Irene melangkah semakin dekat dengan tempat dimana Mino berdiri mematung. Ia menengadahkan kepalanya demi menatap Mino, meyakinkan pria didepannya ini lewat mata dan tutur katanya bahwa ia sanggup melakukannya. Terlepas seberapa menakutkannya sisa sisa trauma yang akan menghantui pasien amnesia disosiatif yang menjalani hipnoterapi.
"Hipnoterapi...aku bisa melakukannya"
Mino menatap Irene dalam, ada getaran yang sama seperti ketika ia menatap Jisoo dulu. Ya, dulu. Ketika ia pertama kali menyadari ada tatapan yang mampu mengubah ritme jantungnya.
"Ku tunggu jam 7 malam di basement"tutur Mino usai mengalihkan pandangannya, ia berlalu begitu saja mendahului Irene.
=0=
Usai memastikan kedua kamera yang menyorot Irene dan terapis tersebut berfungsi, terapis kembali duduk disisi Irene dan menjelaskan kembali sedikit tentang apa yang akan ia lakukan. Pria paruhbaya tersebut lantas tersenyum ramah dan mulai menyalakan alat perekam diatas meja kecil disamping kursi Irene. Saat ini ada banyak kamera disekitar Irene demi merekam setiap hal yang akan ia katakan.
"Baiklah, Irene-ssi. Mari kita mulai"Irene hanya mengangguk sebelum bersandar sesantai mungkin. Terapis mengatakan padanya bahwa ia masih bisa mengontrol kesadarannya, ia hanya sedang tertidur dan bercerita nantinya.
"Irene-ssi, malam itu, kau mengikuti seorang wanita dengan blous putih dan rok abu-abu. Kalian berdua berjalan menyusuri hutan dengan mengandalkan cahaya bulan purnama yang menembus dedaunan"terapis membuat Irene masuk dalam kenangannya sebagai orang lain, Irene diminta mengamati apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya malam itu.
"Ia hanya berjalan. Matanya melihat satu tempat, tempat itu disinari cahaya remang-remang. Ia berjalan mendekat kesana, ia memegang tas hitamnya karna sedikit takut"jelas Irene, ia mencoba mendeskripsikan apa yang ia lihat dalam alam bawah sadarnya.
Terapis kemudian memberi sugesti baru, ia mengganti tekniknya saat Irene masih terlihat santai. Terapis kembali memulai dengan pertanyaan seputar keseharian Irene dan membuatnya senyaman mungkin. Terapis pun tak lagi menyebut nama Irene saat hendak memasuki pertanyaan inti, setelah tahu bahwa itu hanya nama pemberian Mino setelah kecelakaan terjadi.
"Nona, mari kita kembali ke malam itu. Saat itu, anda memegang erat tali tas anda sambil melangkah mendekat kesebuah rumah kecil dengan cahaya remang-remang. Anda mengintip lewat jendela, apa yang anda lihat?"
"Wanita. Wanita itu duduk dikursi dan terikat, ia tertunduk lemah. Eo?"Irene perlahan masuk dalam sugesti, ia bahkan menggerakkan tangannya, ia seolah tengah berusaha mencari jalan masuk ke rumah itu.
"Dimana pria itu?. Bagaimana anda bisa masuk dengan berani?"terapis menekankan suaranya namun tetap tenang dan pelan sambil melihat ekspresi Irene begitu gusar.
"Eobseoyo..."jawab Irene cepat, terapis terus memperhatikan ekpresi Irene ketika gadis itu menjawab.
"Aaakkkkhhh.....dowajuseyo....jebal...dowajuseyo"Irene mendadak menjerit, ia memegang lehernya dan meronta. Kedua kakinya tak henti meronta, ia meminta tolong dengan sangat putus asa.
Terapis memberi kode pada Mino yang sejak tadi berada di ruangan lain yang turut memperhatikan, bahwa terapi tak dapat dilanjutkan mengingat kondisi Irene yang tampak pucat. Terapis lantas membangunkan Irene, tanpa berusaha menghapus kenangan itu. Karna emosi Irene saat peristiwa itu terjadi bisa menjadi kunci untuk mengingat keseluruhan tragedi malam itu.
"Ada dua kemungkinan yang terjadi padanya, dia menyaksikan pembunuhan itu atau mengalami percobaan pembunuhan itu sendiri. Saya harap kamu tidak menceritakan soal peristiwa pembunuhan itu padanya, saya khawatir dia justru membentuk ingatan baru karna cerita yang ia dengar dari orang lain"pesan terapis yang merupakan ahli hypnoforensic di kepolisian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold My Hand [COMPLETED]
FanfictionAnak Perusahaan Warren Group di Korea Selatan kedatangan direktur baru. Bukan karna diutus, namun berkat permintaan pribadi sang direktur. Song Min Ho. Direktur termuda dalam sejarah pimpinan Warren Group. Ia menjadi sosok yang tengah hangat diperbi...