The Phoenix Eyes (1)

362 30 4
                                    


"Mulai sekarang, Pangeran Tae Hyung yang akan menjadi pemimpin kalian...." Tae Hyung tersenyum mengingat kejadian kemarin. Seohyun telah menyerahkan semua kekuasaannya dan semua mentri serta pejabat rangkulanya kepada Tae Hyung. Sekarang lelaki itu berhasil menguasai lebih dari separuh bagian istana. Tidak akan ada yang berani melawanya saat ia memerintah nanti, tidak ada lagi yang bisa membantah keinginannya bahkan jika itu Yang Mulia Kaisar.

Kereta yang ia tumpangi berhenti di depan sebuah rumah megah milik Perdana Mentri Duang Ju. Jujur saja ia jarang sekali bertemu lelaki tua sekarat itu, Duang Ju hanya menghampiri istana sesekali tapi semenjak bulan lalu ia tidak datang lagi, dan Tae Hyung akan memastikan bahwa mentri sekarat itu tidak akan pernah menginjakan kakinya istana lagi.

Seorang pengawal berdiri membungkuk di depan kereta kuda Tae Hyung saat lelaki itu keluar. Tae Hyung bisa melihat beberapa pengawal dan pelayan berbaris rapi di depan pintu masuk menyambutnya dan mereka semua membungkuk saat Tae Hyung menatap mereka. Lelaki itu tanpa mengatakan apa pun memasuki kediaman Perdana Mentri di ikuti beberapa pengawal dan pelayan. Seorang pengawal menuntunnya menuju kamar utama Perdana Mentri, saat memasuki kamar lelaki tua itu, Tae Hyung hanya mendapati Duang Ju dalam posisi setengah berbaring bersandar di kepala ranjangnya lalu tersenyum lemah pada Tae Hyung.

Senyuman yang hangat, kumis putihnya terangkat sedikit saat lelaki itu tersenyum. Tae Hyung membungkukan badanya sesaat memberi hormat kepada sesepuh tentu saja walaupun ia tau ia akan membunuhnya. Ah bukan, bukan Tae Hyung yang membunuhnya tapi Seohyun.

"Rasanya senang sekali Yang Mulia Pangeran mau menyempatkan waktunya untuk menjenguk saya." Kata Duang Ju sambil mengikuti gerak Tae Hyung yang mendekat padanya.

"Kakek Mentri sudah mengabdikan seumur hidupnya untuk Silla sangat tidak pantas jika Silla hanya mengingatmu dalam keadaan sehat saja." Tae Hyung membalas senyuman Duang Ju. "Silla juga harus mengingatmu disaat sakit. Bagaimana keadaanmu kakek?"

"Ah aku merasa jauh lebih baik saat melihatmu Pangeran..."

"Benarkah? Kalau begitu maafkan aku Kakek...." kata Tae Hyung meraih tangan kanan Duang Ju lalu menggengamnya hangat.

"Untuk apa Anda meminta maaf Yang Mulia?"

Karena aku akan membunuhmu Perdana Mentri...

"Karena aku baru bisa menjengukmu sekarang..."

"Tidak perlu meminta maaf Yang Mulia, Anda bisa menjenguk saya pun saya sudah sangat senang." Duang Ju membalas genggaman tangan Tae Hyung.

"Tuan besar waktunya minum obat..." beberapa pelayan dan beberapa pelayan tabib berdiri di depan pintu kamar Duang Ju.

"Ah aku sedang berbicara dengan Pangeran tidak bisakah kalian men-" keluh Duang Ju ingin mengusir para dayang tersebut tapi Tae Hyung memotongnya.

"Masuk!"

"Yang Mulia?" Duang Ju menatap Tae Hyung bingung.

"Kau harus rajin minum obat kakek, obat itu akan menolongmu..." agar cepat masuk surga.

"Ah baiklah, maaf harus membuat Anda menunggu sebentar Pangeran."

"Aku sama sekali tidak keberatan kakek demi kebaikanmu kau harus rajin minum obat dan tapat waktu." Kata Tae Hyung tersenyum manis tapi percayalah itu wajah raut yang benar-benar berbeda dengan hatinya.

Para pelayan memasuki karmar Duang Ju. Tae Hyung memperhatikan mereka satu persatu, lalu mendapati seorang pelayan tabib yang meliriknya dengan cepat Tae Hyung menyadari itu dia tabib utusan Seohyun. Selir bodoh itu benar-benar menepati janjinya, ia datang untuk menjenguk? Omong kosong! Tae Hyung datang kemari untuk memastikan racun itu benar-benar sampai ke dalam tenggorokan Duang Ju.

SUN Flower Where stories live. Discover now