💘 Part 10 💘

4.4K 353 0
                                    

Kami berbincang-bincang di Taman, bercanda bersama. Aku tertawa bersama mereka, tapi pikiranku berada entah dimana. Aku terdiam melihat teman-temanku, menyadarkanku bahwa aku masih SMA.

Aku masih SMA. Kenapa dia menikahi anak SMA sepertiku? Padahal dia terlihat lebih cocok dengan wanita seumurannya, seperti wanita yang tadi, misalnya. Mereka lebih pantas untuk bersama.

Aku mengingat bagaimana wanita itu memanggil Tylor dengan sebutan darling. Jantungku bak terjatuh di jurang tanpa dasar, hampa,bingung,  tak tahu kapan akan menyentuh dasar, tak tahu kapan akan hancur. Hanya melayang jatuh, tanpa kepastian.

Rasanya sesak.

"Aku tiba-tiba gak enak badan", ucapku, menghentikan teman-temanku bercanda, "aku pulang duluan, ya"

"Eh? Kamu gak apa?", tanya Aster sambil menempelkan punggung tangannya di dahiku, mengecek suhu tubuhku.

Aku tersenyum, "Gak apa, kok, cuman pusing", aku berdiri, "aku duluan, ya"

Setelah pamit, aku langsung berjalan menuju apartemen Tylor. Tiba-tiba, Ada seseorang yang menggenggam tanganku, Dean!

"Biar aku antar"

"Eh, Nggak usah"

"Rumahmu lumayan jauh. Kalau kau pingsan di tengah jalan, susah. Kasihan, tidak ada yang kuat mengangkatmu"

BUK! Aku langsung memukul perut Dean

"Kalo mau buat baik, ya, buat baik aja. Gak usah pakek ngejek", aku pun berjalan meninggalkannya merintih kesakitan.

"Iya, iya... Aku antar ya"

Dean pun mengantarku pulang kerumah, tentu saja, dia, kan, tidak tahu kalau aku sekarang tinggal di apartemen Tylor. Dia berpamitan kepada Mama dan Simon lalu pulang.

"Tumben, kok, pulang sama Dean", Tanya Simon. Aku meletakan tasku dan berbaring di sofa, menghela napas panjang.

"Iya, tadi abis main bareng di taman sama yang lain"

Mama mengampiriku dan duduk didekatku. Dengan manja, aku menaikan kepalaku ke pangkuan mama. Mama mengelus rambutku dengan lembut, "Bagaimana hubunganmu dengan Tylor?"

Aku terdiam. Aku membenamkan wajahku ke paha mama, "Aku g tau"

Lembut usapan kepala mama, membuatku merasa tenang. Rasanya seperti sudah lama sekali tidak dimanja seperti ini.

Aku melihat wajah mama yang tersenyum dengan lembut, "Gimana keadaan mama? Cuci darahnya lancar-lancar aja, kan?"

"Iya... Mama baik, kok. Kemaren mama sempet ngedrop, jadi diberhintiin, gak sampai selesai cuci darahnya"

"Trus, sekarang udah baikan?"

"Iya"

"Syukurlah", Aku pun tersenyum, kembali membenamkan kepalaku ke paha mama. Tiba-tiba aku merasakan ada tetesan air yang hangat di pipiku. Aku memandang keatas, ternyata mama menangis, "Mama, mama kenapa?!", Aku langsung bangun dan memeluk mama.

"Maafin mama, ya, sayang", ucap mamaku penuh isak, "Karena mama, kamu jadi harus menikah dengan seseorang yang tidak kamu cintai. Mama malah menjual kamu begitu saja"

Aku tak kuasa melihay mamaku menangis dan terus meminta maaf, semakin erat ku peluk mama, "Jangan minta maaf, Ma"

"Mama mau kamu menikah dengan laki-laki yang kamu cintai, bukan seperti ini. Maafkan mama"

Aku sadar. Tujuanku menikah dengan Tylor adalah Uang. Uang untuk biaya pengobatan mama, uang untuk keperluan di rumah ini sehari-hari, dan keperluanku untuk bayar SPP sekolah. Aku tidak seharusnya melibatkan perasaan pribadiku seperti ini.

Aku mengelap air mata mama, dan tersenyum, "Ma... Christin bahagia, kok, sama Tylor. Tylor orang yang baik, jadi Mama gak usah khawatir"

"Sungguh?"

"Tylor memanjakanku, kok. Cepat atau lambat Christin pasti akan mencintainya. Mama gak usah khawatir. Sekarang Mama istirahat, biar cepet sembuh, ok?"

Mama mengangguk. Aku pun mengantar mama ke kamar, dan menemani mama sampai terlelap tidur.

Jam sudah menunjukan pukul 9 malam, Tylor masih belum menjemputku. Aku mengecek HPku, dia tidak ada menghubungiku. Aku menghela napas panjang dan duduk di teras depan.

Sunyi, hanya suara jangkrik yang dapat ku dengar. Tiba-tiba datang mobil avanza berwarna hitam, parkir tepat didepan rumahku.

Turunlah 2 orang dengan jas rapih, berjalan menuju kearahku, Pak Nathan dan Pak Daniel!

"Malam, Christin", sapa Pak Nathan.

"Kita disuruh Pak Boss jemput kamu, nih", sambung Pak Daniel.

"Eh? Lho, Tylornya?"

"Dia masih ada kerjaan, mungkin pulangnya nanti agak malam", jawab Pak Nathan.

Cinta Yang Aneh 💘 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang