Chapter 19

3K 295 77
                                    

1 Month Later

Seorang namja tampak sedang berjongkok disebuah makam yg terlihat masih baru. Namja tampan itu terlihat sedih bahkan seakan kehilangan raganya. Sorot matanya pun terlihat begitu putus asa.

Namja itu memang sering datang ke makam tersebut setiap hari selama dua minggu terakhir. Ya, ia rutin mengunjungi makam orang yg begitu ia sayangi setiap harinya semenjak ia diperbolehkan untuk pulang dari rumah sakit. Bahkan saat ia masih dirumah sakit pun, namja itu terus bersikeras untuk bisa pulang dari rumah sakit secepatnya agar bisa segera mengunjungi makam tersebut.

"Kenapa?? Kenapa harus terjadi seperti ini??? hikss...hikss..." isak namja itu sambil memegang batu nisan yg ada dihadapannya erat-erat

"Kenapa??? hikkss...hiksss... kenapa kita tidak bisa bersama?? hikkss... kenapa Tuhan tidak memberikan kesempatan pada kita untuk bisa saling menyayangi??? hikkss...hiksss..."

Jederrrrr.....

Alam semesta seakan mengerti perasaan namja itu karena tiba-tiba saja cuaca yg tadinya cerah berubah menjadi hujan lebat disertai petir. Tapi sepertinya hujan sama sekali tidak mempengaruhi namja itu untuk beranjak pergi dari sana. Ia masih tetap berada didepan makam orang yg disayangi sambil memeluk erat batu nisan tersebut.

"Hikss...hikss... Bogoshipeoo... hikss...hikss.. Jeongmal bogoshipeo... Kumohon hikss.. kembalilah.. hikss... aku menyesal.. hikss..hikss.. aku menyesal... hikss.. Kembalilah.. kumohonnn hikss...hikss.."

Buggghh....

Namja itu tiba-tiba saja memukul batu nisan yg ada dihadapannya dengan sangat keras hingga tangannya memerah dan terluka. Tapi namja itu tidak terlihat kesakitan sedikitpun, bahkan itu terus memukul batu nisan itu berulang kali dengan kedua tangannya.

"AAAAAARRRRRGGGGHHHHHH!!!!!"

.

.

Tak jauh dari namja itu, terlihat seorang namja cantik yg tengah memandang namja itu dengan tatapan iba dan sedih. Namja cantik itu memegang erat payungnya saat ia melihat namja yg sangat dikenal dan disayanginya itu berteriak histeris ditengah hujan lebat.

"Apa tuan muda tidak ingin menemuinya dan mengajaknya untuk pulang? Ini sudah sore dan hujan juga turun semakin deras. Saya takut tuan muda akan jatuh sakit jika terus hujan-hujanan seperti itu" ucap seorang pria berumur membuyarkan lamunan namja cantik tersebut.

Namja cantik itu tersenyum pahit lalu menggeleng pelan, "Anniyo ahjussi, biarkan saja dia seperti itu.. Kurasa hanya inilah satu-satunya cara untuk ia menyampaikan segala kesedihan yg ia pendam selama ini"

"Tapi tuan muda....."

"Aku mengenalnya sejak ia masih kecil, ahjussi.. Dan aku belum pernah melihat ia sehancur ini.. Semua kenyataan ini tidak mudah untuk bisa ia terima, ahjussi.. Termasuk aku... bahkan aku...hikss..."

Namja cantik itu tidak dapat melanjutkan kata-katanya karena kini ia mulai terisak. Ingin berusaha tegar dan kuat, tapi ia tidak bisa. Mungkin ia sama rapuhnya dengan seseorang yg sedang ia amati sejak pagi tadi. Tapi bukankah ia harus bisa terlihat kuat agar ia bisa menjadi tempat sandaran saudaranya yg kini sedang terpuruk. Tapi apakah ia mampu? Sampai kapan ia akan bertahan untuk berpura-pura baik-baik saja dan terlihat tegar?

"Tuan muda...."

"Aku baik-baik saja, ahjussi.. Jangan khawatirkan aku" potong namja cantik itu sambil menyeka airmatanya.

Namja cantik itu menghirup oksigen sebanyak-banyaknya untuk menghilangkan rasa sesak di dadanya. Dan setelah meyakinkan dirinya sendiri bahwa kini ia telah baik-baik saja, namja itu kembali memperhatikan sesosok namja tampan yg telah basah kuyup dan terlihat sangat rapuh.

MY BROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang