3

1.4K 108 0
                                    

Aku mematikan telfon mengakhiri percakapan yang sebenarnya tak mau kusudahi. Aku memeluk ponselku yang panas. Ya tuhan, apakah ini mimpi?

Aw!

Pipiku terasa panas terkena cubitan, bukan mimpi ternyata. Aku berguling-guling sambil berteriak senang diatas kasurku. Apa yang harus aku pakai besok? Tipikal perempuan, bilangnya pasti tak ada baju yang bagus.

Setelah sejam mengobrak-abrik lemari, akhirnya aku memutuskan untuk mengenakan jeans dan kemeja casual berwarna putih dengan outer berwarna abu-abu sepertinya sudah cukup.

Sepertinya aku tidak perlu terlalu rapih, lagipula hanya minum kopi dan mengobrol santai.

Aku mencoba tidur, memaksakan mataku yang tak mau terpejam saking bersemangatnya.

Aku mencoba tidur, memaksakan mataku yang tak mau terpejam saking bersemangatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----

Aku duduk dibawah pohon rindang, melihat pemandangan disekitar taman. Sepertinya aku belum pernah kesini.

"Rara?"

Aku mendengar seseorang memanggil namaku. Aku menengok keasal suara.

Joshua? Dimana ini?

Ia duduk dibawahku dengan satu kaki, tangannya yang kiri memegang setangkai bunga mawar merah.

"Rara, do you love me?"

Aku bingung kenapa tiba-tiba ia bertanya seperti itu.

"I do love you Joshua. Tell me, what happen?"

Tangannya yang kanan mengangkat daguku, menariknya, lalu menjajarkan mukaku dengan mukanya.

"Nothing, I just wanna kiss you," ia menjawab.

Ia mulai menarik daguku pelan kearahnya, aku mulai bisa merasakan napasnya berhembus, semakin lama semakin dekat dengan bibirku.

———

"Rara bangun! Anak gadis gaboleh bangun siang-siang!"

Ya, mimpiku lenyap seketika.

"Ma, aku lagi mimpi enak tau,"

"Mimpi apa? Udah jam 6 ini astaga."

Waduh, salah ngomong. Masa iya cerita ke mama aku mimpi hampir ciuman sama bias? Nanti dianggap kebanyakan ngayal. Huf.

"Ih ma ini kan hari Sabtu, aku juga libur," aku meregangkan badanku diatas kasur. Setelah berhasil memejamkan mata selama 6 jam—berkat mengkhayalkan ehem, sesuatu, aku baru berhasil tidur pukul 12. Ya, pokoknya seingatku terakhir melihat jam di dinding, sudah pukul segitu.

"Ini coba jelasin kenapa banyak baju dimana-mana? Beresin ayo coba, aduh pusing mama liatnya."

Mama menarik tirai lalu mengikatnya, cahaya matahari yang baru terbit berhamburan masuk kedalam kamarku.

I Married My Bias. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang