Hae Mi pov.
Hari ini aku melakukan aktivitas biasa ku di rumah sakit, nametag bergelarkan Dokter tertera jelas sebelum namaku tertulis. Ku hela nafas yang entah keberapa kalinya untuk pagi ini.
Aku tidak bergeming dari tempat ku berdiri sekarang. Gorden-gorden ruang rawat berterbangan karena angin luar. Mata ku hanya tertuju pada cahaya matahari yang berhasil menembus jendela. Sesekali ku selingi kegiatan tak berguna ku ini dengan seseruput kopi latte yang baru saja ku beli sebelum datang ke tempat ini.
Ruangan tak terpakai tapi cukup layak untuk ditinggali. Apalagi untuk menghindar kejaran-kejaran sunbae ku.
Drtt Drtt
Sepertinya keinginan ku harus tertahan saat melihat sebuah nama yang tertera di layar ponsel ku. Aku berdecak kesal, ku lempar sampah plastik yang kebetulan ada di depanku sembarangan arah lalu mendelikan mata asal sebelum pintu lift akhirnya terbuka.
Ting
'Menyebalkan.'
Kaki ku bergerak cepat menuju sebuah ruangan yang biasa dijadikan para senior dokter ku berkumpul pada jam istirahat seperti ini. Entah kemalangan apa lagi yang harus ku terima saat mendapati tatapan tajam mereka sudah menghunus pada ku yang baru saja menginjakan kaki di sana. Sontak saja kedua sudut bibir ku langsung terangkat. Tersenyum manis untuk sekedar menghargai mereka.
"Tidak usah berlama-lama lagi, sekarang belikan aku donat yang ada di toko sebrang."
"Eoh! Ku dengar ada toko terkenal yang baru buka di sekitar sini, belikan aku segelas latte dan cheese cake."
"Jangan lupa juga kau jemput anak ku!"
"Ambilkan baju gantiku yang tertinggal di basement."
"Nanti siang akan ada pemeriksaan, kau jangan lupa untuk segera membersihkan ruanganku."
Ku pejamkan mata kesal saat mendengar semua celotehan mereka. Kenapa nasibku seburuk ini? Apa mereka tidak tahu kalau aku ini hanya punya dua tangan dan dua kaki yang tidak bisa dipakai secara bersamaan saat melakukan itu semua?
Jarak toko donat dari rumah sakit ini jauh! Siapa bilang hanya di sebrang? Toko baru itu berjarak lima blok dari rumah sakit! Sebenarnya aku ini orang tua atau seorang dokter? Kenapa harus menjemput anaknya? Kenapa dia tidak mengambil bajunya sendiri? Tidak punya kaki? Aku juga bukan pegawai bersih-bersih!
Ku atur nafasku agar kembali normal lalu menatap semua mata sunbaeku dengan pandangan memelas. Namun bukan mendapat belas kasihan, mereka malah memicingkan matanya seakan ingin membunuhku saat ini juga. Harus ku bilang berapa kali pada mereka kalau aku ini seorang dokter dengan nilai tertinggi, kenapa mereka terus memperbudakku?
Kembali ku langkahkan kakiku pergi dan mulai menjalankan semua perintah sunbae ku satu per satu dengan penuh kesabaran.
Pun aku langsung terjatuh lemas saat pintu lift tertutup. Aku memandang pantulan diriku sendiri di pintu lift, menyedihkan. Ku tenggelamkan wajahku pada kedua lenganku yang saling bertumpu. Aku tak peduli siapa yang masuk saat lift berhenti.
Dapat ku dengar suara kekehan kecil keluar dari orang yang tengah berdiri di sampingku. Masih bertahan pada posisiku, aku hanya bisa mengumpatinya.
"Apa sangat melelahkan menjadi seorang dokter?"
'Su-Suara itu?'
Tubuhku membeku saat mendengar suara husky itu. Oh tidak, bahkan seluruh tubuhku sudah mati rasa detik ini juga.
"Apa aku perlu menagih janji mu kemarin?" Sambungnya kembali dengan nada yang membuatku jengkel.
Ku dirikan tubuhku dengan sigap dan menyorotinya dengan tatapan horor, "Kim Tae-"
KAMU SEDANG MEMBACA
STAR | KTH √
FanficIf you're a star. You will be the star that shines for me. Only me, Kim Taehyung. ©2018, April (official publishing) STAY AWAY FOR PLAGIARIST 🪓🤪 Warning: No revision, tulisan alay, ga rapi, sok rame, dll😅