13 #Tanduk Kambing

3.5K 246 52
                                    

Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi besok hari.
Hidup itu yang menentukan yang ada di Atas. Jadi berbuatlah baik setiap harinya untuk Menabung Amal dan Pahala.
==========

Aku melihatnya diujung gang sana. Dia melihatku, nenek itu melihatku. Kubergegas melarikan diri, tetapi dia mengejarku. Kumenoleh kebelakang, dia merangkak dengan cepat dan belatung itu tercecer keluar dari mata kirinya.
Kuterus berlari tetapi, langkahku semakin melambat. Napasku makin menipis, dan aku terhenti saat tangan kasar dan lengket itu melekat di pergelangan kakiku.
Kucoba untuk melepaskan diri tapi tak mampu.
Dia menarikku dan aku terseret sekarang, semakin kencang. Belatung itu tercecer di badanku.

"Aaaaaaaaaaaaaa!!!!"

"Nak, sadar!!. Sadar nak"

Aku terbangun, terengah-engah dengan keringat dingin menggeluncur deras di wajahku.

"Hei, minumlah dulu ini"
Ibuk memberikanku segelas air.
"Sudah 3 hari ini kamu selalu bermimpi buruk nak. Ceritakan pada ibu apa yang kamu mimpikan"

Aku hanya terdiam dan kembali merebahkan badan. Jujur sejak kejadian 3 hari lalu, aku belum cerita apapun kepada orang tuaku. Tentang kejadian yang aku alami.
Dan itu membuatku bermimpi buruk dan sudah sakit selama kejadian malam hari itu sampai sekarang.

Berita kakakku akan datang 3 hari lalu batal, karena masih ada urusan keluarga. Ya kakakku sudah menikah, dan sudah punya 1 anak laki-laki.
Ayah mengatakan bahwa kakak akan datang sore ini.

"Nak, ayo dimakan dulu makan siangnya. Yang sarapan tadi belum di makan lo"
Ayah datang membawakan makan siangku.
Kemudian ayah memegang dahiku.

"Hmm, demamnya masih belum turun semakin tinggi"
"Yah, apa dibawa ke rumah sakit saja?"
Ibu menambahkan.

"Tidak, aku tidak mau"
Aku langsung memotong obrolan orang tuaku saat itu. Alasan pertama adalah aku takut akan jarum suntik, dan alasan kedua adalah aku sakit karena aku mimpi buruk bukan sakit karena hal yang lainnya.

"Yaudah istirahat dulu aja"
Kemudian ibu dan ayah pergi meninggalkan kamarku.

"Kenapa kamu tidak cerita kepada mereka?"
Awan menambahkan, sambil merebahkan badan disebelah kiriku.
"Aku tidak tahu, aku cuma sedang tidak ingin bercerita kepada mereka"

Dia hanya menggumam disebelahku.

Aku mencoba menahan rasa sakit yang kurasakan, Sakit yang membingungkan. Tidak ada luka, lebam dan yang lainnya. Tetapi perutku terasa sakit sekali, seperti ada sebuah pasak yang tertancap di dalamnya. Dan masalah ini aku tidak cerita juga kepada orang tuaku bahkan Awan juga tidak tahu aku merasakan hal itu.

Setiap aku menegakkan badanku, perutku akan terasa sangat sakit sekali. Sangat sakit. Aku hanya bisa meringkuk di rajangku sampai saat ini.

"Hei, kamu beneran gak papa?"
Awan kembali menanyakan hal yang sama kepadaku.

"Iya, aku gak papa. Cuma sekarang perutku lagi sakit"
Kali ini aku ungkapkan apa yang aku rasakan, karena aku tidak bisa menahannya.

"Mungkin kamu harus makan sekarang"
"Ya nanti aku akan memakannya."

***

Suara berisik yang berada di ruang tamu membangunkanku dari tidur siangku. Kulihat jam yang berada di meja di sebelah ranjangku menunjukkam pukul 06.00Pm, Ku paksakan diriku untuk bangun dan duduk di ranjang.

"Ughhh"
Aku kira rasa sakit siang tadi sudah hilang, tetapi masih sama dan tidak berkurang malah bertambah.

Kubersandar didinding yang berada disebelah ranjangku.
Tiba-tiba ada seorang anak laki-laki memasuki kamarku,dan duduk di tepi ranjang.

INDIGO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang