Rara POV.
Joshua bilang ia akan kembali besok. Entah mengapa aku merasa agak kecewa mendengarnya. "Mau kuantar pulang?" tawarnya.
"Terserah kau saja," jawabku. Aku mengekor dibelakangnya kearah mobil—ia membukakan pintunya untukku. Kali ini aku tidak merasa berseri, mungkin karena aku masih kecewa mengetahui ia akan pulang besok.
Selama diperjalanan aku diam menatap kearah luar jendela.
"Ada apa?" tanya Joshua tiba-tiba.
"Ah, tidak apa-apa," jawabku sambil menggeleng.Ia memasukkan cd kedalam player, lagu mengalun keluar dari speaker.
halmari manheunde
jeongriga jal andwae
dowajwo S.O.SIa menirukan suara Wonwoo—memberatkan suaranya, membuatku tertawa terbahak-bahak.
"Josh, kau mengacaukan lagunya," kataku sambil tetap tertawa. "Aku tau suaraku tidak se-seksi Wonwoo," katanya sambil tertawa.
Aku menyanyikan seisi lagu yang membuatnya tercengang. "Kau tau cukup baik lagu ini," pujinya.
"Tidak juga, lagunya lucu, rasanya seperti diucapkan langsung oleh biasku," balasku.
Lampu merah menyala, Joshua menginjak rem menghentikan laju mobil.
"Neo yeppeuda," katanya tiba-tiba.
Wajahku terasa panas, aku menatap keluar jendela. "Aku tahu aku cantik," kataku sambil tertawa melawan rasa deg-deganku.Aku lupa kalo ia yang menyanyikan lagu ini, kenapa juga aku memberitahu hal seperti itu?
Rasanya aku ingin meloncat keluar dari mobil dan kabur.-----
Joshua POV.
Aku berhenti didepan rumahnya, lama-lama aku hapal jalan menuju rumahnya diluar kepalaku. "Terima kasih," ucapnya begitu kami sampai.
Aku teringat sesuatu, lalu mengambil barang didalam dashboard membuat dengkulnya terantuk tutupnya. "Maaf," kataku. Aku mengambil spidol juga, lalu membubuhi tanda tangan diatasnya.
"Ini untukmu," kataku. Aku memberinya sebuah album.
Ia terlihat kaget dan tak percaya. "Terimakasih banyak," jawabnya, matanya tak lepas dari album yang aku berikan.
"Maaf hanya bisa memberi ini," tambahku.
"Ini sudah lebih dari cukup, ah, bisakah aku selfie bersamamu?" tanyanya.
Aku mengangguk.bIa mengeluarkan ponselnya, lalu kami berdua berpose selfie.
"Sampai jumpa lagi Joshua-shi," katanya. Tiba-tiba ia menempelkan bibirnya ke pipiku—mengecupnya, lalu langsung melepasnya.
"Ah maafkan aku, yang itu tidak sengaja," katanya sambil memalingkan wajahnya, mukanya memerah.
Aku tersenyum, lalu mengangkat wajahnya—menarik dagunya mendekat ke mukaku. Hampir sampai, ia menutup matanya, tapi aku mengecup keningnya.
"Sampai jumpa lagi," jawabku. Ia tersenyum lalu membuka pintu untuk keluar. Aku melambaikan tanganku dan langsung pergi menuju rumah Jane—mengembalikan sisa barang-barang miliknya.
-----
Rara POV.
Aku masuk kedalam kamarku dan menghempaskan tubuhku diatas kasur. Memang aku masih kecewa karena Joshua harus pulang besok, tapi sedikit terobati dengan hadiah yang ia berikan tadi. Juga, kecupan hangat di keningku.
Aku berdiri dan meletakkan hadiah pemberian Joshua diatas meja. Aku membuka ponselku dan melihat folder gallery, menatapi fotoku berdua dengannya. Aku tersenyum dan tertawa geli melihatnya.
Kenapa ia begitu tampan?
Pintu kamarku terbuka. "Ra, darimana saja?" Yang muncul mama ternyata.
"Loh, kok mama sudah pulang?"
"Iya, mau pergi kerumah duka. Anak yang kemarin mama jenguk meninggal dunia."
Aku sadar, yang dimaksud mama adalah Jane. "Ah, boleh aku ikut?"
"Tak usah, pemakamannya besok. Datang saja lagi besok bersama-sama," katanya.
"Okey," jawabku sambil tersenyum. Ia meninggalkan kamarku dan menutupnya lagi.
Aku pergi kedalam kamar mandi untuk mandi. Setelah aku selesai, aku melirik ke ponselku yang menyala.
Missed-call, Joshua?
Aku langsung menghubunginya kembali.
"Halo?" sapaku."Hai Rara, mau ikut?" tanyanya.
"Kemana?" jantungku berdegub penasaran.
"Korea," jawabnya.
"Omo, kau yakin?" tanyaku.
"Kenapa tidak?" jawabnya.
Aku duduk diatas kasurku merasa kehilangan keseimbangan, "bagaimana dengan pemakaman Jane?" tanyaku.
"Kau bisa datang besok, setelah itu kita berangkat dengan penerbangan yang sama," jawabnya.
Aku memegangi keningku tidak percaya, "baiklah," jawabku menahan ledakan rasa senang.
"Sampai bertemu besok," katanya lalu memutus hubungan.
Aku melonjak-lonjak girang didalam kamarku, handuk yang terpasang dibadanku terlepas saking semangatnya loncatanku. Untung saja tidak ada yang melihat.
Dasar, yeubo!
-----
Author POV.
Joshua dan Rara datang terpisah ke acara pemakaman Jane, Rara datang bersama orang tuanya. Banyak orang yang hadir—mengingat orangtua Jane adalah orang yang terpandang.
Rara melihat Joshua memegang sebuket bunga, lalu meletakannya saat gilirannya tiba. Ia tak melihat tanda-tanda keberadaan Jeonghan dan Vernon, sedangkan ia hanya duduk menunggu dideretan bangku paling belakang.
Setelah meminta izin pada orangtuanya semalam, ia sudah menyiapkan barang-barang yang akan ia bawa selama berlibur kesana.
Acaranya sudah selesai, beberapa orang mulai meninggalkan tempat Jane dimakamkan. Rara melihat muka Joshua yang masih terlihat terpukul karna kepergian Jane yang begitu tiba-tiba, tentu pasti terasa menyakitkan.
"Josh, kau baik-baik saja?" ia menghampiri dan bertanya pada Joshua. Joshua mengangkat wajahnya menatap Rara. "Iya, aku baik-baik saja. Mau berangkat sekarang?"
Rara menganggukkan kepalanya.Tanpa pamit lagi pada orangtua Jane, Joshua pergi darisana. Ayah Jane masih sibuk menyalami para tamu—ibunya masih terduduk lemas sambil menangis. Rara tak mau ikut campur urusan mereka, toh, ia bukan siapa-siapa disini.
Joshua mengenakan masker diwajahnya, kacamatanya masih bertengger dibatang hidungnya. Ia memberikan tangan untuk menggandeng Rara—ia menggenggam balik tangan Joshua.
Setelah masuk kedalam mobil, barulah Rara melihat Jeonghan dan Vernon. "Kalian tak turun?" tanya Rara.
Mereka berdua menggeleng, "tidak perlu," kata Jeonghan sinis. Dalam keadaan seperti ini, Rara enggan mendebat perkataannya. Ia tau akan percuma, hanya akan merusak moodnya.
"Pak, ayo jalan sekarang," kata Joshua kepada lelaki yang duduk dibalik kemudi, "baik," jawab lelaki itu.
Merekapun pergi menuju bandara, meninggalkan Jane—mantan kekasih Joshua, beristirahat tenang ditempat terakhirnya.
Suasana yang ia rasakan setelah dari pemakaman—hening dan hikmat— masih terasa sampai sekarang.
Harusnya ia senang karena tak ada lagi acara cancel jadwal hari ini, juga acara tabrak-menabrak dengan bias—tapi berjalan beriringan dengan mereka.
Mereka melewati boarding pass bersiap untuk berangkat, jam menunjukkan pukul 11 di Jakarta.
Untuk Joshua, Jeonghan dan Vernon, rasanya seperti pulang ke rumah. Tetapi untuk Rara rasanya seperti, memulai cerita baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Married My Bias.
Teen FictionApa yang kamu lakukan kalau ketemu bias? Minta selfie? Follback sosmed? Atau, nembak dia?! Mereka bertemu secara tidak sengaja di airport; lalu disinilah cerita dimulai. Saat fansnya mengetahui bahwa ia memiliki suatu rahasia yang fans lain belum k...