"Jadi apakah ini akhir dari keputusanmu, kau tau mungkin keputusanmu melukai banyak orang. Semakin banyak orang yang terluka akan semakin banyak pula kebencian, dan semakin sulit untuk bertahan Tae Hyung..." ujar Hang Geng menasehati putranya. Bukan karena dia tidak mendukung Tae Hyung tapi perang saudara adalah hal yang paling mengerikan yang terjadi di suatu negara.
Kau harus membunuh temanmu sendiri, bahkan mungkin saudaramu sendiri. Kita yang terbiasa berdiri di tempat yang sama, makan makanan yang sama lalu tiba-tiba diminta saling membunuh satu sama lain?
"Apa aku harus meracunya, bersikap seperti pengecut sama seperti dia?" tanya Tae Hyung sarkatis tetap pada pendiriannya. "Untuk saat ini tidak ada lagi yang tersisa di pihaknya ayah, karena semua kelicikanya yang tidak mempertimbangkan orang lain bahkan pengikutnya. Orang yang tidak bisa menghargai orang-orang yang mendukungnya pantas mendapatkan pengkhianatan."
"Aku tau, tapi perang saudara adalah sesuatu yang berbeda..."
"Aku juga ingin membersihkan kerajaan dari semua pengikut Jung Soo." Potong Tae Hyung membuat Hang Geng terdiam sambil menghela nafas.
"Baiklah jika keputusanmu sudah bulat, ayah harap kau bisa mempertanggung jawabkanya nanti. Sebagai Ayah aku hanya bisa mendukungmu."
"Terima kasih ayah..."
*****
Jisoo terdiam menatap lilin yang baru saja ia nyalakan, matanya terlihat berwarna terang jernih dan memantulkan cahaya lilin seperti kaca. Bulu matanya berkedip sesekali ketika angin menerpa lilin membuatnya berayun-ayun kacau. Seperti dirinya saat ini, ia kacau karena Tae Hyung.
Lelaki itu mengacaukan perasaanya begitu mudah, datang dan pergi begitu saja dan Jisoo terus saja memiliki tanda tanya besar dalam dirinya. Apakah Tae Hyung juga mencintainya seperti ia mencintai Tae Hyung? Jisoo menekuk lututnya lalu mengepalkan tangan kanan untuk menyangga dagu. Saat ia menatap mata Tae Hyung mencari sesuatu yang berbeda disana tapi Jisoo tidak pernah menemukanya. Benar Tae Hyung hampir selalu tersenyum kepadanya, menatapnya dengan tatapan hangat dan tulus selalu berhasil membuat darahnya berdesir tapi dari yang Jisoo lihat, Tae Hyung seperti menyembunyikan sasuatu dibalik itu.
Berbeda sekali saat Tae Hyung menatap Min Gi, ya walaupun lelaki itu sering menatap tajam ibu tirinya, terlihat tidak suka tapi seperti ada sesuatu di antara mereka. Tae Hyung seperti menyimpan kemarahan yang aneh dan Min Gi seperti ingin menghindari itu. Sebenarnya hubungan ibu dan anak tiri seperti apa yang mereka miliki??
"Apa yang kau pikirkan?" suara lembut Hyemi memutus lamunan Jisoo.
"Pangeran..." jawab Jisoo pelan dambil mengembungkan pipinya lucu membuat Hyemi terkekeh pelan.
"Ada apa dengan Pangeran?"
"Apakah dia mencintaiku? Bibik, kau sudah seperti ibu kandungnya kau pasti sangat mengenalnya kan." Jisoo menegakan posisi duduknya lalu menghadapkan tubuhnya pada Hyemi. "Katakan, apakah dia terlihat mencintaiku?"
Hyemi terdiam senyumnya yang tadinya lebar kini sedikit menyusut. Ia tau jawabanya, sangat tau. Siapa wanita yang sangat di cintai Putranya, seorang perempuan yang mampu mengorbankan semuanya untuk Tae Hyung. Saat itu juga ia merasa bingung harus menjawab apa pada Jisoo.
"Dan aku ingin tau, tentang Yang Mulia Permasuri. Dulu dia adalah pelayan Pangeran bukan? Dia adalah teman baik Pangeran tapi kenapa Pangeran sekarang begitu membencinya?"
Hyemi sudah menduga pertanyaan-pertanyaan seperti ini pasti akan keluar dari mulut Jisoo. Gadis belia yang masih polos dan belum tau apa-apa ini pasti cepat atau lambat akan menemukan cara mecari jawaban atas rasa penasaranya. Lagi pula, mereka tidak mungkin terus menyembunyikan semuanya dari Jisoo. Sebentar lagi rencana Tae Hyung akan berjalan cepat atau lambat Jisoo akan tau apa yang terjadi.
YOU ARE READING
SUN Flower
FanfictionDo You know why The Moon has a shadow? Because The Sun doesn't set in place Kau tau kenapa bulan memiliki bayangan? Karena matahari tidak bersinar pada tempatnya WARNING!!! KINKY AS ALWAYS -_- ff ini tadinya author post di Flying NC tapi pas mau lan...