Part 10 (Painting Of Rose)

324 21 0
                                    

 "Aku mendapatkan surat dari Pangeran Tae Hyung, dia akan datang berkunjung sebentar lagi." Kata Ahn Rin setelah membuka pintu.

"Pangeran Tae Hyung akan berkunjung?" tanya seorang lelaki tampan yang tengah menatap seksama kanvas yang berada di hadapanya.

"Tentu saja." Jawab Ahn Rin dingin.

"Bagaimana pertemuan pertamamu dengan Pangeran Tae Hyung beberapa saat yang lalu?"

"Kau baru bertanya sekarang?"

Ahn Rin berhenti melangkah mendengar pertanyaan itu keluar dari sesosok lelaki idiot yang sedang melukis di samping jendela. Gadis itu menatap Seok Jin beberapa saat dengan tatapan tidak suka sebelum menghela nafas dan kembali melanjutkan langkahnya menuju sebuah kursi yang berada di sudut ruangan.

"Dia lelaki yang tampan, pemberani, dan yah -mempesona seperti yang aku bayangkan."

Seok Jin tersenyum tipis sambil menorehkan cat berwarna kuning ke kanvas yang ada di hadapanya. Seok Jin tau gadis itu tengah menatapnya tidak suka, itu adalah hal biasa yang ia dapatkan ketika Tuan Putrinya sedang dalam keadaan tidak senang. Matanya melirik ke samping menatap sejenak pohon oak yang tumbuh lebat di halaman samping lalu kembali melanjutkan goresan kanvasnya.

"Lalu apa masalahnya?" Tanyanya lagi dengan nada yang halus dan bersahabat.

"Dia sedikit ambisisus..." sahut Ahn Rin pendek.

"Kau tidak menyukainya?"

"Tidak justru aku sangat menyukainya, dengan menatap matanya aku langsung bisa menebak apa yang dia inginkan. Dan lebih mudahnya lagi, dia tidak akan pernah mengingkari itu."

"Itu bagus..."

"Yah, dia mengingatkan aku pada seseorang yang sangat jauh berbeda, yang sebenarnya dia memiliki semua kesempatan dan semua kelebihan." Ahn Rin menegakan tubuhnya sambil mengangguk-angguk pelan dan menatap Seok Jin sinis.

Lelaki itu menghentikan kegiatan kesukaanya sejenak untuk meresapi apa dari kata-kata yang di ucapkan Ahn Rin. Menggerakan kepalanya sedikit sambil menatap lukisanya yang hampir jadi. Mungkin beberapa orang berfikir lelaki itu sedang berfikir atau mengamati sesuatu tentang lukisanya, tapi Ahn Rin tau ucapanya tadi sepertinya sedikit mengenai Seok Jin.

Ia sangat mengenal lelaki yang memiliki sifat kalem itu, sangat mengerti saking mengertinya hingga hafal dan membuatnya semakin bernafsu untuk merubah lelaki itu. Seok Jin adalah tipe burung dalam sangkar, lelaki itu seperti tidak pernah ingin atau suka keluar dari zona nyamanya. Entah seberapa orang di sekitarnya telah berteriak untuk keluar kalau mereka membutuhkanya. Seperti Ahn Ri yang sepertinya sudah pada tahap membutuhkan Seok Jin.

"Setiap orang berbeda, kau tidak bisa menyamakan isi kepala satu orang dan orang lain..."

"Aku tidak mencoba menyamakanya, aku tau itu adalah sesuatu yang sangat bertolak belakang. Aku tidak mengerti kenapa ada seorang seniman puas hanya dengan melihat tembok kamarnya?"

"Dalam seni yang terpenting adalah ketenangan fikiran, jika hanya dengan menatap tembok bisa membuat dirimu tenang maka seorang seniman tidak membutuhkan apa pun lagi untuk menciptakan sebuah karya. Bahkan sebuah karya terkenal diciptakan oleh seorang narapidana, yang terpenting adalah buatlah dirimu tenang maka kau akan mampu berfikir jernih." Kata Seok Jin melanjutkan lukisanya.

Ahn Rin tertawa remeh mendengar itu, lelaki itu seperti secara tidak langsung menyinggungnya balik. Kenapa tidak langsung berbicara 'Tenangkanlah fikiranmu terlebih dahulu baru berbicara padaku'.

"Aku penasaran, seseorang yang bericara seolah itu sangat mudah. Pernahkah kau sekali saja merasa marah? Bahwa sesuatu tidak berajalan sesuai keinginan karena seseorang? Lalu seseorang itu bersikap tenang seolah tidak terjadi apa pun padahal jelas-jelas dia menyembunyikan sesuatu."

SUN Flower Where stories live. Discover now