Dia terus mengikutiku, dimanapun aku berada. Hanya satu yang harus kuingat.
"JANGAN MENGELUARKAN DARAH SETETESPUN DI HARI KELAHIRANKU"
==========
Kakiku perih, terluka tiga sayatan dari cengkramannya.
Apa yang sedang terjadi.
Tangan itu kembali lagi, dan mencengkram lengan kiriku.
Seketika itu ayah dan ibu datang masuk kekamarku.
"Ayahh Ibuuuu"
___
Setelah aku berteriak, ayah langsung datang menghampiriku dan segera mengangkatku. Tetapi cengkraman yang berada di tanganku cukuplah kuat, sehingga disaat badanku diangkat lengan kiriku masih tertempel di dinding dan tidak bisa bergerak sama sekali.
"Ayah, tidak melihatnya?"
"Tidak nak, apakah itu. Katakan?"
"AYYAHHHH DIA MENARIKKU DENGAN ERATTT, DIA BERAKARRR. TIDAK MEMILIKI WAJAH, TIGA JARI KUKUNYA YANG HITAM PEKAT DAN TAJAM MENCENGKRAM TANGAN KIRIKU SEKARANG"
Ayah yang menyadari bahwa aku dalam bahaya, segera ayah mendekatkan tubuhnya ke arahku dan merapalakan sebuah bisikan yang tidak aku mengerti bahasanya. Kemudian memegang tepat dimana tanganku tercengkram olehnya.
Seketika itu kubisa melihat bahwa ada sebuah kepulan asap dilengan kiriku. Tak lama kemudian makhluk itu melepaskan cengkramannya. Seketika itu ayah langsung mengendongku menuju ranjang. Bekas cengkraman itu meninggalkan luka gores yang lumayan sakit rasanya.
"Buk, tolong jagakan sebentar, Ayah mau ambil garam dulu di dapur."
"Cepaattt yahh!"
Seru ibu.
Aku melihat sekitar untuk memastikan bahwa makhluk itu sudah pergi. Belum ada tanda-tanda sampai saat ini. Mengapa ayah begitu lama sekali mengambil garam di dapur.
Kumelihat ibuku sedang panik sekarang, karena melihat kakiku yang berdarah dan mencoba untuk mengelapnya dengan handukku.
Belum lama ibuk mengelap kakiku, tiba-tiba tanganku sudah tergeret lagi oleh makhluk itu. Aku terjatuh dari ranjang, dan terseret melalui pintu menuju ke ruang tamu.
Aku berteriak kesakitan dan campur takut melingkupi pikiranku, pintu depan tertutup akhirnya aku menabrak dengan keras pintu tersebut.
Ibu datang dan bergegas memegang kakiku dan menariku dengan sekuat tenaga, ayah menyusul dan melakukan hal yang sebelumnya tadi ayah lakukan padaku untuk melepaskan cengkramannya.
Makhluk itu pun akhirnya melepaskan cengkramannya, dan dengan segera kumelihat ayah langsung menaburkan sebuah serbuk putih mengitari tempatku duduk sekarang.
Serbuk itu ternyata adalah garam kasar yang ayah ambil dari dapur tadi. Tidak lama kemudian ayah menepuk ubun-ubun di kepalaku tiga kali dan menaburkan garam lagi di atas kepalaku.

KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO
Terror[REAL STORY] ❕ [KISAH NYATA] ❗ [Update Sewaktu-Waktu] 1. Jikalau kamu merasa tidak memiliki kepercayaan akan hal diluar akal manusia maka jangan baca buku ini. 2. Karena buku ini berisi tentang ceritaku, yang tidak masuk akal. 3.Tapi Jika k...