"Gangwon-do?. Irene-ssi"
Mino buru-buru keluar dari lift dan memilih menggunakan tangga darurat, ia berlari disepanjang lorong hingga menghiraukan Dr. Kwon yang hendak menyapanya.
"Eo?. Apa ada barang bawaan anda yang tertinggal?"tanya Irene yang tengah duduk di ranjangnya, wanita itu memundurkan tubuhnya ketika Mino mendekat dan tiba tiba meraih tengkuknya.
"Tidak ada bekas atau lebam"gumam pria itu sambil menilik tiap inci kulit Irene tanpa memperhatikan Irene yang tengah kelimpungan mengatur degup jantungnya.
"Apa yang kau lakukan?!"Irene menyingkirkan tangan Mino dari lehernya.
"Apa pernafasan mu baik-baik saja?. Apa tidak terasa sakit di leher?"
"Sebenarnya apa yang sedang anda bicarakan?"Irene makin heran dengan sikap antusias Mino yang berubah 180 derajat dari beberapa menit yang lalu.
"Perawat di Gangwon...aniya. aniyeo"Mino segera menutup mulutnya rapat dan Irene tampak tak begitu perduli dengan keanehan pria dihadapannya ini.
"Baiklah. Aku setuju. Aku akan mencarikan identitas asli mu dan keluarga mu"cetus Mino.
"Jjinjja?"
"Dengan satu syarat. Tinggalah bersama ku"
PLAK
Tamparan melayang di pipi Mino. Pria itu lantas memegang pipinya dan tidak percaya dengan apa yang terjadi barusan. Ia di tampar pertama kali dalam seumur hidupnya dan si pemilik tangan itu seorang wanita. Ia merasa seperti pria mesum saat ini.
Pria mesum?. Ya. Tepat sekali. Itu yang ada dipikiran Irene seketika. Kalimat Mino ambigu, ditambah lagi nada dan gaya bicaranya membuat wanita salah paham. Rasa hormat Irene berkurang seketika.
"Ya!. Aniya. Maksudku bukan tinggal berdua. Di rumah ku ada cukup banyak orang. Kau salah paham"Mino meminta gadis itu tinggal bersamanya bukan tanpa alasan.
Sesaat sebelum ia keluar dari tangga darurat, sekretaris Yoon mengiriminya pesan bahwa salah seorang perawat di Hwasung Hospital, Gangwon-do, tepatnya tempat Mino pertama kali membawa Irene, mengatakan ia sempat melihat ada bekas cengkraman di leher wanita itu. Seolah ia baru saja di cekik. Namun bekas itu tak bertahan lama, warna kemerahan yang sempat tertutup darah lantas menghilang dalam beberapa hari dan tak ada tanda cedera tulang leher menurut dokter. Karenanya perawat itu tak melapor.
"Annyeonghaseo"sapa dokter Kwon yang melangkah masuk. Pria itu datang disusul seorang perawat.
"Kapan Irene-ssi bisa pulang, dok?"
"Besok sudah bisa. Namun, Irene-ssi harus rajin terapi untuk mempercepat pemulihan"saran sang dokter.
"Song Mino-ssi, bisa kita bicara sebentar diluar?"celetuk dokter yang kemudian meninggalkan perawat yang bersamanya tadi untuk mengecek kondisi Irene, sedangkan ia memberikan amplop putih pada Mino di luar ruangan.
"Hasil visumnya baru saja keluar. Sepertinya dugaan ku kali ini salah, tak ada tanda-tanda kekerasan ataupun perlawan diri di tubuh Irene"jelas sang dokter ketika Mino dengan seksama membaca hasil visum tersebut, ia sedikit memahami laporan hasil visum tersebut karna ini bukan kali pertama ia membacanya.
"Isanghane. Kkeundae, kamsahamnida. Setidaknya, ini sedikit membantu"Mino kembali memasukkan lembaran laporan tersebut ke amplop. Mino melirik jam tangannya lalu segera pamit begitu mengingat ada janji makan siang yang tak bisa ia lewatkan.
=0=
"Selamat atas kesembuhanmu. Semoga pemulihan mu berjalan lancar"dr. Kwon memberikan bucket bunga aster dan krisan pada gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold My Hand [COMPLETED]
FanficAnak Perusahaan Warren Group di Korea Selatan kedatangan direktur baru. Bukan karna diutus, namun berkat permintaan pribadi sang direktur. Song Min Ho. Direktur termuda dalam sejarah pimpinan Warren Group. Ia menjadi sosok yang tengah hangat diperbi...