Back to Christin's Point Of View
Saat ketemu Tylor aku langsung memeluknya, aku menanyakan kenapa dia melakukan hal ini dan berharap dia menjelaskannya. Setelah mendengarkan penjelasan dari Tylor, aku langsung mencium bibirnya dan bilang kalau aku mencintainya.
Ya, Aku berencana seperti itu.
Tapi sekarang kami hanya terjebak berdua saja di dalam lift. Aku terdiam, begitu pun Tylor, dia tidak melihat kearahku sama sekali.
Aku ingin sekali mendengar suaranya, aku ingin berbicara kepadanya, tapi rasanya kata-kata susah sekali keluar dari mulutku. Aku hanya terus memegangi tali selempang tasku sambil melihat kebawah.
Seketika, lift kami terguncang dan berhenti, "Eh?", aku terkejut. Tylor langsung memencet semua tombol namun tidak ada yang menyala. Dia langsung menendang pintu lift dan duduk.
"Dia sangat tidak ingin berduaan denganku, ya", pikirku yang berdiri di pojok lift, memberi ruang bagi Tylor.
Tylor menghela napas panjang, "Sepertinya kita terjebak, liftnya berhenti", Gumam Tylor, Tylor langsung melihat kearahku, "Kau tadi mau kemana? Malam-malam keluyuran sendiri"
Jantungku rasanya ingin copot ketika mendengar suaranya, aku benar-benar merindukan suaranya, "Ah... Aku- Aku mau ke taman", jawabku canggung.
"Lalu kenapa kau masuk kedalam lift lagi?"
"YA JELAS, LAH, KARENA AKU MELIHATMU", Ucapku dengan nada tinggi. Aku pun tersadar kalau aku sudah ngegas, aku langsung menundukan kepalaku, "Maaf, aku teriak"
"Kenapa? Apa ada yang kurang? Aku sudah memberikan segalanya, ku rasa semuanya sudah cukup. Kalau memang jumlah yang ku kirimkan itu kurang, akan ku tambahkan"
Aku langsung menampar wajahnya.
Dia terlihat terkejut dan langsung bangkit berdiri. Aku memukul dadanya, namun tanganku terasa lemas dan gemetar, aku tidak bisa memukulnya dengan kencang, padahal aku marah sekali.
Tanpa aku sadari, air mataku berlinang, "Aku tidak butuh uangmu, bodoh!! Kau kira aku ini wanita macam apa?!", aku terisak, "Padahal aku sudah jatuh cinta kepadamu, tapi kau malah pergi meninggalkanku. Dan sekarang kau malah memperlakukanku seperti seorang wanita murahan yang dekat denganmu hanya karena uang. Ya, walau awalnya memang begitu, tapi sekarang tidak"
Tylor berusaha meraih tanganku yang masih menempel di dadanya, namun dia berhenti, "Aku tidak bermaksud begitu", Ucapnya pelan. Dia lalu membelai lembut pipiku, "Aku sudah mencelakaimu berkali-kali, kau tahu?! Dulu, kau bisa saja mati tertembak, dan itu karena aku! Kau diculik dan terluka, itu juga karenaku! Aku egois. Aku menginginkanmu tanpa tahu konsekuensinya yang akan terjadi padamu!! Jika sesuatu terjadi padamu dan saat itu aku tidak berada bersamamu, aku tidak tahu aku harus bagaimana!!", Tylor meletakan kepalanya ke bahuku, menahan suaranya, "Aku tidak cukup kuat untuk melindungimu"
Air mataku masih berlinang, aku menyandarkan kepalaku ke kepala Tylor, "Aku tidak memerlukanmu untuk melindungiku. Aku bisa melindungi diriku sendiri, bahkan, aku bisa melindungimu"
Tylor mengangkat kepalanya, dia menangis. Aku tersenyum, "Aku tidak masalah jika aku terluka, aku tidak masalah jika aku hampir mati, bahkan matipun aku tak masalah. Lagipula, jika aku mati, aku mati demi seseorang yang aku cintai", aku langsung mengkalungkan tanganku ke tengkuk Tylor dan mencium bibirnya, "Aku mencintaimu"
Tylor terdiam, dia terkejut, well, ya, karena ini pertama kalinya aku yang bilang cinta dan pertama kalinya aku yang memberikan ciuman. Dia langsung memegang kepalaku dengan lembut dan melayangkan ciuman ke bibirku.
Rasanya hangat sekali. Sudah lama aku tidak merasakan kehangatan seperti ini, walau cuman 2 bulan. Tapi sungguh, ini adalah pertama kalinya bagiku merasakan 2 bulan bagaikan 1 tahun.
Katanya, saat kau jatuh cinta, waktu akan berjalan sangat lambat saat kalian berjauhan dan akan berjalan sangat cepat saat kalian berdekatan.
Sekarang aku mempercayai kata-kata itu.
Aku mulai berusaha mengambil napas karena Tylor menciumku tanpa henti, "T- Tylor, tunggu dulu...", Ucapku berusaha menghentikan Tylor, namun, sayang, dia tidak berhenti. Kakiku terasa lemas, dan akhirnya aku jatuh terduduk bersamaan dengan Tylor.
Kami berdua berusaha mengambil nafas, Tylor langsung memeluku, "Kau sudah lulus, kan? Berarti sudah 'ok', kan?", bisiknya lembut di telingaku.
Aku langsung mendorongnya, "Kau bukanlah suamiku, lagi, bodoh"
Lalu Tylor berlutut di depanku, "Kalau begitu, sekali lagi", dia mengeluarkan sebuah kotak merah berbentuk hati dan dia membukakannya di depan wajahku, terlihat ada cincin silver berbentuk bunga Lily dengan berlian ditengahnya, Bentuk lily ini!! Sama persis degan kalung yang ku lihat dulu.
"Maaf, aku tidak bisa melamarmu dengan kalung, jadi aku membelikanmu cincinnya saja", Dia tersenyum.
"Dasar stalker"
Dia tertawa kecil, "jadi... bagaimana? Maukah kau jadi istriku lagi?"
Aku tersenyum, air mataku tidak bisa berhenti. Aku mengangguk, dan mengambil cincin silver tersebut dan memasangnya di jari manisku. Tylor langsung memeluku dan menciumku lagi.
Entah kenapa, mungkin sangat tidak romantis jika di lamar di dalam lift yang macet seperti ini, tapi, ya...
Aku terlalu bahagia.
Jadi aku tidak peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Aneh 💘
RomansChristin, seorang gadis yang masih duduk di bangku SMA kelas 3 dengan suatu kelebihan yang sangat tidak diinginkan oleh kebanyakan gadis seumurannya, ya, berat badan, tidak membuatnya merasa minder atau terganggu. Saat banyak orang berkata bahwa wan...