What Should I Do? {5}

564 63 1
                                        

Matahari sudah tepat berada ditengah, namun Sehun tak juga mendapat kabar dari Irene. Ia tak dapat menghubungi Irene, dan Seulgi juga bilang kalau Irene tidak ke kampus. Sehun heran, Irene belum pernah seperti ini sebelumnya. Apa karena ia sangat kesal saat Yeri membentaknya? "Kenapa dia tak membantah ketika Yeri melarangnya untuk tidak bersama ku lagi?" 

"Apa yang kau lakukan?" Sehun memutuskan untuk kembali ke rumah. Dan tanpa rasa bersalah sudah membuat Sehun mencarinya seharian, Irene terlihat sedang bersantai menonton drama.

"Kau tak lihat aku sedang apa?" Irene tak melihat Sehun. "Kau tak sekolah?"

Sehun memukul jidatnya. "Bagaimana bisa aku mengkhawatirkan mu." Bisiknya. "Kenapa tak ke kampus?" Sehun balik bertanya.

"Dosen ku tidak hadir." Acuh Irene. "Kau tak pergi dengan calon istri mu?" Irene merutuki dirinya, apa urusannya sampai harus menanyakan hal tak penting seperti itu.

"Aku tak suka kalau kau mebahas itu!" Ingat Sehun. Ia ikut duduk, mengambil cemilan Irene.

Hanyut dalam alur drama, Irene yang bersila disofa single dan Sehun yang berbaring masih dengan seragam nya di sofa panjang sebelah Irene. Dentingan bel dari luar mengganggu fokus mereka padaa drama. "Kau yang buka." Perintah Sehun. Irene mengupat namun tetap berdiri membukakan pintu.

"Eoh Anyeonghaseo Ajussi." Irene membungkuk. "Ada apa?"

"Hanya ingin mengundang mu untuk ikut nanti malam. Kau tidak ada acara kan?" Ucap Ajussi tanpa basa-basi. Irene tau kalau acara itu pasti acara tentang perjodohan Sehun dengan bocah tadi siang. Ingin menolak namun ia tak enak hati karena Tuan Park yang langsung mengundangnya.

"Kalau boleh tau apa aku harus ikut?" Tanya Irene ragu-ragu. "Itukan acara keluarga Park saja."

"Tentu saja harus, kau juga sudah seperti bagian dari keluarga Park bukan?" Tuan Park melirik Sehun yang masih asik dengan dramanya. "Pastikan dia juga ikut ya." Irene paham siapa dia yang Tuan Park maksud.

"Aku takkan datang, jangan mengharapkan kedatangan ku." Irene meliht raut ayah Sehun yang mulai kesal. "Baik, aku pastikan dia akan ikut." Irene buru-buru meyakinkan Tuan Park sebelum ia kembali meledak akibat ulah anak nya.

"Kenapa kau bicara seperti itu?" Irene langsung memarahi Sehun setelah Tuan Park kembali ke apartemennya.

"Untuk apa aku ikut?" Sehun balik bertanya.

Irene pasrah, pria ini benar-benar keras kepala. "Kalau kau pergi aku juga akan ikut." Irene coba merayu Sehun. Pria itu langsung mengalihkan pandangannya dari tv. "Kalau aku tidak ikut, apa kau tidak ikut juga?" Irene menghela nafas. "Anak ini benar-benar menyebalkan."

"Aku akan tetap ikut." Bae Irene apa yang baru saja kau katakan, bukannya kau sangat tidak ingin ikut acara itu?

"Apa-apaan, kau tidak setia." Sehun memajukan bibirnya, merajuk. Sangat tidak cocok dengan wajah cool seorang Park Sehun.

"Jadi kau ikut atau tidak?" Tanya Irene tak sabar'

"Kau ikut, tentu saja aku akan ikut." Sehun pasrah. "Anak pintar."

Pukul 8 malam, bel apartemen Irene kembali berbunyi. "Sehunnie, bukakan pintu untukku." Teriak Irene dari dalam kamar nya. Sehun menuruti perintah Irene dengan malas.

"Apa kalian sudah siap?" Tanya wanita paruh baya dengan senyuman hangat yang dimilikinya.

"Irene noona masih bersiap-siap." Jawab Sehun enggan.

"Apa kau yakin memakai pakaian seperti ini?" Tanya ibu Sehun. Yang melihat anaknya hanya memakai jeans dengan sedikit robekan pada lututnya, dan sweater putih yang kebesaran.

"Seperti ini atau tidak pergi sama sekali." Ancam Sehun. Ibunya tetap tersenyum, "Yasudah terserah mu saja."

"Sehun, siapa yang datang?" Irene sudah selesai. Tampak begitu cantik dengan balutan gaun hitam panjang, memperlihatkan bahu mulus nya, begitu pas ditubuhnya. Juga dipadukan dengan heels hitam.

"Kau sangat cantik." Puji nyonya Park. Irene menunduk malu.

Irene memandang kaget Sehun. "Apa kau gila berpakaian seperti ini?" "Ini sudah sangat keren." Ketus Sehun.

"Kirimkan alamatnya padaku. Aku akan mengendarai mobil sendiri." Ucap Sehun, yang hanya diangguki ibunya.

Didalam mobil Irene masih saja protes akan pakaian yang Sehun kenakan. "Kau pasti akan membuat Tuan Park marah besar." Sehun menaikkan kedua bahunya. "Itu lebih baik, jadi orang tua Yeri tidak akan menyukai ku dan membatalkan perjodohan ini." Irene hanya mengiyakan apa yang Sehun katakan.

Sehun memarkirkan mobil nya tepat di sebuah restoran mewah, yang siapapun pasti tau kalauu yang keluar masuk itu adalah orang-orang dari kelas atas. Langit-langit yang tinggi diterangi lampu berwarna kuning membuat restoran ini seperti istana raja.

Restoran tidak begitu ramai, sehingga mudah untuk menemukan dimana keluarga Park duduk. Dari pintu masuk Irene dapat melihat Kelurga Park, ternyata juga ada Chanyeol disana. Dan keluarga Yeri duduk membelakangi pintu masuk, namun ia dapat melihat kalau ayah Yeri mempunyai badan yang tegap dan istrinya dengan gaun merah maroon serta lipstick merah merona yang menempel dibibirnya.

"Ah itu mereka." Ucap Nyonya Park. Tuan Park tampak sangat terkejut. Irene pastikan itu karena pakaian Park Sehun.

Serentak semua yang ada dimeja mengalihkan pandangan pada Sehun dan Irene yang baru saja datang. Langkah Irene seketika terhenti, sekujur tubuhnya lemas. Tak hanya Irene, Sehun juga ikut terkejut. "Appa." Lirih Irene. 


[To Be Continue^^]

{My Noona}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang