3 #Awan

8.2K 482 96
                                    

Aku bingung, semua indraku menjadi senstive.
Aku tidak bisa mengontrolnya.
==========

Setelah sampai di rumah, aku langsung menuju ke dapur untuk mengambil makan siangku.
Langkahku terhenti setelah aku merasa melewatkan sesuatu.
Kumundur berberapa langkah kebelakang menuju ruang tamu. Dan kumelihat ada seorang anak remaja duduk di kursi bagian pojok. Hanya terdiam, dia tidak melihatku.

Hmmmm. Mungkin anak laki-laki dari saudaranya ayahku.
Ya, ayahku memiliki saudara. Dan jarang kesini.
Kuacuhkan dia dan aku pergi menuju ke dapur.

"Buk, siapa yang ada di ruang tamu?"
"Siapa??, gak ada orang tadi disana"
"Jelas-jelas aku lihat ada anak laki-laki, lagi duduk di ruang tamu di bagian pojok"
"Hmmm makan dulu ae, setelah ini ibuk cek ke ruang tamu"

Aku hanya menganggukkan kepalaku, seraya mengambil nasi dan lauk. Hari ini pakai oseng-oseng terong. Ya kesukaanku.

Lama sekali rasanya ibu kok belum kembali. Sampai makanku sudah selesai belum kembali juga.
Kuputuskan untuk melihat ke ruang tamu. Tapi tidak kujumpai Ibuku disana.
Kumendekatinya, dan bertanya kepadanya.

"Hei, kamu anak saudaranya ayahku kah?"
Melihatku sambil menggelengkan kepala.
"Hmmm, Terus ngapain disini?"
Dia cuma diam, melihatku.
Kumendengar bisikan-bisikan rancau di telingaku. Tapi jelas-jelas kami cuma berdua disini. Tidak ada orang lain lagi. Lantas siapa yang sedang berisik sekali mengobrol ditelingaku.

"Apakah kau mendengarnya?, seorang sedang berbisik-bisik?"
Dia melihatku lagi dan menganggukkan kepala.
Aneh sekali, mengapa dia tidak mengucapkan satu patah katapun terucap dari mulutnya.
Kualihkan pandanganku, karena ibu baru saja masuk ke ruang tamu. Aku berdiri dan memberi tahu tentang anak laki laki yang kumaksud tadi.

"Bu, ini lo"
Sambil kumenunjuk kearah laki-laki yang duduk sedang duduk di sebelahku.
Ibu cuma terdiam pada waktu itu, dan mendekat kepadaku.

"Hmmm, seperti apa dia"
Sambil mengajakku duduk dan merangkul pundakku.
"Ibu tidak melihatnya?"
"Ibu percaya sama kamu kok. Ibu juga percaya dengan apa yang kamu katakan. Kita tunggu ayahmu datang ya".

Yang benar saja, ibu tidak melihatnya. Tetapi tiba-tiba, suara berisik itu semakin terasa sangat mengusik kepalaku. Suara itu sudah tidak kudengar lagi di telingaku. Tetapi suara itu sangat berisik sekarang di kepalaku. Kupegangi kepalaku dengan tangan, menjambak rambutku sangat erat.

"Buuuuu, ini apa??? Suara berisik ini tidak bisa hilang dari kepalaku."
Aku berteriak kepada ibuku. Ibu memegang erat kedua lenganku. Dan kumelihatnya seperti mengucapkan sebuah kata- kata. Tetapi aku tidak bisa mendengarnya, aku terlalu sibuk dengan suara ini.

Astaga suara ini membuatku, sakit.
Lekas ibu membawaku ke kamar dan memintaku untuk berbaring diranjang. Setelah itu ibu pergi meninggalkanku. Aku tidak berpikir macam-macam saat itu. Yang aku pikirkan saat ini adalah, bagaimana agar suara itu bisa menghilang dari kepalaku.

Aku berguling-guling di ranjang, dengan memegangi kepalaku. Semakin inginku menghilangkan suara tersebut, Semakin sakit kurasakan datang bertubi-tubi menembus kepalaku.
Kurasakan tangan menyangga leherku, mencoba untuk membuatku dalam posisi duduk.

Tidak jelas pasti siapa itu karena aku hanya bisa berteriak dan menutup mataku.
Tetapi kucoba untuk membuka mataku sedikit untuk memastikan siapa yang sedang memegangiku.

INDIGO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang