Irene tak bisa jujur, tidak cukup berani karena kebaikan keluarga Sehun padanya selama ini. Sehun yang selalu meyakinkan. Akankah Irene akhirnya berani mengungkapkan semua yang ia rasakan, meski orang tua nya sendiri yang menjadi penghalang?
"Aku m...
Di sebuah cafe tengah kota, seorang wanita paruh baya duduk memandangi luasnya jalanan Seoul. Meski tak muda lagi, umur berbanding terbalik dengan wajah cantik yang ia miliki. Masih awet hingga banyak yang tak percaya kalau ia sudah memiliki putri yang sebentar lagi akan menikah. "Kau sudah datang, kau mau makan apa?"
"Cappucino saja."
"Selamat, sebentar lagi kau benar-benar akan menjadi keluarga Park." Wanita paruh baya itu memberi selamat pada gadis yang duduk di depannya.
"Apa ahjumma sudah menceritakannya?" Wanita itu mengangguk.
Seorang pelayan mengantar pesanan Irene. Ia hanya memandangi secangkir cappucino di depannya. "Appa juga tau?"
"Tidak usah khawatir, beliau setuju. Bukannya kau juga anak nya?" Eomma Irene menampilkan senyum indahnya. "Kau tidak usah mengkhawatirkan itu." Naluri ibunya memang terpancar jelas, begaimana ia menenangkan putri nya.
Irene mengangguk. "Ada perlu apa mengajak ku bertemu?"
"Hanya ingin berpamitan." Irene tak mengerti maksud ibunya. Ia memandangi ibu nya seolah diwajah itu ia bisa mendapat jawaban. "Dua hari lagi eomma akan pindah ke Tokyo." Irene terhenyak.
"Lalu penikahan ku?"
"Aku sudah menyerahkan semuanya pada ibu mertua mu." Mata Irene berkaca-kaca, ia sedih sekaligus marah. Lagi-lagi ia akan ditinggal ibunya, saat kelulusan bahkan saat ia akan menikah ibunya tidak bisa berada disampingnya. Irene sangat kecewa. Walaupun selama ini ia membenci ibunya, jujur ia tak ingin jauh dari wanita itu. Bahkan untuk berbeda negara Irene tak pernah memikirkannya.
"Maafkan eomma, ayah tiri mu dipindahkan ke Tokyo. Bagaimanapun eomma harus ikut dengannya." Irene hanya mengangguk, tidak ingin menunjukkan kalau ia sangat sedih mengetahui ibunya akan jauh darinya. "Eomma akan sering berkunjung ke Korea."
Tak ada lagi perbincangan. Tenggelam dalam pikiran masing-masing. Irene ingin protes, tapi ia tau ibunya sudah memiliki keluarga baru, tentu saja ia harus mementingkan suami serta anaknya yang masih kecil itu.
"Appa mu bilang ia akan datang ke pernikahan dan mendampingi mu berjalan di altar sebelum ia kembali ke kampungnya." Ibu Irene tersenyum bahagia.
"Canada?" Ibu Irene mengangguk. Irene menengadah, menghembuskan nafasnya kasar. Air mata yang ia tahan turun juga namun buru-buru ia seka. "Wah aku benar-benar akan menjadi keluarga Park." Irene tertawa sinis, menertawakan dirinya yang sangat menyedihkan.
"Irene, maaf eomma tidaak bisa lama-lama. Aku harus mengurus barang yang akan dibawa pindah." Wanita itu bangkit, menatap dalam putri satu-satunya. Mengelus kepala Irene. "Jaga diri mu baik-baik. Jadilah anak sekaligus istri yang baik. Jangan sampai seperti eomma dan appa mu. Eomma pamit."
Seketika tangis Irene pecah saat ibunya sudah pergi meninggalkan cafe itu. Ia menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangan agar pengunjung tak dapat mendengar tangisannya. Ia sesekali memanggil ibunya dalam tangis. Irene benar-benar terpuruk saat ini.
Sudah puas menangis, akhirnya Irene pergi dari cafe dengan mata yang sembab. Ia berjalan menunduk agar orang-orang tak melihat wajah menyedihkannya ini. Ia terus berjalan tanpa arah, ingin sekali menghubungi Sehun tapi pria itu pasti sedang sibuk mengingat besok ujian kelulusannya dimulai. Masih dengan fikiran yang bercabang, ponsel Irene berbunyi. Sehunnie Eomma.
"Baiklah ahjumma." Irene mengakhiri telfon itu, kemudian berlalri mencari wc umum untuk memperbaiki riasannya yang hancur akibat menangis tadi.
"Maaf ahjumma aku terlambat." Irene mengatur nafasnya, sehabis berlarian menuju tempat yang ia janjikan dengan Nyonya Park.
Irene dan Nyonya Park berada di sebuah butik yang menjual gaun pengantin dan juga jas yang sudah jelas bahwa itu semua memiliki harga yang luar biasa. Irene awalnya heran mengapa nyonya Park mengajak nya bertemu disini namun ia urungkan untuk bertanya karena ia juga pasti tau nantinya.
"Irene pilihla gaun yang mana saja kau suka." Nyonya Park merangkul Irene.
Dengan ragu Irene memilih gaun, sebagaimana perintah wanita yang akan menjadi mertuanya itu. Irene mngelilingi butik itu, ia bingung harus memilih yang mana. Semua gaun disini sungguh indah batinnya. Cukup lama ia memilih, akhirnya ada sebuah gaun yang menarik perhatian Irene. Sebuah gaun panjang berwarna putih, dengan model tak berlengan sehingga bisa menampilkan bahu indah siapa saja yang memakainya. Terdapat beberapa manik-manik dibagian bawah yang tersebar hingga ekor gaun yang terjulai panjang di belakang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kau mau yang itu?" Tanya nyonya Park saat melihat Irene terpana pada gaun di dalam lemari pajang. "Ambilkan yang itu." Ucap nyonya Park pada karyawan butik.
Setelah itu nyonya Park menyuruh Irene untuk mencoba gaun pilihannya. Irene patuh, ia pergi mencoba gaun itu dibantu dengan pelayan yang bertugas di kamar pas. Irene keluar dari kamar pas, mengenakan gaun pengantin yang sangat indah dan pas pada tubuhnya. Bahu putih miliknya benar-benar bisa mencuri perhatian siapapun.
"Kau sangat sangat cantik." Irene mengenal suara itu, itu bukan suara ibu mertuanya. Tapi itu suara milik Sehun, kekasihnya.
"Sehunnie." Irene kegirangan. "Kau datang?"
Sehun menghampiri Irene, dan mendekapnya sejenak. "Kekasih ku sangat cantik." Ulang Sehun, membuat wajah putih susu Irene berubah merah menahan malu.
"Itu sangat cocok dengan mu." Interupsi nyonya Park. "Kau pilih jas yang kau mau." Ucap nyonya Park pada anaknya.
Sehun sangat cepat memilih jas, berbeda degan Irene. Ia memilih jas berwarna hitam dengan dalaman kemeja panjang berwara putih dilengkapi dasi kupu-kupu. Mereka berdua terlihat sangat serasi. Pasangan yang sama-sama memiliki wajah menawan dan tubuh bak model terkenal.
Setelah selesai dengan urusan baju pengantin, nyonya Park mengajak anak dan menantunya makan siang. Sesampainya di sebuah restoran dengan nuansa klasik, mereka langsung masuk setelah disambut oleh pelayan di depan pintu. Mereka memilih makanan yang mereka inginkan dan memberitahunya pada pelayan yang setia menunggu pengunjung memilih makanan.
"Apa kau sudah siap untuk ujian besok?" Tanya nyonya Park. Sehun mengangguk mantap.
"Apa kalian sudah tau kalau pernikahan kalian akan dipercepat?" Dua sejoli itu menggeleng. "Setelah Sehun selesai ujian, kalian akan langsung menikah. Lebih tepatnya minggu depan." Mendengar penuturan Nyonya Park membuat Sehun dan Irene melongo tak percaya.
"Kenapa secepat itu?" Tanya Sehun penasaran.
"Ayah mertua mu harus kembali ke Canada, ia ingin mendampingi Irene di altar. Oleh karena itu perikahan ini dipercepat. Dan kau juga selesai ujian sudah bisa bekerja di perusahaan ayah mu." Jelas nyonya Park.
Mendengar itu membuat Irene kembali bersedih karena ia akan benar-benar jauh dari kedua orang tuanya. "Tapi aku masih kuliah." Tutur Irene.
"Tak apa. Kau masih bisa tetap kuliah semau mu." Segah nyonya Park.
Sehun dan Irene hanya pasrah bila wanita di depan mereka sudah memutuskan sesuatu. "Kalian yakin akan menikah bukan? Jangan sampai ada keraguan." Ingat nyoya Park. Dijawab oleh anggukan percaya diri dari dua sejoli itu.
"Bagus. Carilah waktu yang pas untuk membeli cincin."
Setelah itu pelayan datang membawa semua pesananmereka.