Lift pun kembali menyala dan naik ke lantai 8. Saat kami keluar dari lift, aku pun menyadari sesuatu, ini adalah lantai apartemenku.
"Kau mau naik ke lantai ini?", tanyaku yang masih bergandengan tangan dengan Tylor. Tylor terlihat panik dan hanya tertawa secara canggung, "Tunggu... kau tidak ingin menemuiku, kan? Jangan-jangan..."
"Hehehe... Selama ini aku tinggal di apartemen sebelah"
Aku tercengang. Selama 2 bulan ku mencarinya, dan ternyata selama ini dia berada di dekatku, sangat dekat. Dan selama ini aku tidak bisa menemuinya.
"Aku sudah mengatur jadwal pulang dan pergi agar tidak bertemu denganmu atau keluargamu... maaf", Tylor mengelus kepalaku, dia tersenyum.
Aku pun terdiam, asik merasakan degupan jantungku. Seketika aku terdiam, sepertinya aku melupakan sesuatu, DEAN!!
"Wait, Tylor... Aku harus menemui Dean di Taman!"
Ding!! Suara lift berbunyi. Dean keluar dan tersenyum, "Tak perlu... aku memang merancanakan hal ini, kok"
"Apa...?"
Dean berjalan mendekat, dia menepuk kepalaku dengan lembut, "Aku tidak bisa melihatmu terus-menerus tersiksa, Christin... Aku terlalu sayang. Tapi aku tahu, kamu bahagianya sama Tylor, bukan sama aku"
"Dean...", kembali, air mataku bercucuran. Aku memeluk Dean, "Terimakasih, Dean"
Tylor menepuk pundak Dean. Mereka tukar pandangan satu sama lain, sepertinya melakukan pembicaraan lewat batin antar pria, tapi sepertinya, itu adalah pembicaraan yang baik, mereka berdua tersenyum.
Dean langsung meninggalkan kami berdua.
Tylor seketika menggenggam tanganku dengan erat, dia menariku masuk kedalam kamar apartemennya, dan langsung mendorongku ke kasur.
"Tunggu, tunggu dulu Tylor!!", aku berusaha bangun, namun Tylor yang berada diatasku menahanku. Dia melepaskan dasinya dan kancing atas kemejanya, "Kau mau apa??"
Dia terdiam. Mata hijaunya memandang kedua mataku, dia mengelus pipiku dan menciumku dengan lembut. Aku jadi salah tingkah. Aku masih berusaha mendorong dirinya, namun dia tidak tergoyahkan.
"Aku mau kamu", ucapnya lembut di telingaku.
Jantungku sudah tidak karuan lagi, rasanya suasana jadi memanas, membuatku semakin panik, "Tunggu dulu, Tylor... Aku masih-"
BRUK!! Dia menjatuhkan badannya ke samping dan langsung memeluku erat. Dia menghela napas, "Ah... Aku tidak bisa...", Gumamnya, "Aku harus nge-halal-in kamu dulu, baru bisa sepuasnya"
"Ih, dudul", ucapku. Aku merasa lega, ku kira dia akan benar-benar melakukannya. Untunglah monster yang satu ini tahu batasan.
"Oh, iya... ngomong-ngomong, 2 bulan ku tinggalkan kamu... kamu agak kurusan, ya??", Tylor mencubit lemak di perutku
Aku mendorongnya, "Ya iyalah. Aku depresi nyari kamu, tahu!!"
Tylor memegang daguku, mengangkatnya, memaksaku untuk melihat kedua matanya, "Well, sekarang udah gak perlu nyari lagi, kan? Aku sudah ada disini", dia menciumku dengan lembut
"Lagipula, sekarang aku akan menggemukanmu lagi, supaya gak ditaksir banyak cowok lagi"
Dia tersenyum jahil. Jantungku melompat saat melihat senyumnya. Aku menciumnya, "Aku cintanya cuman sama kamu, kok"
Tylor gemetar, "Aku tuh nahan"
Aku langsung menamparnya lalu bangun, "Aku pulang, dulu. Simon dan Mama pasti khawatir"
Saat aku keluar dari kamar apartemen Tylor, tiba-tiba ada yang memanggilku.
"Lho, Christin??"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Aneh 💘
RomanceChristin, seorang gadis yang masih duduk di bangku SMA kelas 3 dengan suatu kelebihan yang sangat tidak diinginkan oleh kebanyakan gadis seumurannya, ya, berat badan, tidak membuatnya merasa minder atau terganggu. Saat banyak orang berkata bahwa wan...