Chapter 10

531 62 0
                                    

Waktu terus berjalan. Tak terasa sebentar lagi Sehun menyelesaikan sekolah nya. Oleh karena iitu Sehun sangat sibuk belajar untuk ujian akhir nya, meskipun tidak akan melanjutkan ke universitas Sehun tetap harus memiliki nilai yang bagus di ujian kelulusannya. Ia banyak menghabiskan waktu di sekolah untuk belajar bersama teman-temannya. Disaat senggang Sehun menyempatkan bermain musik meski tak serutin dulu. Bagaimana pun ia tak bisa meninggalkan hobinya walupun ia mengambil keputusan untuk mengurus perusahaan ayah nya yang akan membuatnya semakin jauh dari musik.

Tak jauh berbeda dengan Sehun, Irene lebih sering menghabiskan waktunya di kampus sejak libur musim semi usai, kadang ia hanya duduk berjam-jam di cafe atau menemani Seulgi bekerja. Irene sangat bosan berada di rumah sendirian sepanjang hari, ia hanya bertemu dengan Sehun saat malam hari dan itupun kalau ia tidak tidur mendahului Sehun. Bahkan di akhir pekan, pagi hari Irene sudah ditinggal sendirian. Entah itu untuk bermain musik atau mengunjungi perusahaan ayahnya untuk belajar mengenai perusahaan. Tapi Sehun dan Irene tetap berhubungan baik, mereka saling menjaga kepercayaan meski jarang bertemu tatap muka atau berkomunikasi langsung.

Seperti halnya malam ini, Irene lagi-lagi menemani Seulgi yang sedang bekerja. Hari ini Sehun sepertinya akan pulang telat lagi, ia bilang kalau hari ini ia harus menemani ayah nya rapat ke Incheon.

"Apa kau tidak akan pulang?" Seulgi menghampiri Irene yang sedang melamun.

"Eoh apa kau sudah mau pulang?"

"Kalau kau belum pulang bagaimana mungkin aku pulang." Seulgi ikut duduk disamping Irene. Shift Seulgi sudah habis, dan digantikan dengan rekan pria untuk shift malam.

"Sehun tidaak di rumah?" Irene mengangguk menjawab pertanyaan Seulgi. "Kalian sudah seperti suami istri. Tinggal serumah dan sekarang si istri ditinggal suami kerja lembur." Seulgi menertawai Irene yang tampak kesal.

"Aku hanya belum terbiasa." Irene merebahkan kepalanya diatas meja. "Biasanya dia selalu menempel padaku."

"Kau sudah benar-benar mencintainya." Irene melirik Seulgi tak mengerti. "Kapan kalian akan menikah?"

"Apa aku harus menikah dengannya?" Seulgi tiba-tiba menyentil dahi Irene, sontak membuat Irene keaduhan. "Kalau kau tidak ingin menikah dengannya untuk apa kau bertahan hingga saat ini? Apa kau rela kehilangannya? Kau tak melihat bagaimana dia berusaha untuk bisa menjadi calon suami yang pantas untuk mu? Atau kau tak mencintai nya?"

Irene melotot tak percaya dengan pertanyaan yang dilontarkan Seulgi. "Pertanyaan terakhir sudah pasti itu salah besar."

"Lalu kenapa kau masih ragu menikah dengannya?"

"Hanya saja apa aku pantas bersama Sehun?"

"Sangat pantas, kalau tidak pantas orang tua Sehun tentu saja tidak akan merestui hubungan kalian. Jangan perdulikan orang lain, fokus pada dirimu dan Sehun!" Irene memeluk Seulgi. "Kau benar-benar sahabatku yang paling hebat."

"Aku sudah tau itu." Irene melepas pelukannya. "Mulai membanggakan diri." Mereka berdua tertawa bersama.

"Ayo pulang, kita bisa tertinggal bis." Mereka berdua berjalan beriringan menuju halte bus. Mereka harus berpisah saat bis tujuan rumah Seulgi datang.

"Aku duluan, kabari aku jika kau sudah sampai." Peringat Seulgi.

Tak lama bis yang akan membawa Irene pulang datang. Ia memilih duduk di tepi dekat jendela agar dapat melihat suasan malam kota Seoul yang tak pernah sepi. "Apa aku harus menunggu Sehun? Aku sangat merindukan bocah itu."

Setibanya di basement apartemen, Irene berjalan lesu. Ia tau ia akan sendirian lagi, ia tidak akan tau jam berapa Sehun pulang karena ia pasti sudah tertidur. Sangat berat rasanya harus pulang saat Sehun tak ada di rumah, namun tak ada lagi tujuan selain apartemen yang belakangan ini ia huni bersama dengan Sehun.

Irene memasukkan sandi apartemennya. Melepas boots mengganti dengan sendal rumah. "Apa aku lupa mematikan lampu?" Tanya Irene pada dirinya karena heran melihat apartemen yang sudah terang benderang.

"Kekasih ku dari mana malam-malam begini?" Langkah Irene terhenti saat mendengar suara yang sangat ia rindukan. Ia melihat Sehun yang bersandar diambang pintu kamar nya, lebih tepat kamar mereka berdua.

Tanpa aba-aba Irene berlari kencang, menghambur dalam pelukan Sehun. Irene memeluk Sehun begitu erat. "Apa kau begitu merindukan ku?" Tanya Sehun sambil membawa tubuh Irene ke kanan dan ke kiri. Irene mengangguk kencang.

"Maafkan aku." Ucap Sehun. Irene mendongakkan kepalanya menatap Sehun heran. "Aku sangat sibuk sehinggga tak bisa menghabiskan waktu bersama mu." Bukannya memberi respon Irene malah semakin mengeratkan pelukannya. Sesekali Sehun mengecup kening Irene penuh sayang.

Sehun melepas pelukannya kemudian langsung mengangkat Irene ala bridal style, membuat Irene terpekik kaget. Sehun membawa Irene masuk ke dalam kamar, membaringkan Irene tepat dibawah nya. Sehun memandangi setiap inci wajah Irene, ia mendekatkan kepalanya kemudian mengecup bibir Irene singkat kemudian kembali memandangi Irene.

"Aku semakin mencintai mu." Sehun langsung menempelkan bibirnya pada bibir tipis Irene, melumatnya perlahan. Lama setelah itu Sehun semakin memperdalam lumatannya dengan Irene yang mengalungkan lengannya pada leher Sehun hingga tak ada jarak yang menghalangi mereka. Berawal dari lumatan biasa, Sehun mulai memasukkan lidah miliknya perlahan ke dalam mulut Irene tanpa penolakan. Mengajak lidah Irene bergelut tak lupa mengabsen gigi Irene satu persatu.

Sehun mengakhiri aksinya dengan kembali mengecup singkat bibir Irene. Ia membalikkan tubuh Irene hingga berada diatasnya. Irene merebahkan kepalanya diatas dada bidang Sehun sambil mengatur nafas, ciuman tadi membuatnya harus menghirup oksigen sebanyak mungkin.

"Ayo tidur, kau pasti lelah." Sehun mengeratkan pelukannya, tak pernah bosan kembali mengecup kening Irene.


TBC...

{My Noona}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang