudian menghela napas. Laki laki itu pasti sudah pulang.

Lando mendengus miris. Laki laki itu bahkan tak pernah pergi. Lando memasuki rumah dengan gontai. Ia mendapati isinya sudah berantakan. Dengan dahi berdenyut saking marahnya, lando berderap menuju ruang tamu.

"Ada apa ini?" Tanya Lando gusar sambil tak sengaja menendang sebuah botol hingga menggelinding ke dapur.

Lando menatap marah pada seseorang laki laki paruh baya yang tergeletak sembarangan di sofa, yang tidak juga bereaksi. Lando memandang berkelililng. Segala barang pecah belas tampak sudah hancur tak bersisa.

"Laki laki kurang ajar ini...," desis Lando sambil bersiap menggulingkan laki laki itu dari tempatnya.

"Cem.... Paka....," gumam laki laki itu membuat Lando menarik bajunya.
"Ja....lang...."

Lando melepas kaus Ayahnya dan menatapnya benci. Kepala Lando sekarang sudah mau pecah.

"Heh! Bangun!" Sahut Lando sambil menunduk. Sekarang dia dapat mencium aroma minuman keras menguar dari tubuh ayahnya.

"Hmmhh..," kata Ayahya tanpa membuka mata. Jelas, dia masih bermimpi.

Lando terduduk pasrah di sebelahnya, lalu menatap putus asa. Ayahnya semakin menggila saja. Sebentar lagi, Lando pasti bisa menemukannya mati karena keracunan obat nyamuk. Dan Lando tak peduli pada hal itu.

Lando bangkit dan berjalan ke dapur untuk mencari minum. Tapi sepertinya sia sia. Tak ada satu botol pun yang terisi. Kesal, Lando mengambil gelas dari rak, mengisi dengan air ledeng, lalu menegaknya sampai habis. Setelah itu, dia melempar gelas itu ke sebrang ruangan sampai pecah berkeping keping. Ayahnya tetap bergeming. Lando malah sangai gempa macam apa pun akan bisa membangunkannya.

Sebenarnya, apa yang twrjadi sampai dia mengamuk begini Lando benar benar tidak habis pikir. Setahunya, tak ada lagi yang bisa membuat Ayahnya kalap, kecuali saat ibunya kabur bersama seorang bule. Tapi, itu sudah lama. Ayahnya juga tidak bekerja. Jadi, apa yang bisa membuatnya begitu kesal?

Baru ketika Lando akan masuk kamar, terdengar suara dering telpon, entah dari mana. Telpon itu sekarang sudah tidak ada lagi di tempatnya. Lando mencarinya ke bawah meja, tumpukan buku, dan ruang tamu. Tapi, diantak bisa menemukannya.

Di lihat Ayahnya bergerak, lalu segera menghampiri.

"Woi! Telpon mana?" Seru Lando ketika telponnya sudah bersering lima kali.
"TELPON!"

Ayahnya bergeming. Lando emosi. Lalu menyadari kalau suara itu teredam di balik tubuh Ayahnya. Lando segera menggulingkannya sampai merosot ke lantai, lalu mengangkat telponnya itu. Pasti dari salah satu temannya.

"Ya?" Jawab Lando setelag berhasil menyingkirkan tangan Ayahnya yang terlempar di pahanya.

"Orlando?"! Kata seorang wanita di ujung sana. Lando mengrenyit heran. Tidak pernah ada yang memanggilnya seperti itu, kecuali...

"Lando aja," kata Lando dingin.

"Sayang!" Seri Ibunya, membuat Lando bergedik. Bulu romannya memang seketika.
"Sayang, apa kabar kamu? Ini Mama!"

"Hah," dengus Lando geli.
"Mama. Nggak kenal."

"Yah, Ibu. Ini Ibu, " kata Ibunya lagi. Kali ini nadanya sedikit malu.
"Apa kabar kamu, Nak?"

Lando menelan ludah sebelum menjawab lagi. Sudah sekian tahun dia tak mendapat kontak apa pun dari ibunya. Sekarang, mendengar suaranya membangkitkan suatu perasaan dama hati Lando. Entah itu benci atau malah senang.

High School Paradise (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang