22

250 17 6
                                    

Aku kembali ke dorm Seventeen bersama Joshua dan Hoshi. Kami keluar rumah saat matahari belum muncul, berhubung sudah hampir musim dingin cuaca juga tidak begitu bersahabat. Tentu hanya untuk aku yang tidak biasa dengan cuaca sedingin ini.

"Kedinginan lagi?" tanya Joshua padaku. Ia mengulurkan hotpack kedalam saku mantel yang kugunakan.

"Hanya sedikit," jawabku mencoba tersenyum. Padahal bibirku terasa kelu saat menyeringai.

Hoshi sibuk dengan ponselnya. Saat masuk kedalam mobil, aku lega kalau angin dingin tak mengikuti karna penghangat yang menyala.
Aku enggan menyalakan musik, kepalaku masih terasa pengang setelah semalaman mendengar curhatan panjang Hye Rim dan jeritan nyanyian Hoshi.

Joshua begitu fokus menyetir, hampir tak ada suara keluar selain suara ketikan keyboard ponsel Hoshi, suara deru mobil yang melaju, dan udara diluar yang terlihat sangat dingin. Aku mulai mengantuk lagi. Aku mengerjap sesekali, lalu segalanya menggelap. Ya, sepertinya aku tertidur lagi.

•••

"Ini saja yang kalian punya?" tanyaku lagi. Aku menggenggam ujung bungkus roti yang masih terbungkus rapih keluar dari kulkas dan meletakannya diatas meja marmer dapur.

"Tentu selainya juga," jawab Woozi sambil menggosok matanya. Ia baru saja bangun.

Ting

Suara toaster pemanggang roti berbunyi tanda roti sudah terpanggang sesuai timer yang terpasang. Mereka bilang hanya ada roti di kulkas, dan benar saja. Yang aku temukan didalam kulkas benar-benar sebungkus roti yang tinggal sehari lagi sebelum kadaluarsa.

Yang lain menunggu antrian kamar mandi yang hanya ada dua buah. Aku tentu saja enggan jadi anggota antrian ke 14. Lebih baik aku memasak sesuatu untuk mengisi perut.

Sejak tiba tadi Hoshi langsung masuk kembali ke kamarnya di dorm. Sepertinya ia melanjutkan tidurnya. Joshua mengisi daya ponselnya. Yang sedang mandi saat ini Vernon dan Dino. Sepertinya hari ini dimulai dari maknae lalu ke yang tertua. Entahla aku tak ingin membayangkannya.

Seungkwan sibuk mengganti channel saluran tv sedari tadi. Woozi memasak air di ketel. Dokyeom masih berleha diatas sofa. Mingyu dan Minghao sedang melakukan stretching di teras belakang. Jun sibuk dengan ponselnya. Jeonghan membantuku dengan membuka tutup selai yang sangat amat keras. Dan Wonwoo yang masih sibuk menghabiskan lembaran novel tebal di tangannya.

Seperti biasa, melakukannya seperti mengabsen murid di kelas. Sangat melelahkan.

Tiba-tiba terdengar gedoran pintu. Aku membalikan badanku melihat apa yang terjadi. Yang lain juga ikut melakukannya ternyata. Terkejut karna suaranya tiba-tiba.

"Hyung! Buka pintunya! Aku minta odol!"

Ternyata Dino kehabisan odol.

•••

Senin

Aku menghitung hari dimulai hari ini. Agar hariku lebih terasa berkesan selama di Korea, aku juga membuat beberapa to-do-list.

Rencanaku hari ini adalah tentu saja berbelanja kebutuhan isi kulkas mereka. Entah apa yang harus aku makan jika disini tidak ada makanan sama sekali. Aku tau mereka cukup sibuk untuk melakukan hal itu. Jadi biasanya sang manajer lah yang melakukannya.

"Manajernim," sapaku.

"Hai Rara," balasnya tanpa melepas pandangannya dari ponsel. Ia terlihat sangat sibuk.

"Boleh aku ikut berbelanja denganmu ke supermarket?" tanyaku.

Joshua mengalihkan pandangannya dari televisi ke arahku. "Mau apa? Tidak perlu, ia bisa melakukannya sendiri."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 03, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Married My Bias. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang