-12-

1.1K 197 95
                                    

San Fransisco, California

Mino menutup pintu kamar Hana pelan usai membacakan dongeng dan menyanyikan lagu pengantar tidur untuk putri kesayangannya.

"Kau belum tidur?"tanya Mino pada Irene yang duduk disofa ruang tengah, gadis itu menarik sebuah laci dibawah meja untuk mencari bahan bacaan, namun yang ia temukan justru tumpukan album foto.

"Aku belum bisa tidur"jawabnya singkat.

"Eo?. Jadi disitu selama ini, aku mencarinya kemana-mana saat mengemasi barang"Mino mendekat ketika gadis itu mengeluarkan tumpukan album foto dari laci. Mino duduk disisi Irene dan mengambil alih salah satu album yang berada ditumpukan paling atas.

"Aaaa, semua ini album foto Hana?"senyuman terukir jelas disudut bibir Mino ketika menjawab pertanyaan Irene dengan anggukan, laki-laki itu jauh dari kesan dingin yang selama ini ia lihat. Mino membuka satu demi satu lembaran album foto masa kecil Hana.

"Apa itu foto Hana saat baru lahir?"

"Eo. Cantik, kan?. Ada sekitar 10 bayi yang lahir dihari yang sama, tapi Hana bayi paling cantik dikamar bayi saat itu"jemarinya mengusap foto seorang bayi perempuan yang baru lahir, sebuah pemandangan langka melihat Mino dapat tersenyum dalam jangka waktu lama.

Mino kemudian membuka satu demi satu lembaran album, ia begitu antusias tiap Irene bertanya tentang satu foto. Wajah Mino dengan jelas mengguratkan kebahagiaan yang tak ternilai ketika bercerita tentang Hana. Lebih dari menemukan emas batangan, menang lotre, atau bahkan jadi pemilik salah satu mansion mewah di Beverly Hills. Percayalah bahwa rasa bahagia Mino lebih besar dari itu semua.

Irene menyimak cerita Mino dengan seksama, keduanya sesekali tertawa ketika Mino menceritakan kejadian-kejadian konyol karna ia belum terbiasa mengurus bayi saat itu. Meski tidak mengurus Hana 24 jam penuh, setidaknya ia selalu berusaha menyempatkan waktunya untuk sekedar memandikan Hana, mengganti popok atau menimang Hana sebelum tidur.

"Kenangan tentang masa kecil Hana yang paling kau ingat?"

"Banyak. Aku pengingat yang baik. Memori tentang Hana tersimpan sangat rapi di otakku"pamernya. Laki-laki itu bercerita, tentang rasa bahagianya ketika Hana untuk pertama kalinya memanggilnya "Appa", ketika gadis kecilnya merangkak hingga ke depan pintu untuk menyambutnya sepulang kerja, dan senyumnya yang tak pernah bisa memudar tiap Hana mengecup bibirnya setiap pagi.

Mino membalik lembar ketiga di album foto ke-4 yang ia lihat bersama Irene, bahu sebelah kanannya seketika terasa agak berat seolah tengah menopang sesuatu. Mino menoleh pelan dan menyadari kalau ceritanya terlalu panjang hingga membuat gadis itu tertidur pulas.

Sepuluh menit pertama, Mino diam mematung, ia hampir tak bernafas agar tak bergerak dan mengganggu tidur Irene. Namun ia akhirnya memutuskan memindahkan Irene ke kamar, jelas terlihat bahwa Irene sangat lelah dan ia merasa tak tega. Ia menggendong wanita itu dan memberikan selimut hangat untuknya.

HAP

Mino menangkap ponsel Irene yang hampir jatuh dari nakas, ia tak sengaja menyenggolnya barusan saat membaringkan Irene. Dilandasi rasa penasaran yang teramat sangat, Mino mencoba membuka ponsel Irene yang tak dikunci sama sekali. Ia menatap layar ponsel Irene lekat, memastikan foto yang jadi wallpaper ponsel gadis itu bukan sentuhan editor grafis.

"Kapan ini terjadi?"gumamnya, ia memberanikan diri membuka folder galeri di ponsel Irene usai melihat foto Irene dan Hana mengenakan seragam olahraga couple di lapangan sekolah Hana.

Seutas senyum kembali terurai ketika rentetan foto Hana dan Irene memenuhi layar ponsel. Mino sesekali terkekeh saat melihat Hana mencoba selca dengan ponsel Irene namun tak tahu harus melihat kearah mana, alhasil semua hasil foto Hana buram dan tak tepat sasaran. Jemari Mino lantas dengan cekatan menandai semua foto dan mengirimnya ke ponselnya. Dan salah satu hal yang ia tak habis pikir dipagi hari adalah, ia semalam memutuskan menggunakan wallpaper yang sama dengan ponsel Irene.

Hold My Hand [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang