CHAPTER 21

3.3K 307 86
                                    

Luhan tengah memandang Suho dengan tatapan sedih. Sedaritadi Suho terus mengigau memanggil-manggil nama Sehun. Apa sebegitu rindunya Suho pada Sehun hingga didalam tidur pun Suho terus memanggil nama dongsaengnya?

"Eungg... Sehunniiee..."

Perlahan kedua mata Suho mulai mengerjap pelan tanda jika ia mulai terbangun dari tidurnya. Luhan yg melihat itupun mulai merasa was-was. Ia takut jika Suho akan kembali mengamuk dan menyakiti dirinya sendiri saat sudah sepenuhnya sadar.

"Suho-ah, kau sudah bangun??" tanya Luhan hati-hati

"....."

"Apa kau lapar?? Atau kau haus?? Mau kuambilkan minum???" tawar Luhan

"....."

Luhan menarik nafas panjang berusaha bersikap sabar pada sosok Suho yg terlihat seperti mayat hidup sekarang. Luhan lebih memilih melangkah menuju pojok ruangan untuk mengambil minuman karena ia yakin Suho pasti sangat haus setelah terus berteriak tadi

"Aku tidak butuh minum. Yang kubutuhkan hanya Sehun" ucap Suho dengan nada dingin

Luhan sontak langsung terpaku ditempatnya. Ia kembali menghadap kearah Suho dan memandangi saudaranya itu dengan tatapan sedih. Bagaimana mungkin Suho ingin Sehun kembali? Sehun telah pergi selamanya dan tidak mungkin kembali. Mereka tidak mungkin bisa melawan takdir yg telah ditentukan oleh Tuhan.

"Suho-ah,, Sehun sudah...."

"JANGAN BERKATA YANG TIDAK-TIDAK!!!!" bentak Suho tiba-tiba. "Aku hanya sedang bermimpi buruk sekarang. Mimpi buruk yg sangat panjang.. Jadi aku harus segera terbangun dari mimpi buruk ini" lanjutnya dengan suara yg sangat lirih

Tess...

Tanpa terasa airmata yg selama ini Luhan tahan mulai menetes dan membasahi kedua pipinya. Ia melihat jika Suho kembali berbaring diranjangnya dan mulai menutup kedua matanya kembali.

Tidak tahukah kalian bahwa Luhan juga mengharapkan hal yg sama seperti Suho? Ia juga sangat berharap bahwa ini semua hanyalah mimpi buruk. Tapi semua ini adalah kenyataan, kenyataan pahit yg harus ia terima. Jadi mau tidak mau ia harus bangkit dan berusaha untuk menerima kenyataan pahit ini.

"Seandainya kau tidak memintaku untuk menjadi kuat dan tegar, mungkin aku juga akan sama terpuruknya seperti Suho, Sehunnie.. Jujur... aku sudah tidak sanggup.. Aku tidak sanggup untuk berpura-pura kuat dan menerima semua kenyataan menyedihkan ini" batin Luhan

Luhan menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Rongga dadanya kini benar-benar terasa sesak. Bahkan ia sampai memukul dadanya sendiri berharap jika rasa sesak didadanya akan segera berkurang.

Luhan kembali memandang Suho yg tengah tertidur atau mungkin lebih tepatnya pura-pura tidur. Airmata Luhan semakin deras mengalir saat ia melihat Suho tengah menangis dalam diam.

Baik Luhan maupun Suho kini sama-sama tengah terluka. Terluka akibat kehilangan sosok dongsaeng yg begitu mereka sayangi. Kenapa harus ada perpisahan yg sangat begitu menyakitkan??

"Akankah ini berakhir sekarang? Airmata yg selalu mengalir setiap harinya. Tak apa bukan jika aku menangis sebentar? Agar kau dapat melihat tangisan kesedihanku ini" Luhan

"Gwenchana, hyung... Menangislah dan bersandar pada hujan. Ini hanyalah hujan lebat yg akan segera berlalu.. Saat hujan sudah berhenti, kita pasti akan segera bertemu kembali di surga nanti.. Jadi... jangan pernah ucapkan selamat tinggal.." Sehun

Flashback On

Nb: Ini sesaat setelah Suho sadar dari pingsannya setelah berita kematian Sehun ya, readers..

MY BROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang