-13-

1.2K 192 112
                                        

Sepulang dari San Fransisco, situasi kembali seperti semula. Mino kembali sibuk dan berkutat dengan segala macam dokumen yang memenuhi meja kerjanya. Begitupun Irene yang mulai masuk kerja, namun dikarenakan bertepatan dengan jadwal konsultasinya, ia memohon pada Chef untuk izin ke dokter hari itu.

Langkahnya mengayun santai di koridor rumah sakit, usai menemui dokternya, ia mengekori Dokter Kwon yang mengundangnya minum teh diruangannya. Mata gadis itu mengitari seisi ruangan dokter Kwon yang tampak berbeda dari ruangan dokter biasanya. Hanya ada satu lemari besar berisi deretan buku-buku kedokteran. Sisanya didekorasi dengan pajangan dan lukisan yang tampak serasi dengan interior mewah lainnya. Ruangan ini lebih mirip ruang tamu daripada ruang konsultasi dokter menurut Irene.

"Silahkan duduk"tutur dokter Kwon dengan senyum manis yang memabukkan. Laki-laki itu menggantung jas dokternya, menggulung ujung lengan kemejanya dan menyibukkan diri di salah satu sudut ruangan.

"Ini untukmu. Silahkan dicoba"dokter Kwon menyodorkan secangkir white tea ke hadapan Irene.

"Enak?"wajah khawatir itu tergambar jelas diwajah dokter Kwon, ia menggigit bibir bawahnya kala Irene menyesap teh buatannya.

"Eo, ini sangat enak"puji Irene, gadis itu mencicipinya sekali lagi untuk membuktikan kalau pujiannya bukan omong kosong.

"Apa kau tadi konsultasi lagi dengan dokter Kang?. Aku melihatmu dari kejauhan saat keluar dari ruangan beliau. Apa sesuatu muncul diingatanmu karna lilin lagi?"

"Nde, aku kembali konsultasi, aku bertanya apa ada cara yang lebih cepat untuk memulihkan ingatanku. Ada seseorang yang menunggu ingatanku saat ini"jelas Irene, gadis itu kemudian merogoh tasnya ketika mendengar ponselnya berdering.

"Nde, yoboseo~"

"Irene Imo, ini Hana"

"Eo, Hana-ya. Hana dimana?. Ini pakai ponsel siapa?"tanya Irene ketika memastikan nomor dilayar ponselnya benar nomor tak dikenal.

"Ini ponsel Ibu guru. Irene Imo, Hana sudah pulang sekolah, Hana tunggu Irene Imo disekolah yaa"Hana langsung mematikan telpon dan memberikannya ke gurunya. Sedangkan, Irene segera melirik jam tangan di lengan kanannya.

"Apa terjadi sesuatu?"

"Nde. Aku harus menjemput seseorang. Chesonghamnida, kita bahkan tak banyak mengobrol padahal anda sudah repot membuatkan teh"Irene benar-benar menyesal, ia meminta maaf karna tak bisa berlama-lama.

"Gwenchanayo. Ayo kuantar saja biar cepat"dokter Kwon segera beranjak dari kursi dan meraih kunci mobilnya diatas meja kerjanya. Irene yang awalnya menolak akhirnya tak bisa mengelak, ia khawatir Hana menunggunya terlalu lama.

Keduanya segera keluar dari ruangan dokter Kwon dan memilih menggunakan lift. Ketika suara bel di lift berbunyi, Irene dan dokter Kwon dihadapkan dengan kerumunan dokter yang hendak menggunakan lift yang sama.

"Eo?. Kwon Yool-aa, kau jadi datang kan acara reuni fakultas malam ini?. Aku sepertinya datang, aku barusan berhasil mengajak dokter Min dari spesialis Orthopedi"pamer dokter itu pada beberapa dokter yang bersamanya. Irene melihat wajah dokter Kwon yang tak nyaman disekitar kerumunan itu, ia juga tampaknya tak terlalu akrab dengan dokter tersebut.

"Aku sepertinya tak datang. Aku duluan yaa"tolak dokter Kwon, ia lantas berjalan lebih dulu agar segera keluar dari percakapan aneh itu. Ia bahkan hampir lupa bahwa ia turun ke lantai dasar untuk mengantar Irene, sampai akhirnya wanita itu sedikit berlari untuk mensejajarkan langkah mereka.

"Aakh"Irene menyeimbangkan tubuhnya setelah hampir terjatuh saat menyusul langkah dokter Kwon. Laki-laki itu lantas berbalik ketika mendengar suara gadis itu yang ternyata cukup jauh tertinggal dibelakangnya.

Hold My Hand [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang