-05-

1.6K 227 18
                                    

Mino kemudian menghampiri Irene yang terlelap di ranjang pasien usai berbicara dengan dokter. Ia mencoba membalik pergelangan tangan Irene demi memastikan wanita itu terus mengobati luka bakar yang sempat ia obati atau tidak. Mino lantas beranjak pergi dan berniat meninggalkan wanita itu untuk beristirahat, namun langkahnya tertahan begitu sesuatu melintasi pikirannya.

"Lilin!" Mino buru-buru merogoh saku celananya dan menghubungi Sekretaris Yoon.

"Min Woo-ya, sekarang segeralah ke rumah ku. Simpan semua lilin aromaterapi yang ada di setiap sudut rumah, termasuk kamar ku"perintah Mino.

"Kkeundae, bagaimana kau akan tidur hyung?. Bukankah aromaterapi itu salah satu cara agar kau tidur lebih nyenyak?"

"Aniya. Kehidupan seseorang lebih penting saat ini. Untuk sekarang, singkirkan dulu semua lilin itu. Sisakan saja satu dan simpan di salah satu laci di kamarku"pinta Mino.

=0=

Irene mengerjapkan matanya berulang kali sambil berusaha duduk di ranjangnya. Ia mengedarkan pandangannya ke seisi kamarnya, ia pikir ia sudah tertidur berhari-hari hingga selama beberapa detik ia merasa kamarnya begitu asing. Seorang ahjumma yang juga pengasuh Ha Na datang menghampiri Irene dengan semangkuk bubur dan segelas air mineral.

"Anda sudah bangun, nona?"sapa ahjumma dengan ramah dan disambut senyuman oleh Irene.

"Apa barusan terjadi sesuatu?. Aku merasa rumah terlalu sepi"

"Rumah ini memang selalu sepi. Ha Na sekolah dan Sajang-nim bekerja. Apakah nona sungguh sudah baik-baik saja?"tanya ahjumma kembali. Irene mengernyitkan sedikit dahinya dan berusaha mengingat kembali kejadian semalam.

"Apa terjadi sesuatu?"tanya Irene agak tak mempersulit otaknya bekerja.

"Aku mendapat kabar dari penjaga. Sajang-nim menggendong nona sampai ke ambulance dengan panik, wajahnya sepanik saat Ha Na jatuh belajar sepeda"celoteh ahjumma yang mendapat berita dari pihak keamanan hotel saat beliau datang pagi ini.

Irene menggengam cangkir gelasnya sambil terus mencoba mengingat kejadian semalam. Seketika terlintas dibenaknya, peristiwa ketika sepasang matanya tanpa sengaja melihat ke arah kamar Mino yang belum tertutup sempurna. Dilihatnya pria itu mengambil pemantik api dari salah satu laci di dekatnya, Mino tampak menggunakannya sebentar sebelum akhirnya ingatan Irene tentang malam itu hilang.

"Agasshi"ahjumma menahan cangkir milik Irene yang hampir lepas dari genggamannya.

"Gwenchanaseyo?"Irene mengangguk lalu mengambil alih semangkuk bubur yang dibawakan untuknya.

Ahjumma kemudian meninggalkannya untuk membereskan kamar Ha Na. Sedangkan Irene menjejakkan kakinya dilantai dan melangkah pelan mengitari seisi penthouse. Rasa penasarannya tentang kejadian semalam belum berakhir. Ia berusaha mencari sesuatu yang mungkin menghidupkan kenangannya. Sepasang kakinya berhenti di ruang penyimpanan barang disudut rumah. Ada sebuah kotak kecil yang belum tertutup rapi dan tampak paling baru diantara yang lain. Gadis itu mengambil lilin aromaterapi yang begitu banyak bertumpuk di kotak tersebut, ia meraih pemantik api yang ikut tersimpan didalamnya.

BRUK

Cahaya kecil dari lilin itu mengejutkan Irene, jantungnya berdebar, jemarinya bergetar dan bahkan tanpa sengaja menjatuhkan lilin aromaterapi yang barusan digenggamnya erat. Nafasnya tercekat seolah seseorang tengah memaksanya berhenti bernafas, ia terjatuh dan terus memegang lehernya. Kakinya terus meronta dan ia tak henti meminta tolong dengan suara seadanya.

"Agasshi...Agasshi....Lihat aku"pinta ahjumma yang berlari menghampiri gadis itu dan memeluknya. Irene terus bersembunyi dalam dekapan wanita paruhbaya itu. Ahjumma kemudian membawa Irene kembali ke kamarnya untuk beristirahat, gadis itu segera terlelap usai nafasnya kembali teratur.

Hold My Hand [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang