🌟02🌟 Hide Out √

6.7K 585 12
                                    

Seorang gadis berparas cantik di sebuah halte itu sepertinya masih betah menunggu jemputan yang tak kunjung datang. Ditemani angin malam dingin nan sejuk, ia menghembuskan nafas lelah.

Jam sudah menunjukan pukul setengah satu pagi saat itu. Jalanan memang tidak terlalu sepi kali ini, tak sedikit pula ada beberapa orang tampak berlalu-lalang di depannya.

Gadis bermarga Cho itu memijit-mijit pangkal hidungnya dengan raut yang menunjukan bahwa ia benar-benar bosan, tak jarang ia juga mengubah posisinya karena sudah hampir menunggu sekitar empat puluh lima menit di ruang terbuka itu.

Helaan nafas keluar dari mulutnya, mengakibatkan asap putih mengepul karena udara malam yang cukup dingin bagi tubuh mungil nya yang hanya terbalut oleh pakaian yang tak begitu menghangatkan.

Matanya sudah tak mampu untuk menahan rasa kantuk dan lelah nya. Tidak ada yang sudi memberi tumpangan pada Hae Mi dengan berbagai alasan yang tak logis, bahkan semua teman sedevisinya sudah pulang.

Tangannya menjangkau pita hitam yang mengikat rambutnya untuk meminimalisir hiliran angin yang menerpa leher jenjangnya.

Hae Mi mengayunkan kakinya bosan, ponselnya mati karena lupa ia charger. Ia hanya bisa berharap kalau supir nya bisa membaca pesan terakhir yang ia kirim.

Ia berdiri agar tak membuat kedua kakinya kram dan membeku karena udara dingin. Sudah dua putaran yang ia lakukan mengelilingi halte agar dapat menormalkan suhu tubuhnya. Sampai akhirnya penantiannya berakhir saat ia melihat sebuah mobil yang berhenti di depannya.

Ia berlari kecil dengan senyum merekah, lalu mendekat ke arah mobil, berharap bahwa itu adalah tuan Shin, supirnya.

Jendela mobil terbuka dan memperlihatkan sosok yang sangat dekat dengan Hae Mi. Keningnya berkerut bingung melihat orang yang tidak biasa menjemputnya.

"Jungkook?"

Merasa nama nya dipanggil, Jungkook memberikan lambaian tangannya pada Hae Mi lalu segera menyuruh gadis itu untuk masuk.

Ia menurut, Hae Mi segera masuk ke dalam mobil dan menyimpan tas yang sedari tadi di gendong ke atas pahanya.

Mobil itupun melenggang pergi dengan keheningan yang diciptakan si lelaki, bisa Hae Mi simpulkan bahwa sahabat sejak kanak-kanak nya itu sedikit terpaksa dan lelah, jadi ia memutuskan untuk sedikit mencairkan suasana. Hae Mi memang begitu.

"Kita sudah lama tak bertemu. Kenapa kau diam saja? Apa kau tidak merindukanku? Bagaimana kabar Jimin dan Daniel? Apa kita perlu pergi ke arcade untuk mengobati rasa rindu ku? Bukankah akan menyenangkan?" Oceh nya yang tak henti bergerak agar Jungkook mau memperhatikannya.

Lelaki itu mengangguk, lalu memberikan jempol kanan nya ke depan wajah Hae Mi tapi tak juga mengeluarkan suara nya, lagi.

"Kau menyebalkan. Kalau kau lelah, lebih baik tak usah menjemput ku. Lagipula, siapa yang menyuruhmu? Oppa?" Tanya gadis itu gemas tak kuasa terus terdiam dengan keheningan di mobil.

"Itu bukan urusanmu."

Hae Mi semakin mendelik menatap sahabatnya itu. Dan Jungkook akhirnya mendengus menyadari Hae Mi yang tak akan mudah menyerah sampai mendapatkan jawabannya.

"Tentu saja Ji Hwan hyung, siapa lagi yang menyuruhku selain dia." Tutur Jungkook dengan lagat aneh sampai-sampai membuat Hae Mi semakin curiga dibuatnya.

"Kau berbohong! Kau pikir aku tidak tahu ekspresi wajahmu saat berbohong? Aku sudah mengenalmu sejak kecil, dasar kelinci jelek!" Tegur Hae Mi membuat Jungkook merasa tersudut.

Dengan nafas gusar, akhirnya ia kembali memohon Hae Mi agar diam dan menurutinya.

"Oke, aku diam."

STAR | KTH √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang