"Kau sudah sadarkan diri, rupanya", ucap seseorang itu kepadaku.
Ku melihat kakinya sudah ada didepanku, ku mengangkat wajahku, Om Rudi!
Sekarang ku ingat... Darmawan adalah nama keluarganya om Rudi, Rudi Darmawan... Ya, nama keluarga yang sama dengan nama yang disandang Dean... Dia ayahnya Dean!!
"Om rudi... kenapa??", tanya ku kebingungan.
Eric terdiam berdiri ditempatnya, tak bergerak. Ku yakin dia menyadari kehadiran 2 bodyguard dibelakang om Rudi, mereka terlihat waspada.
Dari belakang om Rudi, ku melihat Dean, dia tak berani melihat kearahku, dia membuang muka.
"Hahaha... Maafkan saya, Dek Christin", Om Rudi semakin mendekat lalu berlutut dengan satu kaki di depanku, "Atau sebaiknya ku panggil, Nyonya Tylor"
Aku waspada, ku dapat menebak kemana jalannya cerita ini.
"Saya tahu, Dek Christin ini cerdas, tanpa saya ceritakan, pasti dek Christin bisa menebak sendiri", Om Rudi tersenyum sambil mengelus rambutku.
"Christin-!", panggil Eric, takut om Rudi akan melukaiku.
Aku mengarahkan tanganku kepadanya, menyuruhnya diam di tempat, "Iya... seperti yang anda kira. Sekarang saya sudah mengerti", Aku menatap kearah Om Rudi, "Om adalah saingan dari perusahaan Tylor Fave Cosmetic?"
Om Rudi tertawa, "Hahahaha... Kau benar-benar pintar, dek Christin...", Dia menghela napas lalu bangkit berdiri, "Andai saja saya punya anak yang cerdas sepertimu, tidak seperti anak yang tak berguna macam ini!!"
BUGH!! Om Rudi memukul perut Dean dengan kencang.
"Dean!!!", Teriaku saat melihat Dean jatuh, merintih kesakitan.
"Cukup aku saja yang menguasai pasar kosmetik di Indonesia ini!! Aku tidak butuh saingan!! TIDAK ADA YANG BISA MENYAINGIKU!!", Om Rudi tertawa dengan kencang.
Aku menggretakan gigi, "Kalau begitu, kenapa om melakukan ini?", Pertanyaanku menghentikan tawanya, "...Apa om takut?"
Om Rudi langsung melihat kearahku, "DIAM KAMU BABI!!"
DUAGH!! Dia menendang wajahku.
"Christin!!!", Eric berlari kearahku, menopangku dari belakang, "Apa kau gila?!?!", Eric langsung berlari kearah Om Rudi, siap melemparkan bogemnya ke wajah Om Rudi.
Seketika 2 bodyguard itu menghentikan pergerakan Eric dan melayangkan sejumlah pukulan ke perutnya.
"Jangan macam-macam denganku, dasar bocah", Om Rudi menggenggam daguku, memaksaku melihat wajahnya, "Aku tidak takut akan apapun, kau lihat saja, akan kuhancurkan Pabrik kosmetik sialan itu!! DAN AKAN KUHANCURKAN SEMUANYA!!", Dia tertawa, lalu pergi disusul oleh 2 bodyguardnya.
Dean masih terbaring, merintih. Aku mendekat kearahnya, hendak membantunya berdiri namun dia menepis tanganku lalu pergi.
"Ukh...", Eric berusaha untuk duduk. Aku langsung membantu Eric, "Si sialan itu... bisa-bisanya dia mengkhianati sahabatnya sendiri. Kau tak apa??", Eric memegang pipiku lembut, terasa sakit sehingga membuatku berontak sedikit, "Maaf!! Sakit sekali, ya?!"
"Tidak...", aku memegang tangan Eric yang baru saja menjauh dari pipi lebamku, "Maaf, kau jadi harus terlibat seperti ini... Maafkan Dean juga, aku tahu dia tidak bermaksud begitu"
"Hah?! Bisa-bisanya yang kayak begitu dibilang tak bermaksud! Kau juga, tadi kau hendak menolongnya, kan?? Kenapa, sih, kau mau menolong orang macan itu?!"
Aku terdiam, melihat kearah pintu yang sudah terkunci, "Dean... Sedari dulu ayahnya tidak pernah memberikannya kasih sayang", aku tersenyum kearah Eric, "Ku yakin, dia melakukan ini pasti karena dia ingin dipuji oleh om Rudi"
"Apa??", Eric menggeleng lalu menatapku dengan serius, "Tapi, ya, tidak mengorbankan sahabat seperti ini, donk!! Pengecut!"
"Sudahlah... semua orang pasti membuat kesalahan. Aku yakin dia menyesal, aku dapat merasakannya"
Eric menyandarkan kepalanya ke bahuku, "Kamu, tuh... kenapa, sih, baik banget sama orang macam itu?! Dia sudah melukaimu macam ini, lho", Dia marah, namun menahan suaranya.
Aku tertawa kecil, "Yang melukaiku itu ayahnya, tahu"
"Ya, tetep aja-"
Aku menepuk kepala Eric pelan, "Sudah... Sudah...", Eric memandang wajahku dengan wajah yang masih mengekspresikan kemarahannya, Aku tersenyum, "Sekarang kita harus gimana??"
Eric menghela napas, lalu melihat ke sekeliling, "Aku punya ide", Ucapnya yang langsung menggandeng tanganku dan mengajakku pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Aneh 💘
Roman d'amourChristin, seorang gadis yang masih duduk di bangku SMA kelas 3 dengan suatu kelebihan yang sangat tidak diinginkan oleh kebanyakan gadis seumurannya, ya, berat badan, tidak membuatnya merasa minder atau terganggu. Saat banyak orang berkata bahwa wan...