(Part 9) (Love Enemy)

315 20 0
                                    


Beberapa orang pengawal membawa Jisoo dan Jimin ke kompleks penjara yang biasanya digunakan untuk menghukum para pembangkang kerajaan. Setelah sampai pintu masuk keduanya di pisahkan, Jimin di seret mengikuti Min Gi dan Jisoo yang diseret ke tengah lapangan. Jimin terus menatap adiknya, kedua tangan Jisoo digantung di sebuah tiang yang biasanya untuk eksekusi mati, tubuh Jimin mulai bergetar ketakutan melihat adiknya yang hampir disiksa oleh beberapa prajurit penjaga penjara.

"Jadi keponakanku," ucapan Min Gi mengalihkan perhatianya, lelaki itu langsung menoleh menatap Permaisuri yang berdiri disampingnya. "Sebelum aku melihat hiburan dari adikmu, maukah kau melakukan hal yang lebih menarik untuku?"

Mata Jimin menatap Min Gi waspada, dalam hatinya mulai mengutuk ratu muda itu dengan seluruh sumpah serampah menjijikan di dunia ini. Wanita disampingnya ini menghukum adiknya begitu saja, tanpa sidang tanpa pembelaan bahkan tanpa aba-aba menyeret mereka kemari.

"Apa itu Yang Mulia?" Namun ia tau bahwa mulut Min Gi adalah bagian dari hukum Silla, kecuali Kaisar tidak ada yang bisa menentang Min Gi termasuk Jimin.

"Aku tau kau pasti bisa mendongeng kan? ada sebuah cerita yang sangat ingin aku dengar. Sebuah cerita yang di ambil dari kisah nyata." Menatap Jisoo dari mimbar atas mimbar itu biasanya digunakan para pejabat atau hakim atau bahkan Kaisar sendiri untuk menyaksikan proses eksekusi.

Jimin menatap Min Gi tidak mengerti, kenapa disaat genting seperti ini wanita itu malah ingin mendengar dongeng cerita nyata. Apakah Permaisuri Silla sudah tidak waras? "Cerita apa itu Yang mulia?"

Wanita itu langsung menyeringai kepalanya ditolehkan menghadap Jimin. "Cerita tentang Pangeran gagah berani bernama Kim Tae Hyung, yang pergi berperang ke perbatasan Gaeseong."

Di detik itu juga Jimin merasa jantungnya ditikam oleh seekor serigala. Tatapan bengis Min Gi yang dingin dan mengancamnya seperti memintanya memilih antara nyawa adiknya atau nyawa temanya. Ia masih mengingat setiap kata yang diucapkan Tae Hyung padanya dan ia menyadari bahwa semua ucapan lelaki itu benar. Jika satu saja di antara mereka yang berani membuka mulut maka seluruh pasukan dan seluruh pejabat yang membantu mereka saat itu akan terkena imbasnya.

"Aku tau kau berada disana saat itu, aku juga yakin kau tau apa yang terjadi disana hingga mereka dengan tidak masuk akalnya menyerah. Dan aku juga tau apa yang diincar oleh Tae Hyung, Jimin-ah. Aku akan menunggu sambil bersenang-senang dengan adikmu, kau bisa mulai bercerita jika kau sudah siap." Senyum Min Gi melebar lalu meluruskan kepalanya kembali menghadap Jisoo.

Jimin mengikuti arah pandang Min Gi mendapati seorang prajurit sudah membawa cambuk di tanganya membuat bola mata lelaki itu melebar dengan pupil yang mengecil. Matanya mulai menatap Jisoo ketakutan, adiknya. Adik kecilnya akan habis di tiang gantung disiksa karena jatuh cinta? apakah ini masuk akal?! Apa ada yang salah dengan jatuh cinta? tentu saja tidak. Yang salah adalah keadaan Jisoo saat itu, adiknya berada pada situasi yang tidak tepat dan waktu yang salah.

Jentikan jari lentik Min Gi memulai hukuman Jisoo, sebuah cambukan cukup keras menghantam punggungnya membuat gadis itu mengerang keras. Jimin meremas tanganya sendiri sambil menutup matanya tidak akan tahan melihat bagaimana adiknya disiksa. Namun walaupun lelaki itu sudah menutup matanya ia masih bisa mendengar jeritan kesakitan Jisoo yang melumpuhkan seluruh persendianya. Ia tidak tahan, ia tidak bisa membiarkan adiknya seperti ini tapi ia juga tidak ingin kehilangan seluruh temanya.

Tubuh Jimin bergetar frustasi setiap mendengar cambukan dan jeritan Jisoo. Lelaki itu tidak bisa lagi menahan rasa sakit di ulu jantungnya, rasa nyeri di sekujur tubuhnya. Jimin membuka matanya lalu menghadap Min Gi.

SUN Flower Where stories live. Discover now