-18-

1.2K 189 119
                                        

Errare humanum est
Perseverare diabolicum

Berbuat kesalahan adalah hal manusiawi
Mengulangi kesalahan adalah perbuatan iblis

=0=

FLASHBACK ON

"Bagaimana pameran minggu lalu?. Berjalan lancar?"

"Eo, yeobo. Aku memajang beberapa karyanya Myung dan ternyata banyak yang mengaguminya. Mereka sampai membual kalau bakat lukisnya Myung sudah terlihat dari jarinya saja"sahut Nyonya Seo yang menghentikan sebentar suapannya, ia terkekeh ketika mengingat begitu bangganya ia saat Myung dipuji banyak orang tempo hari. Ia mengusap puncak kepala Myung yang tampak malu-malu ketika pujian yang ia dapat dibahas di sela-sela makan malam mereka.

"Oh iya, bagaimana peringkat kalian disekolah?. Bukankah seharusnya hasil ujian sudah keluar?. Appa tak bisa menghadiri rapat komite jadi tak tahu jadwal kalian"tanya sang Ayah pada kedua putra kembarnya.

"Jangan khawatir, appa. Aku masih menempati posisi pertama. Guru-guru juga tampak yakin aku pasti bisa lulus di Harvard jika terus mempertahankan prestasiku sampai jenjang SMA"pamernya, ia kembali mengunyah kimchi buatan ibunya sambil sesekali menaikkan kaca mata khas kutu buku yang bertengger dihidung mancungnya.

"Baguslah, Appa bangga padamu, appa akan terus mendukungmu. Ah, Kwon Myung, bagaimana peringkatmu?. Jika tak bisa mengejar hyung mu ke Harvard, setidaknya kau harus lulus di Universitas Seoul"pinta Tuan Kwon yang membuat Myung tertunduk lebih dalam, anak laki-laki itu bahkan sampai membungkuk demi menyembunyikan wajahnya dari sang Ayah.

"Yeobo, kkeumanhae. Terlalu berlebihan membahas soal Harvard atau Universitas Seoul saat mereka bahkan belum lulus SMP"bujuk Nyonya Seo.

"Myung-aa, kupikir aku tak sengaja melihat namamu di mading saat mencari namaku. Bukankah kau turun 5 peringkat?"tanya kembarannya sambil mengunyah nasi dimulutnya, Nyonya Seo lantas menatap puteranya yang tampak tak acuh saat ini. Ia sudah yakin kalau kalimat putranya barusan akan memperkeruh suasana.

Dan nyatanya, Tuan Kwon bahkan kehilangan nafsu makannya seketika, ia meletakkan sumpitnya dan menatap Kwon Myung seolah akan menelan putranya hidup-hidup. Nyonya Seo lantas mencoba menenangkan suaminya, walau ia tahu itu hampir mustahil.

"Kwon Myung, angkat kepalamu !. Bukankah sebelumnya kau peringkat ke-3 ?, bagaimana bisa kau sekarang ada diperingkat ke-8?. Apakah begitu sulit bersaing dengan 250 siswa lain?. Lihat hyung-mu, ia bahkan tak sedikitpun beranjak dari posisi 1. Memangnya Appa kurang apa padamu?. Appa bahkan menyediakan guru privat khusus dari Seoul"Tuan Kwon menjejalkan setumpuk pertanyaan pada putranya yang bahkan tak sedetikpun berani memandangnya.

"Yeobo, ini juga pasti karna kau terlalu memuji lukisannya, Myung jadi terlalu sering menghabiskan waktu di studio mu. Kerjanya hanya melukis saja"keluh Tuan Kwon pada istrinya yang juga tak berkutik ketika melihat suaminya seperti ini.

"Appa, aku minta maaf, tolong jangan marah pada eomma. Aku akan berusaha belajar lebih keras"Kwon Myung tak henti mengusap kedua tangannya yang berkeringat dibawah meja, ia benar-benar gugup dan takut. Jantungnya berdebar ketika sang Ayah menjejalkan beragam pertanyaan yang sudah pasti tak sanggup ia jawab.

"Appa tak ingin kau hanya sekedar 'berusaha', appa ingin kau bisa pastikan kalau kau bisa mengejar peringkat mu lagi, Appa akan menambah jadwal les mu. Ingat Kwon Myung, calon dokter bedah itu memegang pisau bedah, bukan kuas !"tutup Tuan Kwon yang kemudian beranjak dari bangkunya.

Hold My Hand [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang