"Apa maksudmu, hyung?. Bukankah penyiar Choi bersama Ha Na saat datang bersama ambulance?"Mino kebingungan dengan situasi yang ada, baginya kini tak masalah jika penyiar Choi harus tahu keberadaan Ha Na, yang terpenting baginya Ha Na kini baik baik saja.
"Aniyo. Begitu mendapat telpon dari Min Woo, aku langsung ke UGD. Aku heran ketika Ha Na hanya ditemani petugas kesehatan di ambulance"dr. Kim menjelaskan keadaan sejauh yang ia tahu, tanpa menyadari bahwa tatapan Mino pada penyiar Choi berubah sesudahnya.
"Yoon-biseo, tolong tunjukkan pintu keluar pada Penyiar Choi"pinta Mino, ia enggan mendengar penjelasan wanita yang seenaknya menyentuh puterinya dan bahkan membiarkan putrinya berjuang sendirian menuju rumah sakit.
"Mwoya?. Apa kau mengusirku?!. Ya!. Anak itu hanya alergi. A-ler-gi. Kau terlalu berlebihan hingga mengusirku. Kau seharusnya sadar betapa beruntungnya aku memilih mu, hidupmu akan dipenuhi jalan berbunga jika kau menyadari betapa besar pengaruhku"Mino berada dipuncak amarahnya begitu mendengar seorang wanita yang tak punya rasa simpati sedikitpun memberi komentar tak semestinya tentang puterinya. Jalan berbunga? Hah!. Mino tak pernah memperdulikan itu selama ia bisa bersama Ha Na.
"Kumohon tinggalkan ruangan ini..."Mino kembali meredam amarahnya, mengingat bahwa perdebatan mereka terjadi di ruang rawat Ha Na.
"Ah, mengenai baju dan hadiah lainnya. Aku akan mengembalikannya segera lewat kurir"
"Tak perlu. Buang atau bakar atau lakukan sesuka anda terhadap semua barang itu. Aku tak perduli. Hanya, kumohon tinggalkan aku dan Ha Na"pinta Mino pelan.
"Apa kau barusan menghinaku?!"suara penyiar Choi yang meninggi disambut suara pecahan vas berbahan keramik yang ditata diatas nakas, tak jauh dari tangan Mino sehingga ia dengan mudah menghempaskannya.
"Aku sudah cukup sabar. Aku hanya memohon agar anda meninggalkan ruangan ini. Putri ku sedang sakit dan anda tak sedikitpun menurunkan suara anda. Apa harus aku yang menyeret anda disepanjang lorong rumah sakit ini?!"
Penyiar Choi menggertakan giginya, tatapan matanya begitu tajam hingga tak seorang pun berani menatapnya, kecuali Mino. Wanita itu kemudian meninggalkan ruangan Ha Na, ia masih tidak terima diperlakukan Mino demikian. Baginya, Mino terlalu angkuh dan percaya diri hingga dengan mudahnya meninggalkan seseorang sepertinya.
=0=
Usai pertengkaran itu, Mino kini duduk disisi ranjang Ha Na. Tak henti mengajak bicara gadis kecilnya, ia bahkan meminta Sekretaris Yoon menjemput ke rumah buku dongeng kesukaan Ha Na dan membacakannya satu persatu.
"Ha Na-ya, ini appa. Appa tidak bekerja hari ini, bukankah Ha Na suka Appa tidak bekerja?. Irreonna, uri ddal, eo?"Mino mengecup punggung tangan mungil milik Ha Na.
Tak lama kemudian, gadis kecil itu terbangun. Kelopak matanya membuka perlahan sembari menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya.
"Appa"sahutnya, gadis itu segera duduk dan memeluk ayahnya erat.
"Aku benci es krim"
"Arraseo, kita akan makan makanan manis yang lain di lain waktu"Mino tersenyum sambil memeluk putrinya yang terbangun disaat matanya sudah cukup berat dan mengantuk. Karna kejadian tadi, Ha Na tampaknya benar-benar takut dengan ice cream.
"Kapan?. Kita makan makanan manis?"
"Mmm.."Mino berpikir sejenak, berusaha mengingat kembali setumpuk jadwalnya sejak datang ke Korea.
"Appa gotjimal. Kalau appa berpikir seperti itu, pasti nanti tidak jadi"rutuk Ha Na, Mino kembali berpikir dan memang apa yang dikatakan Ha Na tidaklah salah. Ia terlalu sering membatalkan janji belakangan ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hold My Hand [COMPLETED]
FanfictionAnak Perusahaan Warren Group di Korea Selatan kedatangan direktur baru. Bukan karna diutus, namun berkat permintaan pribadi sang direktur. Song Min Ho. Direktur termuda dalam sejarah pimpinan Warren Group. Ia menjadi sosok yang tengah hangat diperbi...