Chapter 3

746 82 0
                                    

“Irene Noona.” Pria tinggi  berambut coklat itu berteriak memanggil seseorang.

Kota Seoul perlahan kembali bercahaya ketika matahari mulai menampakkan diri nya. Banyak yang sudah berlalu lalang di pagi ini, bunyi klakson kendaraan mulai bersautan, diiringi cicitan burung yang tak kalah nyaringnya.

“Apa?” Gadis yang sedari tadi nama nya diteriaki akhirnya menampakkan diri. Irene berdiri menghadap pria berseragam kuning tua yang dipadukan dengan  hitam itu sambil merapikan rambut hitamnya nan panjang.

“Sepertinya aku akan terlambat karena mu!” Sehun menepuk kening nya.

“Aku sudah siap, sedikit merapikan kembali.” Jawab Irene sambil memandang tak peduli ke arah Sehun yang berdiri di seberang koridor kamar nya.

“Cepat! Aku tunggu di basement” Sehun langsung membalikkan tubuh nya meninggalkan Irene yang masih sibuk dengan rambut nya.
Gadis itu memandangi punggung Sehun dengan heran. “Aku rasa ini masih terlalu pagi.” Irene memiringkan kepala nya seperti seseorang yang sedang berfikir. “Mungkin ada janji dengan gadis baru nya.”

“Ayo la!” Sehun mengeluarkan kepala nya dari jendela saat melihat Irene tengah berjalan santai.

“Kenapa terburu-buru?” Irene mengatur nafas nya saat sudah di dalam mobil. Tanpa menjawab, Sehun langsung melajukan mobil nya.

Keheningan melanda  selama mereka di perjalanan.  Sesekali Irene memandang ke arah Sehun, kemudian kembali sibuk dengan ponsel nya.

Sehun memang sering mengajak Irene untuk berangkat bersama, karena jalan menuju ke sekolah Sehun searah dengan kampus Irene. Hanya saat mereka sama-sama masuk pagi.

Sehun memberhentikan mobil yang dikendarai nya tidak jauh dari gerbang kampus. “Aku pergi.” Ucap Irene turun dari mobil.

Irene hendak pergi namun berbalik kembali saat Sehun memanggil nya. “Noona, aku tidak bisa menjemput mu nanti.” Sehun membuka kaca mobil nya. “Kau bukan supir pribadi ku. Tenanglah.” Irene sedikit membungkuk untuk melihat wajah pria yang berbicara dengannya. Sehun mengangguk mengerti, lalu menutup kaca dan kembali melajukan mobil nya.

Gadis itu masuk ke gerbang dengan selalu menampilkan senyum manis yang ia miliki saat orang-orang menyapanya. Bagaimana tidak? Irene salah satu mahasiswi yang cukup terkenal, selain kecerdasan yang membuat dosen-dosen suka padanya tidak terlupa kecantikan dan keramahan yang selalu terpancar dari diri nya.

Irene terus melirik sekitar kampus nya, tentu saja mencari sosok yang selalu di samping nya, Seulgi. “Apa dia tidak masuk?” Lirih Irene.

*

Sambil menutupi kepala nya dengan tas yang ia bawa, Irene berlari menerobos hujan yang cukup lebat mencari tempat untuk berteduh. Saat ia pergi ke supermarket ingin membeli keperluan dapur, tiba-tiba saja hujan turun. “Aish.” Umpat gadis itu sambil terus berlari. Entah dimana ia akan menemukan tempat untuk berteduh, jalan yang ia lewati tidak banyak tempat yang dapat digunakan untuk ia berhenti dan berteduh.

Belum sempat ia menemukan tempat berteduh,  hujan pun mulai reda. Tanpa memperdulikan sekitar dan dimana ia berada, Irene menghentikan langkah nya dengan cepat saat ia melihat pancar keindahan garis lengkung dengan tujuh warnanya.  Ya, itu pelangi. “Kau selalu cantik.” Irene tersenyum memandangi langit yang kini ia rasa begitu indah. Irene sangat menyukai pelangi, bagaimana pun keadaannya ia akan selalu menyempatkan diri untuk menyapa dan menemani ciptaan Tuhan itu hingga ia kembali menghilang.

Tiba-tiba tubuh Irene sedikit terdorong saat seseorang menautkan sebuah jaket ke bahu nya. Sontak ia langsung berbalik.
Saat mengetahui siapa yang membuatnya terkejut, Irene langsung membungkuk pada sosok yang ada di depannya. “Bagaimana mungkin kau membiarkan tubuh mu dilihat orang?” ucap pria dengan suara bass nya.

{My Noona}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang