💘 Part 27 💘

3.9K 311 1
                                    

Tylor's Point Of View

Aku melihat wajah Christin yang tertidur sambil memeluku, tangan yang ia letakan didadaku, menggenggam bajuku dengan erat.

Aku menggenggam tangannya dan mencium keningnya.

Apa, sih, yang sudah aku lakukan?

Aku terlalu egois.

Anak ini, anak berbadan besar ini. Mungkin bagi banyak orang dia bukanlah yang terbaik, tercantik, dan bukanlah yang paling sempurna. Tapi, bagiku dialah segalanya. Dia adalah orang pertama yang membuatku merasakan rasanya jatuh cinta.

5 tahun yang lalu, Aku kembali ke Indonesia untuk melihat perkembangan pembangunan pabriku. Saat aku dan Gamathea sampai di hotel, aku melihat ada pergerakan yang aneh, dan ternyata, Ada mata-mata dari pabrik Darmawan's Collection, perusahaan kosmetik yang sudah lumayan terkenal disini.

Aku dan Gamathea menyadarinya, kami pun menyusun segala kemungkinan yang ada.

Sampai suatu malam, aku sedang berdiri diatas balkon kamarku, memperhatikan adanya gerak-gerik yang aneh dari bawah. Saat itu, aku melihat ada seorang anak perempuan bertubuh besar, sepertinya dia masih duduk di bangku SD kelas 6 atau mungkin SMP, yang penting anak itu sangatlah gemuk.

Dia terlihat sangat senang, tawanya mengalihkan duniaku. Saat Aku dan Gamathea telusuri, ternyata ada acara Natalan yang diadakan di Hotel yang ku tempati.

Sekarang sudah tanggal 25 desember. Aku terlalu banyak bekerja sampai aku lupa kalau hari ini adalah hari natal, pantas saja harga tiket mahal, tapi, aku tidak terlalu peduli.

Aku entah mengapa tertarik dengan anak tersebut, aku lupa kalau aku sedang dimata-matai dan kemungkinan diserang sangat besar.

Aku duduk dibelakang anak tersebut, yang sedang asik berbincang dengan temannya. Kelihatannya dia datang hanya dengan temannya, karena tidak ada orang lain yang mirip dengannya di ruangan ini.

Selama acara, dia mengikutinya dengan penuh ceria. Entah mengapa aku seperti terpaku padanya, apa karena dia selalu tersenyum? Mungkin aku iri.

Tiba-tiba, saat pujian, dia menangis. Dia bernyanyi sambil menangis. Entah kenapa dadaku langsung terasa sakit melihatnya menangis.

Aku terbawa suasana, sampai tiba-tiba terdengar suara DOR!! Mata-mata tersebur menembak. Aku memejamkan mataku, siap menerima rasa sakit.

Tapi ternyata tidak, tidak ada rasa sakit. Saat ku buka mataku, anak perempuan berbadan besar yang duduk di depanku jatuh, bersimbah darah. Mata-mata itu meleset, dia tidak berhasil menembaku, dia malah menembak anak perempuan itu.

"CHRISTIN!!", Teriak anak perempuan di sebelah kanan dan kirinya. Keadaan menjadi mencekam dan penuh kepanikan.

Saat itu aku hendak menolongnya, namun Gamathea langsung membawaku pergi dan kami akhirnya pindah hotel, mencari hotel yang penuh dengan pengamanan.

Sejak saat itu, aku jadi tidak tenang. Aku terus kepikiran, aku sangat takut kalau anak itu kenapa-kenapa.

"Tylor, kau tak perlu khawatir. Kau aman disini", ucap Gamathea sambil meletakan teh hangat di mejaku, "Untunglah dia meleset"

"Apa kau gila?! Dia menembak seorang anak perempuan!! Anak itu bisa saja mati karena aku!"

"Tylor, tenanglah... itu bukan salahmu. Lagipula, jika seperti ini, mereka bisa saja ditangkap karena melakukan penyerangan secara tiba-tiba. Namamu bisa tetap bersih, karena kau tidak ikut campur di dalamnya"

Aku hanya terdiam, kesal sekali rasanya. Aku sangat egois jika seperti ini. Akhirnya, saat siang hari aku selalu menyelinap keluar dan mencari tahu dimana anak itu dirawat.

Christin. Seingatku, itulah nama anak perempuan yang tertembak itu.

Saat aku mengetahui dimana ia dirawat, aku segera menuju ke rumah sakit itu. Aku melihat banyak sekali orang yang menjenguk.

Aku hanya mengintip dari luar. Semua orang khawatir, namun anak itu tetap tersenyum.

"Aduh, anakku... sayang... kamu, kok, bisa seperti ini, sih??", ucap seorang Ibu sambil terisak, sepertinya itu Ibunya.

Lalu seorang pria berbadan besar mengelus kepalanya, "Kamu jangan gila, dek. Kamu bisa saja mati, tahu!!"

"Kamu, tuh, masih saja bisa senyum", ucap salah satu pria lainnya.

Dua orang itu, sepertinya kakak laki-lakinya. Dan yang lain masih mengenakan seragam SMP, sepertinya itu teman-temannya.

"Aku sungguh 'tak apa... lagipula, untunglah peluru ini mengenaiku. Jika tidak, mungkin peluru ini akan mengenai orang lain. Kasihan jika mereka terluka", ucap anak itu sambil tersenyum. Aku terkejut mendengarnya, dadaku langsung terasa sesak, "Aku bersyukur, tembakan ini kena ke aku. Penembak itu sepertinya bukan ingin menembaku, jadi saat dia tahu dia meleset, dia tidak menembakan peluru lagi. Dia pasti kabur"

Aku semakin terkejut, kenapa anak itu bisa dengan yakin berkata seperti itu? Tapi, ya... itu lah yang sebenarnya terjadi.

Jantungku berdetak cepat. Aku tahu, mungkin hal ini bukan sesuatu yang spesial bagi orang lain, tapi, ini adalah pertama kalinya bagiku diperhatikan, walaupun secara tidak langsung, anak ini berkorban demi aku.

Hal yang sangat fatal. Dia bisa saja mati jika tembakan tersebut mengenai jantungnya, untung saja hanya mengenai bahu kanannya. Mengetahui bahayabyabg ia hadapi, dia tetap bersyukur.

Entah mengapa...

Aku menginginkannya. Aku mau tahu kenapa anak ini bisa bersyukur padahal dia hampir mati, aku mau tahu kenapa anak ini mudah sekali mengekspresikan perasaannya.

Aku mau tahu segalanya tentang dia.

Aku mau dia.

Cinta Yang Aneh 💘 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang