💘 Part 8 💘

4.8K 410 2
                                    

Aku celingak-celinguk, kebingungan. HPku rusak, aku 'tak dapat menghubungi Tylor. Aku sudah kembali ke restauran, tapi dia tidak disana. Aku menghela napas panjang.

Pesan di kertas kecil?

"Kau tidak lupa, kan, aku mengikutimu?"

Hanya itu yang dia tulis. Tapi sekarang dia kemana?

Aku berjalan kembali menuju mobil, berharap mungkin dia menunggu disana. Benar saja, dia sedang berdiri, bersandar di mobil. Dia menoleh kearahku.

Hari ini, anginnya lumayan kencang, mengibas-ngibaskan rambut Tylor yang berwarna cokelat dengan halus.  Matanya tajam menatapku, bak memanggilku untuk cepat datang ke sisinya.

"Maaf", ucapku halus, tak berani menatap matanya

Tylor menyilangkan tangannya, "Asik sekali, ya, sampai kau lupa aku ikut?"

"Bukan begitu", Tylor membukakan pintuku, menyuruhku masuk. Aku pun masuk tanpa berkata-kata, takut semakin menyulut sumbunya.

Setelah menutup pintuku, dia masuk dan segera menyalakan mobil. Aku hanya terdiam, mencuri-curi pandang ke Tylor.

"Kenapa?",Tanya Tylor ketus.

"Kau marah?"

"Bukannya sudah jelas, ya"

Aku terdiam, berpikir lebih baik jangan bertanya-tanya lagi. Tiba-tiba Tylor menghela napas panjang, "melihatmu bermesraan dengan pria lain membuatku kesal", gumamnya pelan.

"Apa?", pertanyaanku membuatnya terkejut. Kuping Tylor memerah, dia tidak menatapku, "Kau cemburu?"

Seketika ia mengerem, membuatku terpental kedepan, "Siapa juga yang cemburu?!", Bentak Tylor.

"Pinggirkan mobilnya", aku tersenyum penuh panik, mengingat kami masih ditengah jalan. Tylor menuruti perkataanku lalu meminggirkan mobil, kami berhenti di bahu kiri jalan. Tylor tidak melihat kearahku, "Tylor... Bisa lihat kesini sebentar?"

Perlahan, Tylor mempalingkan wajahnya, berusaha menatapku. Mukanya merah, mata hijaunya yang indah gemetar. Entah, mengapa, jantungku berdebar melihat dia seperti ini, sungguh berbeda dari Tylor yang biasanya. Imut.

"Kamu gak apa?", tanyaku pelan, "maaf"

"Kenapa kamu minta maaf?"

"Kau jadi seperti ini karena aku"

Tylor menatap mataku. Waktu sudah sore, pantulan matahari senja, membuat mata Tylor semakin indah, "Christin", panggilnya pelan. Jantungku makin tak karuan mendengarnya memanggil namaku dengan lembut. Tiba-tiba dia mendekat, lalu memelukku.

"T- T- Tylor kenapa?"

"Maaf", aku terkejut, dapat kurasakan pelukannya semakin erat, "Entah bagaimana, aku ingin sekali kamu jatuh ke pelukanku. Aku berusaha menjadi laki-laki sesuai seleramu, ternyata aku tidak bisa. Aku lemah. Melihatmu berdua dengan laki-laki lain, membuat dadaku sesak. Aku ingin kamu lebih menyadari keberadaanku. Aku ingin kamu sadar, bahwa aku sekarang suamimu. Aku mau kau menjadi milikku"

Jantungku semakin berdegup kencang. Aku juga dapat merasakan degupan jantung Tylor, tapi yang terpenting sekarang, dia gemetar. Aku tahu, jika dia berbicara lagi, dia pasti akan meledak. Aku mengelus rambutnya, Tylor langsung menatap mataku.

Aku tersenyum, "Ayo, pulang"

Sesampainya di rumah, Tylor langsung memelukku dari belakang, "aku masih mau memelukmu, boleh, kan?"

"Iya"

Suasanya sunyi, kami masih berdiri di depan pintu masuk. Aku dapat merasakan degupan jantung Tylor, cepat, tak beraturan, sama seperti degupan jantungku.

"Kau sekarang tidak marah jika kau mencium atau memelukmu", ucap Tylor pelan di kupingku

Aku tertawa kecil, "aku sudah bilang, kan? Setidaknya aku harus melakukan sesuatu sebagai balas budi atas semua bantuan yang kau berikan. Ya, karena tidak ada pilihan lain, dan kita juga resmi suami istri secara agama dan negara, jadi aku akan menggantinya dengan tubuhku"

"Kamu malah jadi seperti pelacur"

"Ya, mau bagaimana lagi? Toh, hitungannya aku sudah legal"

Pelukan Tylor semakin erat, "Sudah jangan berbicara lagi, Nanti aku tidak tahan" Tylor membenamkan kepalanya di pundakku, "Menunggumu sampai lulus itu benar-benar menyiksa"

Astagah. Aku tidak bermaksud menggodanya. Dia membalikan badanku, dan menyentuh pipiku dengan lembut. Senyumannya sangat penuh dengan kasih sayang, berbeda dari sebelumnya.

"Apa kau lapar?", tanyanya, "Kau tadi makan sedikit. Aku takut kau kelaparan lalu jadi kurus", dia tersenyum jahil.

"Lho? Bukannya kamu mau aku diet, ya?"

Dia mencubit pipiku, "Kamu begini saja aku sudah tergila-gila, bagaimana jika nanti kamu jadi semakin cantik? Mungkin aku akan menjadi monster", dia mengedipkan matanya, menggodaku.

Sekali lagi, ya, Tuhan, kau persatukan hamba dengan makhluk macam apa ini?

Cinta Yang Aneh 💘 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang