23

25.9K 736 196
                                    

"Maksud Ayah apa?" tanya Lila sambil melepas pelukan sang Ayah.

"Kenapa kamu nggak pernah bilang kalau Suami kamu itu bajingan,Ayah nyesel nikahin kamu sama dia"

"Mak..maksudnya?" tanya Lila gugup.

"Kamu dimadu kan sama Dava,kenapa kamu nggak bilang sayang? Kenapa kamu nggak pulang ke rumah"

"Ay..aya..ayah tt..tau darimana?"

"Kamu nggak perlu tau dan Ayah nggak terima anak Ayah dimadu apalagi dengan alasan balas budi,pokok nya Ayah nggak mau tau,kamu harus ikut pulang ke Bandung"

Ya salam,cobaan apa ini,belum juga seminggu balik ke rumah,udah disuruh pergi lagi  kata Lila dalam hati.

"Tapi yah"

"Nggak ada tapi tapian,sekarang kemasi barang barang kamu"

Akhirnya Lila mengemasi barang barangnya,ingin mengelak pun ia susah karena melihat Andy yang sudah kalap itu,ia takut justru malah akan menyakiti Dava,atau yang paling parah akan memukul Dava habis habisan,sama seperti dulu pada Mantan pacarannya ketika SMP.

"Bi,nanti kalau Dava nyariin aku bilang aja aku pulang ke Bandung sama Ayah" kata Lila pada Sri yang diangguki saja karena ia merasa tidak enak kalau terlalu kepo.

Sebelum meninggalkan kamar yang baru sehari ditiduri itu,Lila menghela nafas lelah. 'Harus pergi lagi,cobaan apa lagi ini sayang' kata Lila dengan senyum getirnya.

***

"What jadi Lila hamil,wah selamat ya,terus sekarang dimana,gue nggak bisa hubungin dia" kata Nina,Sahabat yang juga bekerja di kantor Dava sebagai receptionis,ia sangat antusias ketika menceritakan bagaimana Lila dan kehamilannya.bukannya Nina tidak tau kalau Dava menikah lagi,tapi ia heran kenapa Lila mau kembali lagi,setelah ia pikir Lila kan sedang hamil bagaimana pun calon anaknya juga butuh Ayah.

"Di rumah kalau nggak kebutik sih"

"Emang lo bolehin dia ke butik?" tanya Dika sambil mencomot kentang goreng milik Nina.

"Sebenernya enggak sih tapi dia masih punya tanggung jawab sebelum Rana nikah,setelah itu juga gue suruh dia stay dirumah"

"Gue mau ketemu Lila dong" kata Nina.

"Boleh nanti pulang kerja aja barengan" kata Dava semangat,ia bahkan tidak tau kalau istrinya sudah dibawa Ayah mertuanya.

***

Sampai di Bandung ia melihat Bundanya menangis melihatnya turun dari mobil,badan Lila terhuyung ketika Bundanya memeluk erat sambil menangis sesenggukan.

"Kakak kenapa nyimpen ini sendirian Kak,kakak kan masih punya kita" kata Bundanya.

"Udah dong Bun,kasihan Lila itu badannya kegencet dipeluk erat banget,ayo bawa masuk biar istirahat dulu" ucapan Andy menginterupsi keduanya.

Lila masuk ke kamarnya yang ia tinggali sejak ia masih lajang,masih sama rasanya,tetap bersih karena Bundanya yang selalu menyuruh Sumi,Art di rumahnya untuk membersihkan kamar itu walaupun tidak ditinggali sang pemilik kamar.

"Kakak mau makan dulu nggak?" kata Bunda melongokkan kepalanya.

"Nanti aja Bunda,masih capek" perjalanan Jakarta Bandung yang memakan waktu karena sedikit macet membuat Lila tidak nyaman.

"Kita pisah lagi sama Papa,sayang" gumam Lila sambil mengelus perutnya.

"Kakak hamil?" tanya Bunda Lila.

"Kenapa nggak pernah cerita masalah kakak sama kita? Masih ada Ayah sama Bunda yang akan jadi tameng buat kamu sayang" kata Bunda setelah duduk di sebelah Lila.perlahan air mata itu turun juga.

"Aku nggak mau bikin kalian kepikiran sama aku,aku nggak mau Ayah marahin Dava karena ini Bun"

"Tapi harusnya kamu kasih tau Kak,seenggaknya kamu nggak mikirin ini semuanya sendirian,kamu nggak sendiri,masih ada kita" kata Bunda dengan sabar,semarah apapun dirinya pada sang anak,seorang ibu pasti akan menjadi orang pertama yang merengkuh bahu kita untuk menangis.

"Awalnya aku nggak terima,sama kayak Ayah,aku nggak mau dimadu,sampai Mama Dian minta ke aku buat ngerestuin pernikahan Dava dan Amel,Mama sampai sujud di kaki aku Bun,Bunda tau,bahkan aku yang mengantar Dava untuk ke pernikahan itu setelah pulang dari Gorontalo waktu itu,sebagai istri aku nggak sanggup liat semua itu,sampai Abi datang,dia merengkuh aku di pelukannya,dia nampung aku,dia yang ngerawat aku ketika aku sakit,keluarganya baik sama aku Bunda,dan dokter memvonis aku ternyata aku hamil anak Dava Bun" Lila mulai bercerita pada Bundanya,sekuat apapun ia selama ini,pertahanan Lila jebol juga ketika ia berhadapan dengan sang Bunda.

"Begitu tau aku hamil anak Dava,aku nggak mau bilang sama Papa nya,aku mencoba buat sembunyi dari Dava,sampai satu malam anakku minta Dava Bun,dia pengen deket sama Papanya,saat itu Dava tau semuanya dan meminta Lila untuk kembali,Lila kalut gimanapun Lila belum bisa memaafkan Dava meskipun itu salah Lila juga,tapi Lila mulai berpikir bagaimana nanti kalau bayi ini lahir tanpa Ayah Bun,Lila sanggup kalau hanya mengurusnya,tapi Lila nggak mau jadi orang egois yang cuma mementingkan ego,bolehkah Lila sekarang egois dengan nggak melepas Dava Bun?" Lila terisak dipelukan Bundanya,ia sudah tidak kuat lagi menahan semuanyaia sudah lelah,mungkin dengan berbagi ia akan sedikit lega.

"Siapa bilang kakak egois? Kakak cuma mempertahankan sesuatu yang memang seharusnya jadi milik kamu"

"Bunda percaya kamu bisa pilih yang terbaik buat kamu, Bunda yakin Dava pasti jemput kamu lewat Ayah,yang harus kamu lakukan sekarang,kamu istirahat disini,jangan mikirin yang lain dulu,nanti dedeknya ikutan stres kalo Mamanya stres,masalah kamu dipikir nanti jangan sekarang,Bunda tau kamu banyak pikiran"

Untuk kesekian kalinya Lila sangat berterima kasih,ia dilahirkan dari rahim seorang ibu yang sangat menyayanginya, ada Ayah yang akan menjadi tameng ketika ada orang yang menyakitinya,ada Ali sang adik yang akan menjadi penghibur di waktu kosongnya. Ini lah yang selalu Lila inginkan untuk rumah tangganya,memang setiap rumah tangga pasti ada bumbu untuk menjadi asin maupun manis tapi bolehkah ia meminta rumah tangga yang adem ayem seperti Ayah dan Bundanya? Meskipun Lila tidak tau bagaimana jatuh bangun Ayah dan Bunda nya sama sama mempertahankan itu semua,tapi Lila ingin seperti mereka.

"Tidur aja ya,nanti Bunda bawakan makan buat Kakak" Lila mengangguk.

Setelah Bunda menutup pintu Lila menatap nanar ke arah atap,baru beberapa jam berpisah ia sudah rindu. "Tahan ya Dek,sampai Papa jemput kita" gumam Lila sembari mengelus perutnya,sebelum jatuh tertidur.

***

"Pulang kemana Bi?" kata Dava kaget setelah Bi Sri memberitahu kalau Lila dibawa Ayahnya pulang.

"Ke Bandung Mas,soalnya tadi sempet denger dikit dikit Mbak Lila disuruh beresin baju" mendengar itu Dava berlari ke lantai 2 kamarnya,kemudian membuka lemari kaca,dan benar saja pakaian Lila hanya tinggal sebagian saja. Dava meremas rambutnya frustasi.

"Baru aja kamu pulang sayang" ucapnya.

"Bi tadi pergi nya jam berapa?" kata Dava setelah turun.

"Sekitar jam 10 pagi,tadi habis bikin bubur mutiara Bapak kesini,bahkan belum sempet dimakan" kata Bi Sri. Demi tuhan Dava sangat khawatir dengan Lila,bagaimana bisa Ayahnya datang menjemput.

"Yaudah saya mau jemput Lila dulu" pamit Dava sebelum pergi dengan mobilnya. Ia bahkan belum sempat ganti baju,masih menggunakan pakaian kerja tapi jas nya sudah dilepas olehnya.

***

Lama baru bisa next,semoga suka dan makin penasaran sama jalan ceritanya.mungkin nanti kalau sudah end akan ada revisi ulang dari season pertama sampai season kedua,nantikan ya guys jangan lupa vomen ...

Jangan lupa baca story iu yang lain "AKSARA" cek work ya...

Septi yulianingrum

MY POSESIF HUSBAND *season_2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang